"Pak,…. Pak Malik----" suara lemah lembut seorang gadis dihadapannya membuyarkan lamunannya. Kini tatapan kosongnya bertemu dengan tatapan teduh milik Farah, anak didik di kampusnya.
"Eh, maaf, saya melamun!” sahut Malik cepat “Bagaimana, Farah, ada keperluan apa?" Tanya Malik Hakim dengan canggung. Wanita pemilik jilbab berwarna ungu muda dengan banyak motif bunga itu lantas tersenyum manis, menambah kecanggungan Malik Hakim.
"Ini Pak, saya sudah mengumpulkan tugas anak-anak sekelas," Farah meletakkan tumpukan kertas di atas meja Malik Hakim."Saya pamit pergi, Pak." lanjutnya dengan sopan dan menunduk malu. Malik Hakim pun mengangguk pelan dan berandai-andai, jika saja ada sedikit keanggunan Azalea seperti Seruni atau Farah, pasti tidak membuat Malik Hakim terlalu bimbang untuk memutuskan naik ranjang, demi Sakura, anaknya bersama Seruni.
Tapi, Azalea, tidak memiliki sedikitpun keanggunan dan keshalihan kedua wanita itu. Azalea, terlalu urakan, sembrono, dan bangga mengumbar auratnya. Dia tidak menyukai Azalea sedikitpun. Ponselnya bergetar, sebuah nama 'kakak ipar' terpampang di layar ponsel. Malik Hakim, mendesah berat, mungkin kedua mertuanya telah mengatakan maksud hati mereka kepada perempuan itu.
"Assalamualaikum," Malik Hakim memberi salam.
"Apa sih yang ada di kepala Lo, Lik?!" Sembur Lea, tanpa basa-basi atau bahkan tanpa menjawab salamnya terlebih dahulu "Nikah, sama Gue? Lo mimpi apaaan? Udah enggak tahan hidup berselibat selama 1 tahun? Seruni baru pergi dalam hidup kita sesaat dan lo malah,-"
"Lea, tunggu! Kamu salah paham, bukan saya yang memutuskan soal ini,-" Malik, mencoba menyela dan meluruskan perkara ini.
"Lo mau bilang kalau ini semua ide gila orang tua Gue, gitu?"
"Pertama-tama, kamu sudah coba tanyakan ke kedua orang tua kamu siapa yang memutuskan ide ini? Kamu pikir saya sudi?!" Malik menghentikan kata-katanya, bagaimanapun buruknya perkataan Lea, dia tidak ingin menjadi manusia buruk seperti itu, membalas kata-kata dengan sama buruknya. Mereka sudah bukan anak remaja berusia 17 tahunan lagi saat ini.
"Gue sebentar lagi sampai depan kampus Lo ngajar, kita perlu bicara."
"Jangan kesini!” seru Malik, agak terkejut mendengar wanita itu hampir sampai di tempatnya mengajar “Kita ketemuan di kafe coffee seberang kampus."
Lea, memutuskan sambungan telfonnya begitu saja. Membuat Malik Hakim bersistighfar berulang-ulang demi meredam gejolak emosinya. Dia adalah pria yang sudah tidak waras jika secara sadar melamar Azalea menjadi Istri sekaligus Ibu dari Anaknya!
***
Malik Hakim, membuka pintu kaca pelan. Matanya mencari sosok Azalea, dan ia menemukannya dalam sesaat. Rambut cokelat Lea, hari ini terlihat bergelung di bagian bawah. Bibirnya yang berwarna merah terang cukup menarik perhatian untuk membuat siapa saja menoleh kearahnya. Eyeliner hitam di garis matanya membuatnya semakin menawan. Itulah yang membuat ia tidak menyukai wanita itu, terlalu mencolok dan sedikit vulgar dengan gaun terusan berwarna peach selutut berlengan pendek
"Semua itu ide kedua orang tua kamu, bukan kemauan saya," Malik Hakim membuka percakapan begitu mereka sedikit tenang untuk duduk berdua satu sama lain setelah belasan tahun lamanya saling membenci dalam diam."Kedua orang tua kamu sangat takut jika kelak Sakura akan mendapatkan Ibu sambung yang jahat. Karena itulah mereka meminta saya menikahi kamu, karena hanya kamu satu-satunya wanita saat ini yang begitu dekat dengan Sakura.” Malik Hakim, menjelaskan dengan sangat perlahan seraya mangaduk kopi hitam panas di hadapannya.
“Ya mereka benar sih. Enggak mungkin juga kan Lo, hidup menduda selamanya?” balas Lea dengan sarkas. Sejak 15 tahun yang lalu, saat Malik Hakim menolak cintanya dengan dingin di acara seni pentas sekolah terakhir mereka, Lea, berubah menjadi wanita yang angkuh dan jutek.
“Biarkan Sakura, tinggal bersama kami. Kalau Lo, mau menikah lagi silahkan,-“
“Ya enggak bisa begitu dong!” Seru Malik tersinggung. “Bagaimanapun Sakura, anak saya. Entah akan menikah lagi atau tidak Sakura tetap tanggung jawab saya sepenuhnya.” Kilat mata Malik Hakim, cukup untuk membuat Azalea bungkam seketika. Pria itu, jika sudah datang kumatnya dapat membuat siapa saja memilih untuk mengalah.
Alis mata tebal milik Malik Hakim sedikit terpaut, pria itu mengambil nafas demi menahan emosinya. “Kehilangan Seruni, sudah cukup membuat hidup saya hampir goyah. Jadi, tolong jangan coba-coba menjauhkan putri semata wayang kami dari saya.” Malik Hakim terdengar serius.
“Enggak ada yang berniat memisahkan kalian, Lik,” suara Lea, kini terdengar melembut.
“Kekhawatiran orang tua Gue, juga beralasan. Karena yang sudah-sudah, hampir jarang banget ibu sambung itu benar-benar tulus sama anak tirinya. Kita hanya enggak mau Sakura sampai terluka atau merasa terbuang nantinya.”
“Ya sudah kalau begitu, kamu saja yang jadi Ibu sambung Sakura,” Malik Hakim menyahut dengan santai, sambil menyeruput kopinya dan membuang pandangan ke arah lain. Sementara mata bundar Lea sudah semakin membesar demi mendengarnya.
“Ngimpi,----“ sembur Lea, membuat Malik Hakim terkekeh geli.
Lea, melotot ke arahnya dan hendak melemparkan kata-kata pedasnya kembali jika saja ponsel Malik Hakim tidak tidak tiba-tiba berdering keras. "Assalamualaikum, iya bi ada apa?" jawab Malik Hakim, dan seketika gurat wajahnya berubah serius. Malik Hakim menutup ponsel dan menatap ke arah Lea, "Bapak masuk rumah sakit, dadanya sesak--."
-------Bersambung-----Azalea Murdaningrum , cocok tak? Ahahhahaa
Mas Malik Hakim
😀😀😀
Gimana???
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA AZALEA, SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceMalik Hakim, tidak menyukai perempuan serampangan, urakan, sembrono seperti Lea. Perempuan yang pernah menembaknya dulu saat di sekolah. Takdir seolah mempermainkan keduanya dengan terus mempertemukan Malik Hakim dengan Lea, dalam posisinya sebagai...