Lea dan Seruni adalah kakak beradik dengan karakter yang berbeda jauh. Langit dan Bumi, seperti itulah Lea mengumpamakan mereka berdua. Jika Lea, memilih melanjutkan pendidikan ke dunia broadcasting, Seruni memilih masuk pondok pesantren begitu wanita itu lulus SMP.
Seruni, dengan pakaiannya yang menutup aurat dari atas kepala hingga ujung kaki. Lea, justru keterbalikannya. Seruni, lemah lembut sedangkan Lea, sedikit kasar dan galak. Kalau Malik menyebut mereka 'Seruni lebih beradab dibanding Lea' begitulah. Seolah tidak ada secuil-pun kebaikan pada diri Azalea Murdaningrum.
"Mau beli apalagi?" Malik, bertanya sembari mendorong trolley belanjaan yang mulai penuh.
"Sabun sudah, shampoo, lulur, pembersih kamar mandi, pembersih lantai, pewangi ruangan, Mami lemon, beras, minyak goreng, mentega, makanan beku, ayam, camilan dan susu untuk Sakura, tissue, pembalut, odol dan pasta gigi,"
Lea membaca satu persatu daftar belanjaan yang ia buat semalam agar tidak lupa ketika hari ini Malik mengajaknya belanja bulanan karena mulai bulan depan mereka resmi hidup mandiri alias tidak lagi tinggal bersama orang tua.
"Kamu enggak beli detergent dan sabun cuci?"
Kedua mata Lea mengerjap mendengarnya "Aku enggak pernah cuci baju," jawab Lea "Sebelumnya aku selalu laundry sih,"
Bibir Malik sudah siap terbuka lebar, namun diurungkannya. Dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak lagi mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung hati Lea. "Nanti biar aku yang cuci saja kalau gitu, yuk kita cari detergent." Dan pria itu sudah memimpin jalan.
"Memang enggak bisa kalau kita laundry saja? Kan lebih praktis."
Malik menggeleng, "Enggak bersih Lea,"
"Lumayan bersih loh. Aku biasanya,-"
"Karena pakaian kamu hanya dipakai untuk shooting. Dalam ruangan tertutup dan terkena AC. Jadi tidak kotor. Berbeda dengan pakaianku dan Sakura, yang kemungkinan lebih kotor dan berkeringat."
Lea mengangguk mengerti "Kita sewa tukang cuci saja kalau begitu."
"Aku enggak mau ada orang asing yang masuk rumah kita, kecuali Bi Ratna." Tolak Malik halus. Bi Ratna adalah pelayan rumah tangga keluarga Lea sejak lama. Yang kini bertugas mengasuh Sakura dan menjaga Bapak dan Ibu. Usia Bi Ratna sudah 45 tahun, rumahnya tinggal tidak jauh dari rumah Bapak. Biasanya mulai pagi hari ia akan datang dan pulang saat petang tiba.
"Jadi.....,"
"Jadi biar aku yang cuci baju!" Malik tersenyum tipis, melempar dua buah detergent cair berukuran 1.8 liter dan 2 bungkus sabun cuci. "Ada lagi yang belum dibeli?" Sambung Malik, melihat Lea yang berdiri terpaku.
Lea mengangguk samar, berjalan memimpin menuju rak makanan hewan. Pasar swalayan Mari-Mari memang lumayan komplit dan harganya juga terjangkau. Lea memasukkan 4 kaleng makanan kucing dan memasukkannya ke dalam trolley.
"Sudah?" Tanya Malik.
"Sudah ambil kopi?" Lea bertanya balik.
"Oh iya, belum." Jawab Malik terkejut. Dilihatnya samar Lea tersenyum lalu berjalan menuju rak Kopi.
Lea menyusuri rak kopi dengan jemarinya, lalu mengambi dua bungkus kopi hitam tanpa gula "Masih suka kopi hitam kan? Atau-?
"Benar," sela Malik "Masih kopi hitam dan belum berubah,"
Lea memasukkannya ke dalam trolley lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sweater abu tua yang ia kenakan "Sudah selesai, "
Malik, menatap punggung Lea dari arah belakang. 'Masih suka kopi hitam kan?' sejak kapan Lea tahu kalau dia menyukai kopi hitam? Seingatnya bahkan mereka sangat jarang bertemu setelah dirinya dan Seruni menikah.
***
"Bulan depan aku pindah. Kalian jaga diri baik-baik yah disini pussy,--" Lea, berjongkok dan menatap sedih kucing liar yang hidup di lingkungan apartement tempatnya tinggal. 2 ekor kucing dewasa dengan bulu nya yang lebat berwarna keemasan kombinasi putih. Sedangkan satunya lagi, berwarna abu kombinasi hitam.
"Kamu yang merawat mereka selama ini?" Malik bertanya.
"Cuma ngasih makan saja sih. Sesekali bawa mereka ke salon kalau pas sempat. Ada larangan memelihara hewan disini, jadi ya mereka tetap tinggal berkeliaran enggak bisa dibawa ke atas."
Malik mengangguk, menatap Lea yang sedang mengamati kedua kucing itu makan dengan lahap. "Kalau gitu ajak saja kita pindah bulan depan." Kata Malik singkat. Lea, menengadah menatap pria itu lalu berdiri dengan binar bahagia diwajahnya.
"Serius?"
"Iya serius. Tapi sebelumnya kita harus vaksin mereka dahulu."
Lea, menahan senyuman di bibirnya namun sorot matanya mengatakan segalanya. "Thank you," gumam Lea pelan. Malik berpura-pura tidak mendengarnya.
"Aku tunggu di mobil yah, kalau sudah selesai segera nyusul."
Malik tidak pernah tahu kalau Lea penyuka kucing. Karena Seruni justru alergi terhadap kucing. Malik terdiam di dalam mobil saat menunggu Lea. Ia seolah baru menemuka sesuatu yang membuatnya merasa ganjil. Seruni alergi bulu kucing, jadi tidak mungkin wanita itu memelihara kucing.
Lantas, bukankah Jingga yang ia kenal sangat menyukai hewan berbulu kesayangan Baginda Nabi Muhammad tersebut?
Malik, menoleh menatap Lea dari dalam mobil. Siapa sebenarnya Jingga?
------Bersambung----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA AZALEA, SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAYSTORE
Storie d'amoreMalik Hakim, tidak menyukai perempuan serampangan, urakan, sembrono seperti Lea. Perempuan yang pernah menembaknya dulu saat di sekolah. Takdir seolah mempermainkan keduanya dengan terus mempertemukan Malik Hakim dengan Lea, dalam posisinya sebagai...