Chapter 1 : Awal mula

1.5K 158 21
                                    

"DASAR TIDAK BERGUNA!! KAU MAU MEMBUNUHKU HAH?!!" Bunyi teriakan menggema di dalam seisi ruangan yang hanya terdapat dua insan sesama jenis berbeda usia tersebut.

Namun, tidak ada salah satu pun dari mereka yang hatinya merasa tenang.

Yang satu tengah emosi, dan yang satunya lagi tengah menundukkan kepala seraya memeluk nampan kosong dalam dekapan di sertai rasa takut yang menjalar dalam hati nya.

Ia berucap dengan nada bergetar, "m-maaf Bu", sementara wanita yang dipanggil ibu menatap tajam ke arahnya sembari mengangkat tangan, bersiap untuk mendaratkan nya di pipi putih mulus orang di hadapannya.

Ia tak berani melakukan apapun, meskipun hanya sekedar meringis saat merasakan tamparan keras dari ibu nya, sebab ia tahu itu akan semakin membuatnya marah.

Sang ibu kembali bersuara, "Bagaimana kau bisa menyajikan teh panas kepada ku HAH?! Kau ingin aku cepat mati ya?" Tak puas dengan tamparan, sang ibu menarik rambut sang gadis dengan kasar, membuat sang gadis sontak memegangi kepalanya dan menjatuhkan nampan yang di genggamnya sehingga menimbulkan suara nyaring akibat tabrakan dengan lantai berbahan ubin.

Ia menangis menahan rasa nyeri pada kepala yang diberikan ibu nya padanya, tangannya masih setia memegangi kepalanya, berharap sang ibu paham dengan rasa sakit yang ia dapat dan melepaskan nya.

Namun realita berkata lain, ibu nya seakan tuli dengan isakan anaknya tersebut, ia tetap menjambak rambut nya hingga terdapat beberapa helaian rambut yang rontok karenanya, seakan akan itu adalah hal yang menyenangkan enggan rasanya untuk berhenti berbuat.

Ia mencoba bersuara, "I-ibu... K-kumohon hiks lepaskan.... Hiks... Sakit.." kepalanya yang bergerak kesana kemari mengikuti irama tangan sang ibu membuat rasa pusing semakin terasa.

Sang ibu menghempaskan tubuhnya kasar, membuat tubuh --kelewat-- mungil sang gadis bertubrukan dengan dinginnya lantai dengan penampilannya yang sudah tidak bisa dibilang baik. Rambutnya yang acak acak an, matanya yang merah dan sembab di sertai lingkaran hitam di bawahnya, membuatnya hampir seperti bocah yang di telantarkan.

Ia menundukkan kepalanya tak berani menatap seseorang di hadapannya serta untuk --sedikit-- mengurangi rasa nyeri dan pusing pada kepalanya.

Sang ibu menatap remeh pada gadis yang --seperti-- tengah bersujud padanya, "kau tidak mendapatkan jatah makan malam, itu hukumanmu" ucapnya sinis sebelum akhirnya meninggalkan gadis tersebut di ruangan tersebut.

Ia mendudukkan dirinya, lemas, capek, itulah yang ia rasakan. Kalau di perbolehkan, ia akan memilih menyusul ibu nya di atas sana. Ya, tentu saja ibu kandungnya. Memangnya ada ibu yang melakukan hal sekeji itu pada anaknya? Kalau ada mungkin saja itu bukan ibumu.

Semenjak ibunya meninggal, ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita, Jessi. Ya, wanita tadi, yang kejam kelakuannya seperti yang kalian lihat. Berhasil memikat, oh tidak hanya memikat, namun juga berhasil membuat ayahnya membenci dirinya yang merupakan --setidaknya dulu-- putri kesayangannya, (Name).

Entah dunia yang tidak adil atau memang belum waktunya bagi (name) untuk mendapat kebahagiaan, (name) hanya pasrah saja dengan keadaan. Toh, meskipun dirinya meneriakkan betapa tersiksanya dirinya oleh keadaan, tidak akan ada yang memperdulikannya.

Tak ingin ambil pusing, (name) segera memungut nampan yang sempat jatuh, lalu ia kembalikan ke dapur dan setelah itu barulah (name) pergi ke kamar untuk tidur.

.

Suhu panas pada ruangan tersebut membuat gadis mungil itu berkeringat deras. Bukan karena cuaca, sebab saat ini tengah musim penghujan. Melainkan karena hawa mencekam dalam ruangan tersebut.

Gadis itu terus menunduk tak berani menatap lawan bicara di depannya.

Deheman seorang pria membuat gadis itu sedikit tersentak, "Kau akan masuk SMK Jujutsu, (name)" ujar pria tersebut nampak dingin. Gadis itu yang tak lain adalah (name) mendongakkan kepalanya terkejut, matanya menunjukkan adanya penolakan.

Ia nyaris bergumam, "a-aku tidak mau, ayah. B-bisakah aku di tempatkan d-di sekolah yang lain?" Suaranya terdengar bergetar takut, takut sang ayah murka.

Dan benar saja, pria yang sudah berkepala 3 tersebut menatapnya tajam, Sebelah alis terangkat, "Apa maksudmu?!"

"A-aku ingin sekolah yang biasa saja, t-tak perlu yang besar. L-lagipula materi yang disam-"

Belum juga (name) menyelesaikan kalimatnya, suara sentakan membungkam mulut (name) "CUKUP (NAME)!" Sang ayah bangkit dari tempat duduknya, menatap (name) menggunakan iris hitam miliknya. (Name) kembali menunduk, tak berani berlama lama menatap wajah murka ayahnya.

Ia kembali bersuara, "Apa maksudmu di sekolah biasa? Kau pikir ayahmu tidak mampu menyekolahkan mu?", (Name) melirik ayahnya takut takut. Siapa yang tidak mengenal Keluarga Azumi? Dengan perusahaannya yang berkembang pesat di bawah pimpinan Azumi Haru? Dengan kekayaan melimpah ruah miliknya, bahkan tujuh turunan pun tak akan bisa menghabiskan hartanya, lalu mengapa haru menuduh putrinya seperti itu.

Manik (name) beralih pada kakinya "T-tidak, b-bukan begitu ayah. A-aku hanya-". "Cukup! Kubilang cukup!" Terdengar helaan nafas kasar dari mulut sang ayah.

Hening sesaat, "Wah wah, canggung sekali" seseorang datang dari arah dapur sembari membawa secangkir teh hangat di atas nampan, "Ada masalah apa suamiku? Sampai kau terlihat kesal seperti ini?" Tanya Jessi, ia menyuguhkan teh yang ia bawa di atas meja, kemudian bergeser duduk di samping sang suami.

Haru kembali mendudukkan dirinya, setelahnya ia nampak menyeruput teh nya, baru menjawab menjawab pertanyaan sang istri, "(Name) tidak mau masuk SMK Jujutsu" mata elang miliknya melirik (name) yang setia menundukkan kepalanya di hadapannya. Jessi mengikuti arah pandang sang suami, lantas tersenyum penuh arti. "Apa itu (name)? Kenapa kau tidak mau? Padahal itu sekolah terbaik di kota ini" mimik wajah Jessi nampak berubah.

(Name) tidak menjawab, terlalu takut rasanya untuk menjawab. Tenggorokannya pun seperti enggan untuk mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya menggeleng pelan. Jessi yang melihatnya lantas menghela nafas, "Bagaimana jika orang orang berfikiran bahwa ayahmu tidak bisa menjaga putrinya dengan baik? Apa kau sengaja ingin mempermalukan ayahmu?"

Ucapan Jessi sontak saja membuat (Name) mengangkat wajahnya secepat kilat. Bagaimana Jessi bisa berpikir seperti itu, apa untungnya bagi (name) melakukan hal itu. "Tentu saja tidak!" Bantahnya cukup lantang. Ia tahu, bahkan sangat tahu jika Jessi sedang mencoba memancing emosi haru. Lantas kelereng matanya bergulir ke arah sang ayah yang menatapnya horror. "A-ayah aku tidak-"

Tidak sempat, haru terlanjur menganggap perkataan Jessi adalah suatu kebenaran. Sekarang haru benar benar murka. Bahkan sebelum menyelesaikan kalimatnya, haru memotongnya lagi --dan lagi--, "Jadi ini maksudmu?!"

"Tidak, ayah. Dengarkan aku! A-aku-"

"APA KAU INGIN ORANG ORANG BERPIKIR AKU ADALAH AYAH YANG BURUK?!"

"Tidak! Ayah.. kumohon... hiks.. dengarkan aku" Tangannya terulur, mencoba menggapai lengan kokoh sang ayah. Namun, haru terlebih duku menghempaskan tangan putrinya, seakan akan ia akan menjadi kotor setelah di sentuh sang putri.

Nadanya nampak lebih dingin, "Aku tidak menyangka kau berpikiran seperti itu (name), kurasa sifatmu telah banyak berubah. Aku tidak akan merubah keputusanku"

(Name) menyerah, jika ayahnya sudah mengatakan hal ini maka keputusannya benar benar tak bisa di ubah. Bukan tanpa alasan (name) tak ingin bersekolah disana. Namun seseorang yang membuat (name) terpuruk dan takut akan masa masa di sekolah ada di sana.

Haru berdiri dari sofa kemudian melangkah pergi disusul oleh Jessi yang mengikuti di belakang setelah melirik (name) sekilas dengan manik ungunya, seakan luas rasanya setelah (name) menjadi bahan amukan haru.

Sebutir air mata keluar dari pelipis mata (name), ia mengusapnya pelan, "Lagi?"

_____
Yoyo wasap gan! Bismillah cerita kali ini bisa tamat! >∆<. Ga nyangka jjk udh tamat hm:(( tapi gapapa deng, mas togek buntung masih lama *eaa.

Vote! Komen! Follow profil! *Eaa

Btw, pray for Indramayu♡

With You || Inumaki TogeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang