Chapter 4 : Rencana

739 116 38
                                    

"arigato. Senpai" ucap (name) turun dari sepeda motor inumaki. Inumaki mengangguk sebelum akhirnya melajukan motornya. (Name) melihat inumaki pergi hanya tersenyum kecil.

Sekelebat ingatan muncul. Dimana wajahnya dan wajah inumaki sangat dekat. Pipi (name) memanas. Ia memegang kedua pipinya dengan kedua tangan. "Baka. (name)!"

(Name) hendak memasuki gerbang rumah. Ia melihat mobil sang ayah terparkir di halaman. "Ayah pulang cepat, Ya?"

Memang tak biasanya ayahnya pulang cepat. Biasanya haru akan pulang kala menjelang tengah malam. Atau paling cepat ketika waktu makan malam.

(Name) melirik jam tangan yang terpasang di tangan nya. Netra e/c nya terbelalak kala jam tangan menunjukkan pukul 17.08

"Sial aku terlambat! Apa yang harus ku katakan?" (Name) mencoba berfikir. Alasan apa yang tepat untuk di beritahukan pada haru mengapa dia terlambat pulang.

Sebuah lampu muncul di atas kepala (name). Ia menjentikkan jarinya. "Yosh! Kerja kelompok"

(Name) membuka pintu rumah. "Tadaima~"

"Okaeri (name)" bukan haru. Melainkan Jessi yang menjawab.

Dalam hati, (name) berharap sang ayah tidak bertanya. Tidak. Ayahnya tidak mungkin peduli. Namun Jessi itu! Suka sekali mencari masalah.

"Tumben kau pulang telat. (name)?" Harapan (name) pupus kala suara lembut khas wanita bertanya padanya.

Haru yang sebelumnya fokus pada majalah yang ia baca kini melirik (name). "Iya, tumben. Kemana saja kau (name)?"

Seketika (name) gelagapan. "A-ano. Ayah, aku tadi k-kerja kelompok di rumah temanku"

Haru manggut-manggut kemudian kembali terfokus pada majalahnya sesekali menyesap cangkir yang entah apa isinya. (Name) bernafas lega. Baru saja ia menaiki satu anak tangga. Jessi kembali melontarkan sebuah pertanyaan padannya.

"(Name)! Ada apa dengan wajahmu? Kenapa lebam semua?" Jessi memasang ekspresi khawatir. Tapi (name) tahu itu cuma pura pura. Hanya orang bodoh yang tidak menyadarinya. Dan ayahnya termasuk dalam orang orang bodoh itu.

(Name) hampir saja lupa Dengan luka nya. Bodoh bagaimana kau bisa lupa dengan ini. Sekarang apa yang akan ku katakan?. Batin nya

Dapat (name) lihat dengan jelas sosok sang ayah yang tengah menatap tajam ke arahnya. Seolah meminta penjelasan. "A-aku ini... Tadi.. itu-"

"Apa kau berkelahi (name)?" Tanya Jessi.

"T-tidak! Tentu saja aku tidak berkelahi" (name) tidak berbohong. Memang benar jika ia tak berkelahi kan?

"Lalu bagaimana kau bisa terluka (name)?" Haru ganti bertanya. (Name) gelagapan. Otaknya terus berputar mencari alasan yang tepat. Nihil!

Haru menghela nafas "aku menyekolahkan mu bukan untuk hal semacam ini. Kenapa kau terus membuat ayahmu kesal! Tak bisakah kau membuat hatiku senang, sedikit saja ayah minta padamu."

Hati (name) rasanya sangat teriris. Ia memandang ayahnya lemas. "Ayah... Aku tidak-"

"Cukup... Pergilah ke kamarmu"

(Name) menunduk. Sebenarnya ia ingin sekali menjelaskan pada ayahnya. Namun kakinya tak mau berkompromi.

(Name) melangkah pergi. "Rasakan itu. Anak sialan" bisik Jessi pada (name) saat (name) melewati nya.

Jika dipikir pikir. Jessi dan Yui itu sama saja. Suka sekali mengambil kebahagiaan (name). Mungkinkah mereka ibu dan anak? Entahlah (name) tak mau ambil pusing.

With You || Inumaki TogeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang