Narisa
Kak Risa, kecafe kencarati yuk? |
Aku deh yang traktir |
Aku tunggu di depan |
Gedung pameran lukisan yaa |
| Eh udah lama nunggu aku ya Ca?
| Otw nihGapapaaaaaa |
Sip cepet ya Kak, laper nih! |
ReadTatapku masih berada di benda pipih berkoneksi itu sesekali menggerutu, tak peduli sudah berapa orang yang berlalu-lalang di depan gedung ini. Aku masih setia menunggu Narisa dan berbicara sendiri, karena kesal akan hal yang terjadi tadi.
Narisa menepuk bahu ku, mengisyaratkan agar aku berhenti berbicara. Aku yang sadar akan hal itu, langsung mengangguk membuntuti kemana arah gadis ini membawaku.
Sekitar 30 menit, sepeda motor roda dua berwarna biru muda milik Narisa berjalan di jalanan beraspal. Tak butuh waktu lama, kini aku dan Narisa telah berada di lahan parkir milik cafe klasik kencarati.
"Suasananya udah berubah ya Kak?"
Aku mengutarakan semuanya kepada Narisa, dengan cerewetnya aku terus saja berbicara sampai Narisa tertawa, aku yang melihat itu langsung bertanya-tanya. Apa yang salah dengan ku?
"Ica Ica.. iya aku tau kamu itu baru pertama kali ke sini, setelah 4 tahun belajar di Surabaya pasti kamu bingung dan mungkin aneh. Tapi apa iya engga mau masuk dan mesen makanan?? kan katanya tadi mau traktir gimana sih Caaaaa?"
─────────────
Setelah memesan beberapa makanan, aku melanjutkan perbincanganku bersama Narisa tentang banyak hal yang berubah dari segala sudut di cafe kencarati ini.Tapi, dari penglihatanku.. tentang semua sudut dan sisi yang berubah dari cafe ini. Aku tak sengaja menyadari keberadaan seseorang di sebelah meja ku, sepertinya aku mengenalnya?
"Suara itu.. aku mengingatnya." ucapku dalam hati, tak ingin Narisa tau tentang ini aku segera memintanya untuk keluar mengambil dompetku yang berada di dalam jok motornya.
Setelah bayang Narisa tak terlihat lagi. Aku mulai memberanikan diri, mengatakan permisi ke seseorang yang aku rasa itu dia. Tapi belum sempat untuk ku menyapa, tangan wanita berambut pirang yang tengah membawa kopi itu datang, menautkan tangannya dan tangan si 'dia' tepat di mataku.
"Makasih, sayang." dengar ku dari pemilik suara yang berada di meja sebelah.
Aku terdiam, tak berniat menoleh lagi ke pria dan wanita yang berada di sebelah meja ku kini. Alih-alih untuk melanjutkan makan, aku malah berusaha menstabilkan emosiku, mengusahakan air mata yang telah aku pendam selama 4 tahun ini tidak lolos begitu saja dari pertahananku.
"Calm down, Yurica. Clam down"
𝟐𝟎𝟐𝟏, 𝐆𝐎𝐑𝐄𝐒𝐀𝐍 𝐉𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀.
Sebenarnya, aku udah nulis panjang banget buat part "Sepeda motor roda dua, biru muda." tapi karena engga sengaja kehapus.. jadi aku ketik ulang.. 😭😭😭😭 sedih banget aduh, tapi aku harap part kali ini bisa nyambung dan ngefeel 😭😭😭😭 and then, makasih yang udah kasih bintang, makasih udah apresiasi Goresan jingga.
* give readers a shot of love *
KAMU SEDANG MEMBACA
❨ 𝐆𝐎𝐑𝐄𝐒𝐀𝐍 𝐉𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀 ㅡ #조유리 ❩
FanfictionBeberapa hal, memang tidak harus bergerak atau terhenti karena keinginan. Merelakan atau menjalani hari dalam fase melupakan adalah sebuah pilihan maju atau tetap berdiri pada tempatnya. People changes, Yurica- katanya.