- Roti panggang racikan, Bunda.

55 15 1
                                    

"Kira-kira apa yang kurang ya?" sejak pagi hari, jari jemari ku mulai mencari beberapa kertas lawas yang sekiranya penting. Aku berencana untuk beranjak ke langkah selanjutnya, mencari kerja.

Dari lantai bawah, sudah bisa terdengar suara musik yang setiap hari Ayah putar. Rasanya hangat. Sehangat harum roti panggang racikan Bunda.

Bicara tentang roti panggang racikan Bunda, aku tidak berbohong tentang harumnya yang hangat. Bunda memang koki yang handal. Jika di
sandingkan dengan Chef Arnold atau Chef Renata dari Master Chef, Bagi kami Bunda menduduki peringkat nomor satu di antara deretan Chef ternama itu.

"Aku pakai selai coklat! Ayo dong Kak Acaaa. Ngolesin selai kaya ngolesin cat ke canvas aja, banyak pertimbangan." Kata ku dengan nada kesal, sudah jam 08.34 aku masih duduk di meja makan menunggu Kak Aca mengoleskan selai, ke roti milikku. Kak Aca memang sering kali membuat ku kesal, tak hanya Kak Aca. Ka Eca juga masuk dalam daftar saudari kandung ku yang sering membuat ku naik pitam karena kejahilan atau perkataannya yang sepertinya khusus ia rangkai untuk menyindir kisah percintaan masa lalu ku.

Kalau kata Ayah "Punya anak gadis, serasa punya balita." Ada benarnya perkataan Ayah. Kak Eca dan Kak Aca sering meributkan siapa yang mengemudi mobil hanya karena keduanya malas mengatasi macetnya Kota ini. Ketika aku menyarankan kenapa tidak memakai jadwal setiap minggunya siapa yang menyetir, mereka berdua tetap bersikeras tidak mau mengalah. Mereka sama-sama tidak berubah, sering kali mempersulit hal yang terlihat mudah untuk di atasi. Tapi kadang, mereka begitu akur ketika ingin mengejekku. Ya walaupun pada akhirnya, aku menjadi sasaran kejahilan mereka berdua.

Kak Aca dan Kak Eca, memang sering pergi bersama ke kampus. Karena mereka satu universitas dan Ayah juga tidak mengizinkan Kak Eca memiliki mobil pribadi seperti Kak Aca jadi kejadian seperti itu sering kali di permasalahkan oleh mereka berdua.

Kak Yenaca dan Kak Chaeca melanjutkan studynya ke jenjang S2. Memang benar mereka masih mengenyam pendidikan perkuliahan. Karena Ayah ingin, melihat anak-anaknya mendapat gelar S2. Bagaimana pun caranya. Jika Ayah sudah merencanakan sesuatu, aku dan Kakak-kakak ku hanya bisa berjalan di jalan yang ia buat.

Tapi jauh dari permintaan atau rencana-rencana yang Ayah inginkan dan sepertinya terlihat mengekang kami, kami tidak pernah berencana menolak itu. Karena Ayah tau apa yang terbaik bagi kami, walaupun keinginan pribadi kami harus di kubur dalam-dalam.

Kalau di tanya, inginkah keluar dari jalan yang Ayah  rencanakan? Jawabannya ingin, tapi itu akan melukai kerja keras Ayah selama ini. Lebih baik menghadapinya bukan? dari pada lari dan tak tau arah setelahnya.

"Setidaknya mereka masih merasakan harum hangat milik roti racikan Bunda setiap paginya. Dan syukurlah mereka tidak pernah mencicipi dinginnya tempat tinggal yang asing di kota rantauan"

𝟐𝟎𝟐𝟏, 𝐆𝐎𝐑𝐄𝐒𝐀𝐍 𝐉𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀.

❨ 𝐆𝐎𝐑𝐄𝐒𝐀𝐍 𝐉𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀 ㅡ #조유리 ❩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang