- Malam ke 24 di bulan Mei.

20 7 1
                                    


"Enggak deh.. ojek langganan Ayah biasanya jemput kok. Hehe" Dengan ego yang sama-sama di junjung tinggi, perbincangan malam itu berakhir dengan Asa yang harus menunggu ojek langganan ku tiba.

Katanya "Yaudah, aku juga nunggu kamu disini. Sampe ojek kamu dateng, enggak baik perempuan sendirian nunggu begini"

Siapa yang tidak berargumen kalau laki-laki ini sedang memendam rasa pada ku? Kalau kata gaulnya mah pdkt-an enggak hujan, enggak juga petir Asa tiba-tiba berucap "Selamat malam" di tengah lelahnya aku yang baru saja selesai kelas tambahan. Dan satu lagi! Bagaimana anak ini tau tempat les ku? Usaha atau modusnya, bisa di acungkan 2 jempol.

─────────────

"Wisata masa lalu, bodoh. Manisnya di awal, pahit di akhir." gerutu ku, menepis semua ingatan bersama vocalist band saat SMA itu.

Sadar apa yang aku pikirkan "Sudah-sudah" ucapku dalam hati, aku enggak mau jadi peserta wisata masa lalu yang berakibat galau berhari-hari. Percuma, yang sakit kita sendiri.

Setelah sesi mengerutuki pikiran ku sendiri itu usai, rasa lelah pun datang. Sebaiknya aku membeli satu cup vanilla latte saja kali ya? Dengan berdalih Self reward karena udah dapat panggilan kerja dan baru saja selesai interview.

Selesai dengan kegiatan Self reward itu aku bergegas pulang. Dengan jalan kaki, kapan lagi sakit lutut karena galau ya kan? ahaha iya-iya ini contoh tindakan menyakiti diri sendiri. Tapi beneran! ini healing paling asik.

Masih dengan satu cup hot vanilla latte yang aku pesan di cafetaria, aku melanjutkan langkah ku.
Dengan hitungan persekian detik, sepatu ku basah karena cipratan mobil yang lewat tadi.

Sial, sudah mau galau, sepatu juga basah. Ulah pengendara mobil bagaimana sih? sudah jelas aku berjalan di tempat pejalan kaki, toh kurangi kecepatan mobilnya, hujan juga. Berempati sedikit enggak bisa?

Pemilik mobil itu berhenti, jaraknya agak jauh dari kejadian yang mengakibatkan sepatu ku basah. Laki-laki ternyata, terlihat sosoknya sedikit berlari menghampiri ku yang sedang berjongkok berusaha mengelap sepatu.

"Maaf tadi gue engga liat ada lo, hujan juga susah liatnya. Maafin gue ya."

"Gue bantu" ia mengambil cup vanilla latte ku, yang sedari tadi aku genggam di tangan kanan.

"Iya, makasih. Lain kali, mohon berempati sama pejalan kaki ya Mas."

Laki-laki berjaket putih itu membantu ku berdiri, dan memberikan kartu namanya. "Iya, sepatu lo basah. Nanti gue ganti, simpen. Kalau lo luka, atau mau minta 2 kali lipat ganti ruginya,telpon nomor itu. Gue minta maaf banget."



𝟐𝟎𝟐𝟏, 𝐆𝐎𝐑𝐄𝐒𝐀𝐍 𝐉𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀.

❨ 𝐆𝐎𝐑𝐄𝐒𝐀𝐍 𝐉𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀 ㅡ #조유리 ❩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang