Demam unyu-unyu

14 5 0
                                    

Apakah kau sudah temukan yang baru?

***

Kejadian tauran kemarin menggemparkan sejagat raya SMA Wirakartika. Beritanya menjadi trending nomor satu. Ditambah yang mencengangkan adalah pelaku tauran itu seorang Jeniper.

Lain dengan Jeje yang dengan santainya berjalan di koridor sekolah ditemani dengan sang Bapak tercinta.

Jeje menjelaskan semuanya dengan rinci kepada kedua orangtuanya tentang kejadian kemarin. Bapak Jeje tidak marah justru lebih bersyukur karena Jeje masih dalam keadaan sehat walafiat.

Telinga Jeje rasanya pusing mendengar suara-suara murid yang melihat Bapak nya.

"Anjir itu Bapak nya si jeje?"

"Oppa oppa "

"Ahjussi"

"Berasa lagi nonton Drakor tapi gue ada didalemnya"

"Angkat gue jadi kakak lo Je"

Jeje bergidik ngeri mendengarnya. Sungguh mereka sudah kehilangan kesadarannya sebagai manusia.

"Kata Jeje juga apa ih, mending sama Umi kebongkar kan semua rencana Jeje menjadi rakyat biasa"

"Jeje kan tau sendiri Umi lagi hamil muda, gak boleh capek-capek".

Tibalah Jeje dengan bapaknya di ruang guru. Semua masih tercengang dengan siapa yang baru saja datang. Marvin Lee yang notabenenya pengusaha sukses sekaligus keluarga terpandang.

"Si-silahkan duduk Pak" titah pak Ari mempersilahkan untuk duduk.

"Terimakasih Pak"

"Menurut data siswa, nama ayah Jeniper, So Lee Hin" ucap Pak Ari meyakinkan "tapi maaf kenapa Bapak Marvin Lee yang menjadi wali Jeniper"

"Ohh ini" tunjuk Bapak marvin pada berkas yang tadi sempat diserahkan. "Itu nama saya di indonesia, terutama mertua saya yang mengganti nama saya menjadi So Lee Hin, dan Jeniper asli anak kandung saya"

"Permisi Pak, saya terlambat". Ucap cowok itu yang baru saja datang.

"Mana orang tua kamu Jefri?"

"Mereka lagi keluar kota Pak, kalo Bapak gak percaya telpon aja". Balasnya dengan santai.

Jeje ingin pingsan saat ini juga. Cowok yang kemarin bersamanya ketika tauran sedang berdiri gagah didepannya.

"Yasudah silahkan duduk"

Jeje masih belum kicep melihat Jefri yang begitu mempesona. Hingga tarikan tangan Bapak Marvin menyadarkan Jeje dari otaknya yang sedang traveling.

"Pak Marvin, saya tidak percaya dengan putri Bapak yang terlibat dalam tauran"

"Ya jangan percaya Pak, orang itu hoax". Balas Marvin santai.

Jeje merasa situasi tidak akan aman. Masalahnya Marvin sama seperti Jeje menyebalkan dan meresahkan.

Jeje meminta pada Pak Ari agar memaklumi sifat Bapak nya ini. "Emm Pak Ari, saya boleh jelaskan kronologi kemarin, supaya hukuman yang kami terima tidak terlalu berat".

JejeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang