PROLOG

295 95 145
                                    

-

Oktober, 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oktober, 2019.

Kedua tangan gadis itu memegangi tali tas selempangnya. Binar matanya memancar tatkala melihat cahaya orange di langit yang kini tengah menampilkan keindahannya. Warna orange bercampur kebiruan berpadu menjadi satu, hingga keelokannya terasa begitu memanjakan kalbu. Sepertinya ia datang di saat yang begitu tepat. Hari ini senja terlukis dengan sangat sempurna.

Dirinya memang baru saja memijakkan kaki pada sebuah pantai yang sudah beberapa hari lalu begitu diingin-inginkannya. Dia memang begitu menginginkan datang ke tempat ini,

pantai.

Setelah hampir dua minggu lamanya benar-benar hanya berkutat dengan buku-buku pelajaran. Mengulik berbagai materi yang meminta di pecahkan, agar menjadi sebuah deretan tulisan yang tepat dalam sebuah lembar jawaban ujian.

Dirinya baru saja menyelesaikan penilaian akhir semester pertama di kelas sebelas.

Akhirnya, ia dapat berefreshing menenangkan tubuh dan pikirannya ke sini, sembari melihat sunset yang begitu mengagumkan seperti sekarang.

Tangannya kini bergerak membuka flatshoes yang sedang di kenakannya. Sebuah lekungan senyum tertera di wajah gadis itu, begitu kedua telapak kakinya menyentuh permukaan pasir yang begitu lembut. Ia menyelipkan anak-anak rambut di sela-sela telinga, hembusan angin menyibak indah surai hitamnya yang di biarkan tergerai.

Sore ini dia akan menyaksikan matahari terbenam dibaluti semburat jingga yang begitu memabukkan. Meski keindahan itu hanya akan berlangsung dengan waktu yang singkat.

Mungkin karena itu, senja begitu istimewa.

Keindahannya yang sebentar, tetapi mampu membuat semua orang tetap akan ingin selalu menyaksikannya lagi dan lagi. Meski hanya berlangsung singkat, kehadirannya tetap akan selalu menjadi yang paling di nanti-nanti.

Semua tetap ingin selalu menjumpainya lagi dan lagi.

Dia istimewa, meski hanya sekejap ada.

Gadis itu menjatuhkan bokongnya di tepian yang menghadapkannya langsung ke pantai. Deburan ombak terlihat mulai pasang, namun suaranya begitu terdengar sangat menenangkan.

Suara tawa yang cukup keras terdengar dari sebelah dimana dirinya saat ini sedang duduk. Terlihat di sana terdapat tujuh orang lelaki yang tampak seusianya sedang saling menyemburkan tawa yang nampak begitu bahagia. Mereka juga mengenakan warna baju yang sama, kemeja warna putih dengan bawahan celana jeans biru.

Kehadirannya mengundang berbagai macam tatapan dari orang-orang di sekitar mereka. Mungkin karena ketujuhnya memakai warna baju yang kompak serupa. Di depannya terdapat beberapa makanan ringan dan minuman kaleng yang seperti dibeli khusus untuk makan di tempat ini.

SANDYAKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang