4. Not Again

8.2K 1.1K 54
                                    

Renjun benar-benar berada di apartemen Doyoung selama seminggu tanpa masuk kuliah. Dan hal ini tentu membuat empat kekasihnya frustasi bukan main. Bahkan Haechan mengalami sakit hingga tiga hari. Sementara Doyoung berusaha membujuk Renjun agar setidaknya mau kembali kuliah. Bukan bermaksud mengusir, tapi doyoung tidak ingin pria kecil itu tertinggal mata kuliah hanya karena masalah ini. Meskipun Doyoung juga tidak dapat menghakimi bahwa perasaan dapat mengatur seseorang.

"Renjun" panggil Doyoung membuyarkan lamunan pria bermata rubah itu.

"Ingat alasan mengapa kau sampai disini?" tanya Doyoung.

"Aku–" Renjun menjeda ucapannya sebentar.

"Aku ingin belajar, Hyung." jawab Doyoung lirih.

"Dan kau akan berhenti belajar, membuat Baba dan Mamamu kecewa karena ke-empat pria yang bahkan tidak memperlakukanmu dengan baik?" tanya Doyoung lagi.

"Renjun, cinta adalah bonus untukmu selama tinggal disini. Tapi tugas utama kamu adalah belajar. Baba dan Mamamu percaya bahwa kau disini belajar. Mereka menaruh kepercayaan sebesar itu padamu, dan kau ingin mengecewakan mereka karena masalah ini?" lanjut Doyoung yang dibalas gelengan kuat oleh Renjun.

"Besok kuliah, ya?" ucap Doyoung dan akhirnya di anggukki oleh Renjun.

"Tidak masalah jika kau ingin berada disini sepuasnya, tapi kau harus melanjutkan kuliahmu." ucap Doyoung sembari mengusap penuh sayang surai milik Renjun.

"Makasih, Hyung." ucap Renjun sembari memeluk Doyoung dengan erat. Membuat Doyoung membalas pelukan itu tak kalah erat.

Sungguh, jika dia bisa egois, dia ingin memiliki Renjun hanya untuknya. Mengurung Renjun dan melakukan hal-hal menjijikan yang dapat membuat Renjun tetap di sisinya. Sayangnya, Doyoung tidak setega itu. Melihat Renjun dengan wajah sembab berlinangan air mata membuat hati Doyoung ikut tercubit.

"Sekarang, pergi tidur agar besok kau lebih segar." Doyoung menampilkan senyum manisnya sembari mengusap wajah manis pria di hadapannya.

Setelah mendapat anggukkan dari Renjun, Doyoung keluar dari kamar itu. Membiarkan Renjun kembali melamun dan disibukkan dengan isi pikirannya.

Sementara di lain sisi, Mark tengah memandang suasana malam Kota Seoul dengan tangan terkepal erat. Pria itu mengeraskan rahangnya menahan geram. Ia ingin menarik Renjun keluar dari apartemen Doyoung kemudian memukul wajah pria kelinci itu. Dua hari lalu, Mark menemui Doyoung dan dengan seluruh kecerdasan otaknya, pria itu berhasil memasang alat perekam berukuran nano dan membuatnya mendapati fakta bahwa kekasihnya tengah berada di apartemen pria itu. Alat perekam yang Mark pasang di kerah mantel Doyoung, secara beruntung diletakkan Doyoung di kamarnya, hingga Mark berhasil mencuri dengar perbincangan keduanya meski tidak begitu jelas. Dan setelah mengetahui bahwa besok Renjun akan kembali berkuliah, Mark akan pastikan menyeret pulang rubah kecil itu.

Mark ingat saat seminggu yang lalu, Jaemin menghubunginya berkali-kali dan mengatakan Renjun hilang. Dia benar-benar sudah hampir gila membayangkan bagaimana bisa dan kenapa hingga Haechan mengatakan bahwa Renjun tidak ada di apartemen Doyoung, dan pria itu menemui Doyoung.

Menghembuskan napas panjang, Mark memilih merebahkan tubuhnya sebelum mulai memejamkan mata. Dirinya harus mengumpulkan tenaga untuk menemui Renjun esok hari.

.




Renjun berusaha membujuk Doyoung agar tidaj berangkat kuliah. Namun, pria itu memaksa agar Renjun harus kuliah. Dengan perasaan was-was dan bibir melengkung ke bawah, Renjun akhirnya turun dari mobil milik Doyoung. Membetulkan topi dan maskernya, kemudian dengan cepat berjalan menuju kelasnya.

Renjun sudah khawatir seharian kalau-kalau ke-empat prianya menemui Renjun. Namun, pria mungil itu dapat menghela napas lega karena apa yang dipikirkannya tidak terjadi. Sampai saat Renjun keluar dari gedung fakultasnya, dan seseorang menarik lengannya cukup keras hingga membuat Renjun tersentak.

"Mark Hyung–" gumam Renjun masih belum memahami sepenuhnya apa yang terjadi dan membiarkan kakinya melangkah mengikuti Mark. Dan saat Renjun sadar, pria itu berusaha melepaskan cengkraman Mark di lengannya yang justru semakin menguat.

"Lepaskan aku." ucap Renjun sambil berusaha melepaskan diri dari Mark. Namun seolah tuli, Mark semakin mempercepat langkahnya hingga ia harus setengah berlari demi mengimbangi langkah Mark.

"Lepaskan aku!" teriak Renjun akhirnya, tepat saat keduanya sampai di parkiran.

Mark dengan keras mendorong tubuh Renjun masuk ke dalam mobil hingga Renjun tidak punya kesempatan keluar atau memberontak. Lengannya sakit dan gemetar karena cengkraman Mark tidak main-main. Bahkan kulit putihnya tampak memerah akibat ulah Mark. Sungguh, Renjun ingin menangis sekarang. Dia sakit hati dan takut. Mark bahkan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi yang membuat Renjun terpaksa memejamkan mata kuat-kuat.

Sampai tidak lama kemudian, keduanya sampai di apartemen milik Mark. Memaksa Renjun mengikuti langkahnya tanpa peduli kekasihnya meringis akibat nyeri di pergelangan tangannya.

Begitu sampai di dalam apartemen, Mark mendorong tubuh Mark hingga pria mungil itu jatuh terduduk di atas sofa. Renjun benar-benar merasa sakit hati dengan perlakuan Mark kali ini.

"Kekasih kalian ini berada di apartemen Doyoung! Seminggu dia disana dan entah apa saja yang sudah mereka lakukan!" teriak Mark membuat Renjun mendongak tidak terima.

"Renjun, kau di apartemen Doyoung tapi saat aku kesana kau bahkan tidak menemuiku? Aku sampai sakit memikirkan kondisimu tapi kau bersenang-senang dengannya?" ucap Haechan.

Renjun balik menatap Haechan tidak terima.

"Kalian pikir aku serendah itu?" ucap Renjun lirih.

"Kalian sakit hati? Apa kalian pernah mencoba memikirkan posisiku?! Dua tahun aku bertahan dengan sikap kalian! Dan Mark kau mencurigaiku saat kau sendiri berciuman dengan Jungwoo di depan umum? Siapa yang seharusnya dicurigai disini?" ucap Renjun dengan bibir bergetar.

"Kau. Dua tahun aku sabar kau hanya menjadikanku pelarian saat Jungwoo membuatmu sakit hati." Renjun menunjuk wajah Mark.
"Kau. Aku membiarkanmu berkencan dengan temanmu setiap hari! Dan kau Lee Haechan, Na Jaemin, aku bahkan tahan dengan sikap kalian yang semaunya. Dan sekarang kalian menghakimiku karena masalah ini?" ucap Renjun dengan tawa putus asa di wajahnya.

"Seharusnya, aku memang tidak pernah mengenal kalian." ucap Renjun beranjak dari tempatnya.




.

Cut dulu dilanjutin part selanjutnya hehehe

Happy Birthday baobei Renjunie  ❤

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang