Jeno melangkah dengan sedikit terhuyung menuju apartemen Renjun. Kepalanya serasa berputar hingga ia membiarkan tubuhnya luruh di lantai. Pria itu menggedor pintu apartemen Renjun. Menunggu cukup lama hingga akhirnya pintu itu terbuka dan menampakkan wajah terkejut Renjun.
"Jeno, ada apa denganmu?" Tanya Renjun kemudian membopong masuk tubuh Jeno dan meletakkannya di sofa.
"Renjun, Renjun... Hik Renjun." Racau Jeno.
"Kenapa mabuk seperti ini." Ucap Renjun sembari membaringkan tubuh Jeno dan melepas sepatu pria itu.
Renjun hendak beranjak dari tempatnya sebelum genggamannya tangan Jeno menghentikannya.
"Renjun jangan pergi, jangan tinggalkan aku."
Mendengar kalimat tersebut, Renjun berjongkok di samping Jeno.
"Aku akan mengambilkanmu air, Jen. Tunggu disini." Ucap Renjun namun Jeno menggeleng cepat.
"Tidak, aku tidak mau. Jangan tinggalkan aku. Walau ini hanya mimpi, aku ingin sebentar saja jangan meninggalkanku, Renjun. Kumohon."
Renjun tersentak melihat Jeno menangis. Ia jelas terkejut menyadari pria itu menangis.
"Jen –"
"Renjun aku sangat menyesal. Jangan meninggalkan aku tolong. Aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa jika harus jauh darimu. Jangan meeninggalkanku kumohon."
Renjun diam mendengarkan ucapan Jeno. Tangannya bergerak mengusap kepala pria itu. Hati Renjun terasa sakit melihat Jeno menangis. Kemarin ia melihat Haechan menangis dan saat ini Jeno yang menangis.
Renjun memang kecewa dan marah pada kekasih-kekasihnya. Namun ia juga ikut merasa sakit melihat orang yang dia sayang dalam kondisi seperti sekarang.
"Jeno, aku sayang banget sama kamu. Tapi hati aku juga sakit banget." Renjun mengecup kening Jeno sebelum merebahkan kepalanya di samping sofa tempat berbaring Jeno dan memejamkan mata.
Keesokan paginya, Jeno mengernyit sembari memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. Badannya terasa kaku dan ia baru sadar kalau dirinya tidak kembali ke apartemen semalam. Mata pria itu langsung terbuka dan betapa terkejutnya Jeno melihat Renjun tidur meringkuk di karpet.
Jeno turun dari tempatnya dan memastikan bahwa yang tengah meringkuk di karpet adalah Renjun-nya. Begitu melihat wajah damai Renjun, mata Jeno langsung berkaca-kaca. Renjun-nya, kekasihnya, ada di hadapannya. Jeno menutup mulutnya untuk meredam suara tangisnya.
"Renjun... " Gumam Jeno sembari mengusap kepala Renjun penuh sayang.
Renjun yang merasa terusik tidurnya, menggeliat pelan mencoba menyesuaikan matanya dengan cahaya di ruangan tersebut.
"Jeno? Kamu udah bangun?" Gumam Renjun dengan suara seraknya.
Jeno mengangguk tanpa melepas pandangannya dari Renjun. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan menatap Renjun sebelum pria mungil itu nanti memintanya untuk pergi.
"Jeno, kamu jangan mabuk lagi. Gimana kalau ada orang jahat?" Ucap Renjun.
"Habis ini beli minuman perasaan mabuk dan makan sup. Banyak minum air putih supaya lekas hilang pusingnya." Oceh Renjun masih dengan mata setengah terpejam.
Jeno yang mendengar itu tersenyum kecil.
"Renjun, maaf. Maaf aku menjadi begitu jahat dengan mengabaikan kamu. Maaf, harusnya aku bisa dengan tegas memilih antara Yeeun dan kamu. Maaf karena aku bukan kekasih yang baik." Ucap Jeno.
"Tapi aku mohon, jangan meninggalkanku. Beri aku kesempatan kembali, Renjun. Aku mohon." Jeno melanjutkan ucapannya sembari menunduk.
"Jeno, aku memaafkanmu. Tapi, aku tidak bisa berbohong kalau aku sangat kecewa dan sakit. Untuk saat ini, aku tidak bisa menerimamu kembali. Maaf." Jawab Renjun.
"Renjun... " Jeno menatap nanar wajah kekasihnya.
"Maaf, Jeno. Sebaiknya kamu pulang sekarang." Tutur Renjun sebelum beranjak dari tempatnya, meninggalkan Jeno yang masih tertegun di tempatnya.
Jeno sendiri hanya menunduk. Ia benar-benar takut kalau harus kehilangan Renjun. Namun Jeno juga sadar bahwa segala kekacauan ini, dirinyalah penyebabnya. Jeno tidak mungkin menyalahkan Renjun. Bahkan, Renjun masih berbaik hati dengan membiarkannya masuk ke apartemen milik pria itu dan mengurusnya. Renjun terlalu baik, sementara Jeno menyadari betapa tidak tahu diri dirinya.
Jeno berjalan mendekati pintu kamar Renjun yang tertutup.
"Renjun" Panggil Jeno, dan tidak ada jawaban dari Renjun.
"Aku tahu, aku sangat bersalah dan mengecewakanmu. Dan tidak seharusnya aku berharap kamu bisa dengan mudah maafin aku. Tapi Renjun, kamu harus tahu kalau aku sangat menyayangi kamu. Aku akan buktiin ke kamu kalau kamu adalah pilihan aku." Jeno mengoceh panjang meski Renjun tidak merespon apapun.
"Aku akan datang kembali setelah menyelesaikan masalahku. Renjun, tolong tunggu aku." Tutur Jeno.
"Aku mencintaimu." Tutup Jeno sebelum meninggalkan apartemen Renjun.
"Aku juga mencintaimu, Lee Jeno. Cepat datang, aku menunggu." Gumam Renjun.
Renjun mengusap air matanya. Ada beberapa hal yang harus kita lepaskan agar orang tersebut paham bagaimana menghargai keberadaan orang lain. Kadang seseorang menjadi tidak tahu diri saat sadar mereka begitu dibutuhkan. Bukan mendendam, Renjun hanya ingin tahu bahwa ia menjatuhkan hatinya pada orang yang tepat.
Ia mencintai Lee Jeno, sama dengan ketiga kekasihnya yang lain. Namun, mengapa hanya Jaemin yang Renjun beri kesempatan? Sebab Jaemin tidak menaruh perasaannya pada oranglain. Bagi Renjun, patah terdalam adalah saat hati yang tengah dijaga justru menjaga hati lainnya. Renjun masih bisa tahan dengan sikap dingin Jaemin dan dia yakin Jaemin akan berubah setelah kejadian ini. Namun, jika menjaga hati lain, maka orang tersebut harus lebih dulu selesai dengan dirinya. Sebab, jika belum selesai maka tidak ada hati yang satu dan utuh.
Makin gaje, mohon maaf🤧🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN
FanfictionPerihal Huang Renjun dan sederet pria yang mencintainya. harem!