14. About My (Boy) Friend

5.8K 754 29
                                    

Renjun menghela napas pelan saat kemudian retinanya dikejutkan dengan kehadiran Jaemin yang tengah sibuk memaksa di dapur apartemennya.

"Sedang apa?" Tanya Renjun membuat Jaemin menghentikan kegiatannya sejenak kemudian menatap Renjun dengan wajah penuh senyum.

"Membuat makan malam untuk kita." Jawab Jaemin.

Renjun kembali menghela napas kemudian duduk sembari menunggu Jaemin. Ia masih kesal dengan pria tersebut, tapi Renjun akui bahwa Jaemin hanya berusaha melakukan apapun untuk kebahagiaannya. Selama ini Jaemin memang hampir tidak pernah mengucapkan kalimat pujian atau sayang bahkan setelah dua tahun mereka menjalin hubungan, tapi Jaemin selalu menunjukkan segalanya dengan sikap.

Jaemin adalah orang yang akan rela ke supermarket jam sebelas malam hanya demi permen beruang keinginan Renjun. Jaemin yang rela menerobos hujan untuk membelikan Renjun obat penurun demam. Dan Jaemin adalah orang yang akan selalu bersedia memberikan pundaknya saat Renjun hampir jatuh dan hilang harapan.

Karena alasan itulah Renjun mudah memberi Jaemin kesempatan kedua. Bahkan saat dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka dulu, Jaemin adalah satu-satunya yang setia datang ke apartemennya setiap hari tanpa absen. Jaemin juga tidak pernah dekat dengan submisive atau perempuan lain selama bersama Renjun. Karena itulah Renjun ingin memulai segalanya dari awal bersama Jaemin dibanding kekasihnya yang lain.

Dan setelah Renjun memberikan kesempatan kedua, Jaemin merubah sikapnya. Jaemin menjadi lebih hangat dan mampu mengekspresikan dirinya di depan Renjun.

"Renjun" Panggil Jaemin membuat Renjun tersentak kecil dari lamunannya.

"Kenapa melamun? Ini makanannya udah selesai." Ucap Jaemin.

Renjun menatap makanan yang sudah tersaji di depannya, kemudian segera melahapnya.

Mereka berdua menghabiskan makanan tersebut tanpa suara, hingga Jaemin menawarkan membuat cokelat panas sementara Renjun mencuci piring kotor bekas mereka makan.

Setelah selesai, keduanya duduk di depan televisi yang tengah menampilkan salah satu drama dengan kepala Renjun bersandar pada bahu Jaemin dan lengan Jaemin yang sesekali mengusap kepala Renjun sembari mengecup puncak kepalanya. Mereka berdua bertingkah seolah lupa bahwa siang tadi Renjun merasa kesal bahkan sampai sore dimana dirinya bertemu Jeno.

"Tadi sore Jeno menemuiku." Renjun mulai bercerita dan Jaemin membiarkan kekasihnya melanjutkan ucapannya tanpa memotong.

"Dia mengatakan akan menyelesaikan urusannya dengan Yeeun dan akan berusaha membawaku kembali. Aku juga sudah memutuskan untuk memberikan Haechan kesempatan kedua, dan aku harap keputusanku tepat." Cerita Renjun.

"Aku takut, Na. Saat kesempatan yang ku berikan kembali dirusak dan itu membuatku kehilangan percaya terhadap diriku sendiri. Aku mungkin masih bisa menjadi baik saat dipatahkan hatinya, tapi aku tidak yakin bisa tetap hidup saat aku sudah kehilangan diriku. Sebab, ketika aku kehilangan diriku, tidak akan mudah untukku membangun kembali sebuah hubungan atau percaya pada romansa. Dan yang paling mengerikan, aku mulai kehilangan hati dan tidak ada cinta untuk siapapun." Tutur Renjun dan Jaemin segera membawa kekasih mungilnya ke dalam pelukkan sembari memberikan ciuman pada kening pria itu.

"Aku tidak akan memintamu percaya, tapi aku hanya ingin bilang bahwa aku disini, Renjun. Aku akan berusaha untuk selalu disini saat kau butuh bersandar, saat kau butuh seseorang agar bisa membantumu percaya, saat kau kehilangan pegangan, dan saat kau mulai kehilangan kendali atas dirimu sendiri. Aku disini bersamamu, Renjun."

Maka setelah kalimat panjang Jaemin, pria bermata rumah itu segera memeluk kekasihnya dengan erat. Pelukan yang sarat akan tumpuan dan harapan. Untuk pertama kalinya, Jaemin merasa begitu lega sebab Renjun telah mempercayai nya sepenuhnya.

Keduanya kini sedang berpelukan sembari berbaring di atas tempat tidur. Renjun menyamankan dirinya pada tubuh Jaemin.

"Apa kau mau bertemu Mark?" Tanya Jaemin hati-hati.

Tidak ada jawaban dari Renjun selama beberapa saat.

"Aku tidak akan memaksamu, itu pilihanmu Renjun." Jaemin mengecup kening Renjun penuh sayang.

"Aku akan bertemu Mark." Jawab Renjun.

"Kau yakin?" Tanya Jaemin tanpa bisa menyembunyikan mata berbinar nya.

"Aku yakin. Aku ingin masalah ini cepat selesai bagaimanapun nanti akhirnya." Jawab Renjun sambil tersenyum.

"Aku selalu di sisimu, jangan takut." Ucap Jaemin kembali memeluk erat Renjun.

Renjun menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jaemin, mendengar bagaimana detak jantung Jaemin berdetak tidak beraturan.

Renjun ingin segalanya usai dan kalau memang diberi kesempatan memulai kisah yang baru, ia ingin memulai segalanya tanpa beban atau keterpaksaan. Renjun ingin memulai semuanya dengan hati yang lapang dan tanpa penyesalan.

Jika ditanya apakah Renjun masih menyayangi Haechan, Jeno, dan Mark, jawabannya, masih. Renjun tidak sekalipun tidak mencintai mereka. Namun, rasa kecewa yang sangat besar membuatnya takut memulai kembali. Renjun ingin tahu bagaimana ketiga mantan kekasihnya menunjukkan kesungguhannya.

Katakan Renjun egois, tapi ia benar-benar tidak bisa memilih. Rasa cinta terhadap ketiganya sama besar. Tidak ada yang lebih banyak atau sedikit sebab mereka ber empat memiliki tempat masing-masing di hatinya. Sebab untuk membangun sebuah hubungan, bukan hanya ada rasa cinta, namun juga kepercayaan dan komunikasi dari kedua pihak. Karena hubungan adalah tentang dua sisi.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang