Setelah hampir dua minggu kabur dari perkuliahan dan memilih meminta tugas tambahan dengan alasan sakit, Renjun akhirnya kembali ke kampus. Sedikit gugup karena takut bertemu kekasihnya yang lain. Renjun belum siap, sungguh. Apalagi mengingat bayang-bayang Mark malam itu berhasil membuat tubuhnya gemetar. Setelah menghembuskan napas berkali-kali, Renjun melangkah dengan cepat melewati koridor. Baru saja dirinya hendak bernapas lega, sebuah suara mengintrupinya.
"Renjun?"
Renjun mendongak dan dibalik wajahnya yang tertutup masker dan topi, Renjun bisa melihat wajah cantik Yeeun.
"Renjun, ini benar kau kan? Kemana Jeno? Sudah sepuluh hari aku tidak bisa menghubunginya. Apa yang kau lakukan padanya?" Todong Renjun.
Sementara Renjun masih diam, cukup terkejut dengan fakta bahwa Jeno tidak bersama gadis itu.
"Aku tidak tahu." Jawab Renjun singkat.
"Jangan bohong, Huang. Aku tahu selama ini kau tidak menyukaiku dan Jeno. Kau cemburu. Jadi kau melarangnya bertemu denganku, kan? Kau egois." Ucap Yeeun.
"Egois? Siapa yang egois disini? Pernah aku meminta Jeno memprioritaskan aku saat dia sedang bersamamu? Pernah aku mengganggu waktu kencan kalian berdua? Pernah kau sadar bahwa Jeno adalah kekasihku? Tidak pernah. Jadi siapa yang egois disini?" Jawab Renjun.
"Aku sahabatnya. Wajar kalau aku dengannya terlebih hanya dia yang bisa aku andalkan sekarang." Yeeun masih mencoba membela diri.
"Dan aku kekasihnya kalau kau lupa. Seharusnya kau cukup tahu diri bahwa Jeno tidak hanya bersamamu tapi waktunya juga milikku." Tegas Renjun.
"Tapi Jeno tidak pernah protes dengan keberadaanku."
"Dan kau semakin tidak tahu diri. Itulah kesamaan kalian berdua. Karenanya aku menyerahkan Jeno untukmu. Silakan, kau bebas mengambilnya. Bekasku." Ucap Renjun sebelum meninggalkan Yeeun dengan rahang mengeras karena marah.
Renjun masuk ke dalam kelasnya dan segera menelungkupkan wajah. Ia sangat lelah dan ingin segalanya segera berakhir. Sayangnya, ia belum sekuat dan seberani itu untuk bertemu kekasihnya. Memijit pelipisnya, Renjun berusaha fokus pada mata kuliah yang tengah dijalaninya.
Setelah melewati perkuliahan tanpa bertemu kekasih-kekasihnya, Renjun berjalan cepat menuju apartemennya. Namun langkahnya mendadak berhenti saat melihat Jungwoo dan Mark tengah berpelukan di taman kampus. Hatinya mencelos. Ternyata masih begitu sakit.
Maka dengan cepat, langkahnya berbalik. Soalnya, sebuah teriakan membuatnya terpaksa berhenti dengan tubuh menegang.
"Renjun"
Renjun diam ditempatnya. Ia bisa mencium aroma tubuh Mark dari tempatnya.
"Renjun, kau kah itu? Kemana saja? Kami sangat khawatir dan aku sangat merindukanmu." Ucap Mark.
"Renjun aku tahu aku bersalah. Tapi sungguh tidak ada niatan untuk menyakitimu. Aku hanya takut kau pergi. Tolong, maafkan aku." Ucap Mark membuat Renjun mengepalkan tangannya erat.
"Renjun" Panggil Mark lagi dan mencoba mendekati Renjun.
"Jangan mendekatiku! Berhenti, berhenti di tempatmu, Lee Minhyung." Ucap Renjun. Tubuhnya gemetar saat mengingat perlakuan Mark. Dan hal itu, membuat Mark merasa dipukul telat di jantungnya.
Renjun nya ketakukan saat melihatnya. Sungguh, Mark ingin menangis. Dan pada akhirnya, pria itu hanya mampu diam saat Renjun buru-buru berlari meninggalkannya hingga tersandung kakinya sendiri.
"Sebegitu bencinya kah kau kepadaku, Renjun?" Gumam Mark melihat punggung sempit Renjun menghilang.
Renjun terus berlari tanpa menoleh. Napasnya tersengal namun Renjun tidak peduli. Ia hanya tidak ingin melihat Mark. Badan mungilnya yang gemetar menjadi saksi berapa rapuhnya pria itu. Cukup lama Renjun duduk di halte sembari mengatur napasnya. Setelah cukup tenang, barulah pria itu kembali melanjutkan perjalanan menuju apartemennya.
Sepanjang koridor apartemennya, pria mungil itu terus menunduk. Hingga dia tidak sadar ada seseorang yang tengah menatapnya berbinar.
"Renjun"
Renjun mendongak dan menemukan wajah bahagia Haechan. Meskipun tampak pucat, senyum lebar Haechan berhasil menyamarkan wajah kuyu pria itu.
"Haechan" Gumam Renjun.
"Aku mohon, beri aku kesempatan bicara Renjun. Aku tidak bisa seperti ini terus, aku tidak tahan. Rasanya sangat menyiksa tidak melihatmu selama dua minggu terakhir ini. Aku mohon, beri aku waktu." Ucap Haechan.
"Sepuluh menit." Jawab Renjun yang berhasil membuat Haechan tersenyum begitu lebar.
Setelah keduanya duduk di sofa apartemen Renjun, pria bermata rubah itu menunggu apa yang akan Haechan katakan.
"Renjun, aku tahu selama ini aku bersalah dan egois. Seharusnya aku bisa membagi waktu antara bersamamu dan teman-teman ku. Namun aku mengabaikanmu sebab aku fikir ada yang lain bersamamu. Maaf." Ucap Haechan.
"Bukan hanya itu, Haechan. Kau sudah menyakitiku begitu dalam. Tidak, ini bukan sepenuhnya salahmu. Mungkin aku juga tidak cocok dengan lingkunganmu dan karena itulah kau memilih gadis itu dibandingkan aku." Jawab Renjun yang membuat Haechan tersentak.
"Jeon Somi. Dia gadis yang manis dan cocok denganmu. Dia senang menghabiskan waktu di luar, bersamamu." Lanjut Renjun.
"Aku sudah memaafkanmu, tapi maaf juga karena hubungan kita berhenti sampai disini. Silakan keluar dari apartemenku." Ucap Renjun sebelum bangun dari tempat duduknya.
"Tidak, Renjun. Kau salah paham. Dengarkan aku, kumohon. Aku benar-benar tidak ada apapun dengan Somi, percayalah." Mohon Haechan.
"Dua orang yang tidak memiliki hubungan apapun, tapi saling menggunakan panggilan sayang. Bahkan saling memeluk dan mencium satu sama lain. Mungkin hal itu biasa terjadi di lingkunganmu, Lee Haechan. Tapi, hal itu menyakitkan buatku. Jadi, silakan keluar dan hubungan kita berhenti sampai disini." Tegas Renjun sebelum berlalu menuju kamarnya.
"Tidak, aku mohon Renjun. Jangan lakukan ini padaku, aku mohon. Aku tahu aku bersalah, tapi jangan meninggalkanku. Jangan akhiri hubungan ini." Haechan terduduk di temaltnya sambil menangis.
Begitupun dengan Renjun yang langsung menutup pintu kamarnya dan meluruh di lantai. Hatinya begitu sakit hingga Renjun harus membekap mulut dan memukul dadanya berharap Haechan tidak mendengar isakannya. Di luar sana Haechan menangis, dan Renjun serasa diremat jantungnya mendengar orang yang disayanginya menangis. Namun, Renjun juga tidak ingin bertahan dalam sebuah hubungan yang menyakitinya.
Sebab ada beberapa orang yang saling jatuh cinta, tapi tidak ditakdirkan bersama.
Hai aku update hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN
FanfictionPerihal Huang Renjun dan sederet pria yang mencintainya. harem!