12. Hold You Back

6.2K 887 43
                                    

Haechan membuktikan ucapannya. Setelah menyelesaikan urusannya dengan Somi, pagi ini dia sudah berdiri di depan pintu apartemen Renjun setelah Jaemin mengatakan agar Haechan menjemput pria mungil itu. Haechan dalam hati mengucapkan Terima kasih berkali-kali kepada Jaemin karena pria itu sangat suportif dalam membantunya dan teman-temannya untuk bisa kembali mendapatkan Renjun.

Senyum tidak luntur dari wajah Haechan  meski dia sudah menunggu lima belas menit. Dan begitu pintu apartemen tersebut terbuka, Haechan melebarkan senyumnya. Sementara Renjun yang mendapati Haechan di depan pintu apartemennya menautkan dua kening bingung.

"Haechan, sedang apa?" Tanya Renjun.

"Aku akan mengantarmu ke kampus karena Jaemin ada urusan mendadak. Dia sudah mengabarimu, apa kau belum baca pesannya?" Ucap Haechan yang membuat Renjun merogoh ponsel dan membaca pesan Jaemin.

"Begitu rupanya." Gumam Renjun.

"Ya sudah ayo berangkat." Ajak Renjun dengan santi membuat Haechan dengan semangat berjalan di sisi pria bermata rubah itu.

Renjun tidak bodoh, Jaemin sengaja melakukan ini supaya Renjun memiliki kesempatan lebih banyak dengan ketiga Lee. Kesal? Cukup kesal.

Renjun akui dirinya masih menyayangi mantan kekasihnya, tapi bukan berarti Jaemin bisa seenaknya memperlakukannya seolah Renjun bisa bersama dengan siapapun ketika ia sudah berjanji ingin membangun hubungan dengan pria kelinci itu. Renjun ingin ketiga Lee membuktikan rasa sayang mereka tanpa bantuan Jaemin.

Tanpa sadar, Renjun menghela napas panjang dan berhasil mencuri perhatian Haechan.

"Renjun, apa semuanya baik-baik saja?" Tanya pria itu yang dibalas anggukkan oleh Renjun.

"Ren, maaf kalau aku terkesan lancang dengan menjemputmu tiba-tiba pagi ini. Aku hanya ingin berusaha membuatmu kembali. Apa aku diberi kesempatan?" Ujar Haechan.

"Aku sudah menyelesaikan urusanku dengan Somi dan aku tahu kalau aku bersalah. Tapi, Renjun, kamu harus percaya kalau di hari kamu melihatku berciuman dengan Somi, itu bukan kemauan ku melainkan dia yang tiba-tiba menciumku." Haechan menghela napas sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku tidak akan memaksamu untuk percaya karena itu hakmu, dan seharusnya dari awal aku tegas dengan sikapku kepadanya." Jelas Haechan panjang lebar sedangkan Renjun hanya diam mendengarkan.

Melihat Renjun tidak merespon apapun, Haechan menoleh menatap mantan kekasihnya.

"Jadi, apa aku diberi kesempatan?" Tanya Haechan sebelum akhirnya mendengar helaan napas panjang dari Renjun.

"Jangan mengecewakanku lagi." Ucap Renjun liriih yang membuat Haechan terkejut.

"Renjun, apa ini artinya aku bisa berusaha mendapatkanmu lagi?" Tanya Haechan tanpa berusaha menyembunyikan perasaan senangnya.

"Berusahalah dulu, Lee Haechan."

"Tentu! Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan kepadamu kalau aku tidak main-main sekarang." Jawab Haechan yang hanya dibalas senyum simpul oleh Renjun.

Renjun harap keputusannya kali ini tepat. Apabila di kemudian hari rasa sakit itu datang lagi, Renjun akan benar-benar hancur dan tidak akan membiarkan mereka kembali bahkan untuk sekadar menyapa.

Renjun dan Haechan sampai di kampus dan berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Dapat Renjun dengar orang-orang menggunjingnya karena berjalan bersama mantan kekasihnya.

Mendengus kesal, Renjun menoleh ke arah Haechan.

"Terima kasih tumpangannya, Haechan." Ucap Renjun kemudian masuk ke dalam kelasnya, meninggalkan Haechan dengan senyum di wajah.

Renjun duduk di salah satu bangku dan segera menelungkupkan kepalanya. Telinganya mulai mendengar percakapan di belakangnya.

"Lihat dia, tidak tahu malu. Baru beberapa hari putus dengan mantan eh sekarang sudah berangkat bersama. Harusnya, kalau tidak mau putus ya tidak usah mendrama dengan pura-pura putus."

"Egois, ya. Kekasih punya empat, dan sekarang mencari perhatian. Entah tingkah apa lagi yang akan dia tunjukkan."

Renjun mendengus dan memilih memejamkan mata. Tidak akan ada habisnya meladeni perempuan yang senang mengurusi hidup orang lain.

.

Pada jam istirahat, Renjun berjalan ke kantin dan memesan makanan kemudian duduk di salaah satu bangku yang kosong dan mulai mengunyah makanannya dengan santai sebelum Jaemin duduk di depannya dengan senyum lebar.

Sementara Renjun hanya menatap Jaemin sekilas kemudian melanjutkan acara makannya. Jaemin yang melihat itu mengerutkan keningnya bingung.

"Sayang? Am I do something wrong?" Tanya Jaemin.

"Ya." Jawab Renjun sambil membalas tatapan Jaemin.

"Jaemin, aku memang sudah memaafkan mereka dan mudah buatku memberikan mereka kesempatan kedua, tapi tidak bisakah kau hanya menjalankan peranmu sebagai kekasih dan jangan turut campur pada apa yang akan mereka lakukan? Kau tahu? Saat aku melihat Haechan di depan apartemen ku pagi ini, aku tidak senang karena dia datang atas kesempatan yang kau beri dan bukan usahanya sendiri. Aku jadi bertanya-tanya apakah aku benar penting untukmu atau ini hanya tentang popularitas kalian yang merasa keren karena bisa berbagi kekasih?" Jelas Renjun panjang lebar.

"Aku mencintaimu dan tidak bohong.  Bahkan saat aku mengatakan ingin memulai semuanya bersamamu, aku serius. Tapi, tampaknya kau yang tidak serius dengan perasaanmu sendiri, Jaemin." Ucap Renjun sebelum beranjak dari tempatnya.

Jaemin yang menyadari hal itu segera berdiri dan mengejar Renjun. Ia tidak bermaksud menyinggung kekasih mungilnyaa. Sungguh, Jaemin hanya ingin membantu sahabatnya.

"Renjun, dengarkan aku dulu." Jaemin mencoba meraih pergelangan tangan Renjun namun ditepis pria mungil itu.

"Aku sungguh kesal dan tidak bisa bicara sekarang." Ucap Renjun jujur kemudian melangkah meninggalkan Jaemin yang terpaku di tempatnya.

Perasaan bersalah dan takut kehilangan Renjun untuk kedua kalinya muncul ke permukaan dan itu membuat dadanya sesak.

Menghembuskan napas panjang, Jaemin menatap punggung Renjun yang sudah menghilang. Ia harus bicara pada Renjun malam ini juga.

QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang