Kini aku tengah membereskan alat-alat tulis. Bersiap untuk pulang. Yuna juga ikut membantuku, meski aku sudah bilang padanya jika bisa sendiri. Tapi ia memaksa.
Jisung sudah menunggunya daritadi di ambang pintu. Jadi setelah selesai membereskan dan membantuku berjalan sampai ambang pintu, ia pun langsung pulang bersama Jisung.
Aku mulai berjalan dengan hati-hati. Tujuanku saat ini adalah parkiran sekolah. Baru saja aku berjalan tubuhku sudah oleng.
Mataku terpejam, siap untuk jatuh. Tapi setelah beberapa detik aku tak merasakan tubuhku jatuh. Perlahan mataku terbuka.
Ternyata benar, ada orang yang menolongku. Kak Jay. Ia menatapku.
"Kak Jay?" Aku segera cepat-cepat bangkit.
"Ah tadi aku tak sengaja melihatmu sedang berjalan tertatih. Aku hanya ingin menolongmu tadi." Jelasnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Canggung.
"Terimakasih telah menolongku. Baiklah kalau begitu aku duluan yah." Pamitku dan segera melangkah pergi. Sedikit memaksa kakiku agar bisa berjalan.
Beberapa kali aku hampir terjatuh. Namun untungnya aku tetap bisa mempertahankan keseimbangan.
Hingga akhirnya diriku sudah sampai di parkiran sekolah. Disana terlihat kak Sunghoon yang tengah memainkan ponsel di dekat motor seperti sedang menunggu seseorang.
Dengan riang aku segera menghampirinya.
"Kak Sunghoon!" Panggilku sedikit berteriak berniat mengagetinya.
"Kenapa lama sekali? Cepat naik." Suruhnya.
"Mana helm nya?"
"Ini. Cepat pakai." Ia mulai menaiki motornya dan memakai helm.
Sama seperti kak Sunghoon. Aku pun segera memakai helm. Namun aku kesulitan saat mengaitkan kaitan helmnya.
"Kak Sunghoon! Lihat ini tak bisa dikaitkan!" Seruku kesal. Kak Sunghoon yang melihat hal itu hanya memutar bola matanya jengah.
"Kemarilah!" Ia menarik tanganku agar mendekat. Setelah itu ia langsung mengaitkan kaitan helm yang kukenakan.
"Lihat ini sangat mudah. Begitu saja tak bisa." Ucapnya meremehkan.
"Ck, iya-iya aku memang payah dan menyebalkan." Sarkasku.
Terdengar tawa kecil dari mulutnya. APA?!? IA TERTAWA?!?
"Kak Sunghoon, kau? KAU TERTAWA?!?" Aku segera menepuk-nepuk pipiku berharap ini bukan mimpi.
Ia berhenti terkekeh. Wajah datarnya kembali muncul.
"Kenapa berhenti tertawa? Jangan tunjukkan wajah menyebalkanmu itu. Kumohon tertawalah sekali lagi." Ujarku sambil menggoyang-goyangkan lengannya.
"Tidak. Cepat naik!" Suruhnya.
"Baiklah baiklah. Dasar menyebalkan!" Umpatku dan langsung menaiki motor.
"Let's go!!" Seruku saat ia mulai melajukan motornya.
*:・゚✧*:・゚
Seperti biasa, aku selalu memeluk tubuh kak Sunghoon erat. Saat sedang menikmati udara sejuk dan memandangi jalanan yang tak begitu ramai. Netraku tak sengaja melihat anak kecil yang tengah menangis di pinggir jalan.
Aku memukul-mukul kecil punggung kak Sunghoon agar ia berhenti. Namun kak Sunghoon tak menyadarinya. Jadi terpaksa aku harus memanggil namanya dengan berteriak.
"KAK SUNGHOON?!? BERHENTI KAK!!!" Teriakku.
"APA?!?" Ia yang mendengar teriakanku pun bertanya dengan sedikit keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴀʀᴇ || ᴘᴀʀᴋ ꜱᴜɴɢʜᴏᴏɴ
RomanceDare yang seharusnya tak perlu Ji-na jalani. Menaklukkan hati seorang pemuda tampan namun bersikap dan berhati dingin. Tapi, dibalik semua itu, ternyata ada alasan kenapa pemuda itu bersikap demikian. ❗Up tak menentu, sesuai mood. Start: 13/3/21 End...