#4 : Senja hari ini

745 468 616
                                    

Aku ingin berteriak, mengadu pada semesta.

°
°
°






Pukul enam lebih lima belas, Rindu sudah tiba di sekolah. Ia berjalan di koridor utama sekolah tepatnya di lantai satu. Untuk menghindari kemacetan, Rindu selalu berangkat sekolah lebih pagi. Namanya belum pernah tercatat di daftar siswa-siswi yang pernah terlambat datang ke sekolah.
Rindu memutar tubuhnya saat Daniel melaluinya, cowok itu berjalan santai sambil bersiul. Tadinya ia pura-pura tidak melihat kakak kelasnya itu, namun melihat senyuman jahil cowok itu membuatnya teringat sesuatu.

"Tunggu!" Teriak Rindu sambil berusaha menjajarkan langkah kakinya dengan Daniel.

Alih-alih berhenti atau memelankan langkahnya Daniel malah mempercepat langkahnya. Perbuatan cowok itu membuat mood Rindu berubah seketika. Untung saja koridor sedang tidak ramai-ramainya karena ia memang selalu berangkat lebih pagi.

"Berhenti!"
Rindu berhenti dengan napas ngos-ngosan. Ia sedikit membungkukkan badannya sedangkan tangannya masih menarik lengan seragam Daniel.

"Lo? Kirain setan."

Ucapan Daniel sukses membuat Rindu membelalakkan matanya. Cowok itu benar-benar nul attitude. Tidak ragu lagi, Rindu akan memasukkan nama Daniel kedalam note list orang-orang nul attitude setelah Gebi.

"Balikin handphone gue!"

Daniel menaikkan salah satu alisnya. "Nggak ada."

"Balikin!"

Daniel menatap sekelilingnya membalas tatapan beberapa pasang mata yang masih memperhatikan dirinya dan Rindu. Seolah mereka adalah tontonan gratis. Daniel mengusir mereka dengan tatapan matanya meskipun beberapa dari mereka tetap memperhatikannya.

"Enggak ada."

"Lo jual ya?!" Tanya Rindu kembali dengan volume yang tak kalah keras.
Daniel menyembunyikan senyumnya. "Gue nggak jual handphone lo."

"Terus?"

"Gue enggak bawa."

"Lo sengaja ya? atau jangan-jangan Lo gadai?" Cecar Rindu, kedua matanya memicing.

"Eggak."

"Lo pasti udah geledah isi handphone gue kan?"
Daniel dibuat gelagapan oleh pertanyaan Rindu. Pertanyaan gadis itu sangat tepat sasaran. "Suudzon."

"Eggak mungkin ketinggalan kalau semalam lo enggak otak-atik handphone gue."

Daniel melipat kedua tangannya didepan dada. Menatap Rindu yang juga tengah menatapnya dengan nyalang. Benar kata teman-temannya, Rindu memang cantik bahkan sangat. Dengan rambut panjangnya yang digerai malah memberikan kesan imut. Kulit putihnya kontras dengan rambut hitamnya dan bibir pink alami gadis itu. Berbeda dengan orang-orang yang mengatakan bahwa wajah Rindu sangat jutek. Ia malah berpikiran bahwa Rindu sangat cantik dengan pembawaan tegas, hanya saja mereka salah mengartikan.

"Kok malah diem? Balikin."

"Ambil sendiri di kamar gue."

Setelah mengatakan itu Daniel langsung pergi. Rindu menatap punggung cowok itu dengan penuh kesal. Rindu membalikkan badannya, mengabaikan tatapan mata beberapa siswa yang melintasi koridor ia langsung berjalan menuju kelasnya.



Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang