#33 : Dalang dari dalang

219 104 45
                                    


"Bukan aku yang melakukannya, tapi semua orang mendesak ku untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak aku lakukan."
_Gebi_
.

.

.

.

.


Ruang meeting yang biasanya dipergunakan untuk rapat para guru dengan para wali murid maupun dengan guru dari sekolah lain, kini dipenuhi oleh beberapa siswa dan para walinya. Untuk meluruskan perselisihan yang terjadi antara Rain dan Gebi, sidang digelar dengan orang tua Rain yang membawa perkara ini. Mereka merasa tidak terima dengan apa yang telah terjadi dengan anak nya. Maka dari itu Gebi dan walinya dipanggil beserta siswa maupun siswi yang bersangkutan dalam hal ini. Bukan hanya mereka, sang ketua OSIS, kepala sekolah dan wali kelas pun ikut dipanggil.

Pukul sembilan mereka semua sudah berkumpul dan duduk diposisinya masing-masing. Mereka telah memulainya beberapa menit yang lalu dengan sambutan dan kata maaf dari kepala sekolah mewakili para jajarannya. Sedangkan jam pelajaran tetap berjalan seperti biasa.

Sebenarnya Rain tidak mau memperpanjang masalah ini, ia cukup dengan Gebi meminta maaf padanya. Orangtua sambungnya sudah tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rain. Karena laporan kesehatan dari dokter Yunia telah sampai ke tangan mamah-nya. Wanita berusia empat puluh tahun itu merasa heran dengan hasil laporan itu, mental Rain kembali down. Dengan terpaksa Elang membantu menjelaskan pada orang tua Rain yang saat itu tengah didesak dengan berbagai pertanyaan.

Setelah mendengar langsung penjelasan panjang dari Elang, orang tua Rain shock. Mereka meminta keadilan atas apa yang dilakukan Gebi pada anaknya.

"Sebelumnya kami ingin mendengar langsung awal mula perselisihan ini terjadi, silahkan siapa yang akan menjelaskan?" Tanya pak Retno selaku guru BK.

Rain tidak bergeming, tatapan matanya kosong. Wajahnya masih terlihat pucat dengan kantong mata yang sedikit kehitaman. Orang tua sambung Rain mengatakan bahwa, semenjak Vidio itu beredar Rain tidak mau berbicara pada siapapun. Gadis itu hanya berdiam diri di kamarnya dan tidak memakan makanannya. Bahkan dokter Yunia yang biasanya selalu berhasil membujuk Rain pun harus gagal menghadapi pasiennya kali ini. Seringkali Rain menangis sambil melamun dan itu terus berulang beberapa hari.

"Rain? Bagaimana kabarnya? Sehat nak?"

Rain masih saja tak bergeming, matanya berkedip lemah saat ibunya mengusap lengannya. Ia menatap Pak Retno lalu memaksakan senyumnya.

"Ada yang bisa mewakili Rain untuk menjelaskan teror apa saja yang diterima?"

"Saya pak!" Elang mengangkat tangan kanannya.

"Kamu? Ada hubungan apa sama dia?"

"Saya sahabatnya sejak SMP Pak, saya akan mewakili Rain untuk menjelaskan serta membawa bukti-bukti -nya."

Pak Retno tampak terdiam menatap Elang, dasarnya beliau orang yang tidak mudah percaya dengan orang lain. Tapi untuk mempersingkat waktu, ia mempersilahkan Elang untuk menjelaskan semuanya.

"Sebelumnya saya ijin untuk menampilkan file ini ke layar pak," ujarnya sembari mengangkat flashdisk kecil berwarna hitam.

Elang langsung menyambungkan flashdisk itu dengan komputer yang disediakan setelah mendapat persetujuan dari pak Retno. Gambar pertama yang ditampilkan pada layar proyektor adalah screenshot room chat Rain dengan peneror yang berulang kali mengirim pesan yang sama. Peneror mengatakan bahwa Rain adalah pembunuh.

"Bisa dijelaskan apa maksudnya?" Tanya pak Retno yang ditujukan pada Gebi.

Gebi tak bergeming, tatapan matanya kosong. Isi kepalanya terlalu ramai hingga tak menghiraukan obrolan orang-orang disekitarnya.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang