#6 Obsesi

618 415 403
                                    

Jatuh cinta adalah hal yang lumrah. Namun cinta tidak bisa disamakan dengan obsesi.
_rain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Rin! Tunggu!"

Rindu tidak menengok kebelakang melainkan diam ditempat menunggu temannya. Karna sudah dapat ditebak siapa pemilik suara cempreng itu. Diba.

"Huh...cepet banget jalannya."

Rindu hanya mengedikkan bahunya acuh lalu lanjut berjalan menuju kelas. Ia merasa ada yang aneh hari ini, mengapa mereka bisa berangkat sepagi ini secara bersamaan padahal mereka tidak pernah membuat rencana.

"Huh! Nanda lo lemot banget jalannya buruan!" Ujar Diba sambil menghentakkan kakinya.

"Santai aja kayak tukang sayur di komplek gue aja pagi-pagi udah teriak."

"Buruan!"

Ketiga gadis itu pun berjalan beriringan menuju ke kelas. Setibanya di kelas Rindu menatap mejanya dengan malas ketika lagi-lagi menemukan kotak cokelat, buket bunga beserta boneka di atas mejanya.

"Wih dapet ginian lagi!" ujar Diba dan langsung menghampiri meja Rindu.

"Ambil kalo mau, cepet singkirin dari meja gue."

Bukannya apa, namun Rindu sudah hapal diluar kepala usut dibalik usut datangnya benda-benda itu di atas mejanya. Bukan hanya sekali ia mendapatkannya dan semua itu ia tolak mentah-mentah tanpa ada embel-embel kata maaf. Dibilang songong atau apa ia sudah biasa, toh mereka itu nggak tau apa-apa jadi tidak perlu repot mengomentari hidup orang lain.

Pernah waktu itu ada yang menyatakan perasaan padanya secara langsung setelah upacara. Marchell namanya, vokalis band disekolahnya yang namanya sedang booming saat itu. Dengan percaya dirinya Marchell menyatakan perasaannya pada Rindu lewat lagu dengan diiringi gitar. Jika yang ditembak itu modelnya seperti Diba atau cewek-cewek yang lainnya mungkin akan meleleh sejadi-jadinya dan langsung menerimanya saat itu juga. Tapi ini Rindu, cewek dingin dengan tatapan mata yang menusuk. Seperti biasa, tanpa embel-embel kata maaf Rindu menolak cowok itu dengan tegas yang langsung  mendapat gelengan dari penonton dadakan disana.

Marchell cowok tampan dan memiliki banyak fans di sekolah ditolak Rindu di depan umum membuat harga diri cowok itu turun secara tidak langsung. Banyak hujatan yang Rindu terima tapi ia hanya menganggap sebagai angin lalu. Sekali lagi, ini hidupnya jadi orang lain tidak perlu repot untuk ikut campur sekecil apapun toh, dia yang menjalaninya.

Mungkin memang ada yang benar-benar mencintainya. Namun ia kurang percaya, sebab bagaimana seseorang itu bisa dengan mudah mengatakan cinta padahal saling menegur sapa pun belum pernah. Sepertinya lebih tepat bila perasaan itu disebut rasa kagum, bukan cinta. Karena baginya cinta tak sesingkat tatapan mata.

"Siap! nona," Ujar Diba bersemangat lalu menyingkirkan buket bunga beserta antek-anteknya dari meja Rindu.

"Eh ada suratnya tuh Rin, lo nggak penasaran dari siapa?" Ujar Nanda sambil menunjukkan kertas berwarna merah tersebut lalu mereka membacanya secara seksama.

"Kalo pingin tau siapa gue temuin gue di taman sekolah jam istirahat pertama inisial 'D' "

Mereka saling bertatapan satu sama lain dengan pikiran mereka masing-masing siapa pengirim surat beserta benda-benda tersebut. 

"Daniel." celetuk Nanda

Rindu dan Diba  menatap Nanda bersamaan. Nanda memasang wajah sok imutnya lalu mengedikkan bahu. Namun bukan Rindu namanya jika peduli dengan hal sepele seperti ini. Ia mengedikkan bahunya.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang