#35: Kamu, hujan dan rindu

395 110 113
                                    



"Dia adalah rintik rindu dari kisah yang belum usai."

_Rain_

.

.

.

.

.







"Lo suka ice cream nya nggak?"

"Hmm gue suka banget," sahut Vino yang masih sibuk menjilati ice cream.

"Gue nanya Rain bukan Lo."

Vino melirik Virgo dengan kesal, namun hanya beberapa saat. Sedangkan Rain tertawa kecil melihat interaksi antara Virgo dan Vino yang menurutnya lucu.

"Suka kok."

"Kalo mau lagi ambil aja," Vino tersenyum lalu kembali menjilati ice cream nya yang meleleh di jarinya. "Tapi bayar sendiri."

Virgo menoyor kepala kembarannya. "Kalo awalannya bilang gitu minimal bayarin lah."

"Ck, sini," Vino meminta Virgo untuk mendekat lalu membisikkan sesuatu. "Mami marah sama gue, gegara yang kemarin."

Virgo menjauhkan telinganya dari bibir adik kembarnya dan bergidik setelahnya. Ia mengangguk paham. Kemarin Vino tidak sengaja memecahkan vas bunga kesayangan mami mereka. Akibatnya uang jajan Vino dipotong.

"Rain udah ketemu sama Daniel?"

Rain menggeleng. "Rumahnya sepi, dia pergi ya?"

Virgo dan Vino saling tatap. Jujur saja mereka tidak tahu karena biarpun mereka tinggal di cluster yang sama namun berbeda blok. Otomatis mereka tidak tahu dimana Daniel, kecuali jika rumah mereka berhadapan.

"Kita nggak tahu, tapi mendung gini biasanya Daniel malas keluar."

"Ayo, kita antar."

Mereka kompak berdiri lalu Rain membuang sampah mereka ke dalam tong sampah dekat pos kamling. Sebenarnya Rain hanya memakan satu batang ice cream
tapi Virgo dan Vino penyumbang sampah terbanyak. Dengan Virgo yang paling banyak menghabiskan ice cream. Bahkan saat ia tidak sengaja bertemu dengan mereka, keduanya tengah asik melahap ice cream di pos kamling. Yang memang ada toko kelontong di depan pos kamling. Karena tidak tahu harus kemana, Rain memilih untuk duduk dengan Vino dan Virgo.


🍦🍦🍦


Tok tok tok!

Cowok dengan baju santainya berdecak kesal pasalnya tidur siangnya terganggu. Dari pagi cowok itu belum juga keluar dari rumah ia hanya bermalas-malasan menonton televisi dan bermain handphone nantilah kalau omanya datang pasti ia mendapat wejangan panjang lebar versi omanya.

Cowok itu beringsut duduk disofa berwarna merah sambil mengusap wajahnya. Ia melangkah menuju balkon setelah mendengar kembali suara ketukan. Ketika ia membuka pintu, Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah tapi ia tak menemukan siapapun. Daniel menggelengkan kepalanya, mungkin bukan pintu rumahnya yang diketuk, melainkan tamu tetangganya. Tapi, suara ketukan itu berasal dari balkon kamarnya, mustahil jika orang bertamu langsung lewat balkon kamar. Langit dengan gumpalan awan yang hitam mengingatkannya pada sesuatu. Cuciannya harus segera ia angkat sebelum hujan membuat pakaiannya basah. Ia berbalik hendak ke kamarnya namun tanpa sengaja kakinya menginjak sesuatu. Ia pun memungut potongan kardus itu.

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang