Warning, maybe sedikit tidak nyaman.
Bakal ada fokus ke anak kontrakan hehe
***
Seperti udah digariskan Tuhan, Naka akhirnya di bawa ke rumah sakit yang sama kayak tempat Wicak di rawat. Paling deket soalnya. Dan Naka di bawa dalam keadaan udah nggak sadar dan pendarahan. Mau nggak mau, dokter ambil tindakan cepat, operasi caesar untuk menyelamatkan keduanya. Untung keadaan si bayi juga sehat dan umurnya cukup buat dilahirkan ke dunia walau prematur.Kondisi Naka masih belum sadar, kritis. Nggak, semua orang yakin dia nggak bakal epic kayak Wicak kemarin. Proses operasi itu udah berlangsung sekitar satu jam lalu. Entah, orang di sekitar Haki harus sedih atau seneng. Sedih karena Naka masih belum stabil dan seneng karena Naka ngelahirin seorang bayi laki-laki yang cukup sehat untuk ukuran bayi 32 minggu yang 'terpaksa' di lahirkan.
"Bang, maafin gue ya, coba aja gue paksa nemenin Kak Naka, kejadiannya pasti nggak bakal kayak gini," Tantra masih kuatir dan ngerasa bersalah.
Beda sama Haki yang udah jauh lebih tenang. Bapak baru itu ngusap kepala Tantra kayak adeknya sendiri. "Gapapa, Tra. Hari ini lagi nggak baik, pun walau akhirnya gue bisa ketemu sama anak gue lebih cepet," Haki senyum pait.
Sekarang Haki, Tantra, sama Jordy ada di depan ruang bayi. Dari luar, mereka bisa liat seorang pejuang kecil yang ada di dalam inkubator. Bayi dengan berat 2,7 kg, tentu jadi bayi paling kecil di antara semuanya. Ketika bayi yang lain nangis kenceng, bayi itu cuma bisa ngerengek kecil dan baru bisa tenang waktu Haki coba gendong dia bentar setelah dia lahir.
"Manis banget, mirip ibunya," puji Jordy yang bikin hati Haki menghangat sekarang. "Mas, yang sabar ya. Gue yakin, Kak Naka ibu yang kuat buat anak lo, dia pasti bangun,"
Haki ngangguk. "Pasti, Jord. Gue juga yakin kalo abis ini, Naka bangun dan dia pasti seneng liat anak kami sehat," Mata Haki nggak lepas sedikitpun dari tingkah polah anaknya. "Namanya Lentera Biru Tanaya Sinaga,"
"Namanya bagus," kata Tantra sambil matanya menerawang ke bayi yang lagi tidur dan diselimuti kain warna biru muda. Bayi mungil itu dipanggil Biru sama bapaknya.
Nggak lama kemudian, Sam dateng, bareng sama Andre. Kebetulan Sam lagi pergi sama bapaknya dan denger kabar itu, dia langsung ke rumah sakit. Janjian sama Andreas di sana nengokin Naka.
"Ini udah gabisa ditoleransi lagi, Sam..." Haki ngomong ke Sam. Yang lain mundur sejenak. Udah pasti ini masalah keluarga. "Gue nggak akan pernah maafin siapapun yang bikin Naka terbaring di sana dan anak gue terlahir lebih cepet,"
Haki yang kalem dan berwibawa, sekarang keliatan kilat marah di matanya. Sama kayak yang lain, ini semua perbuatan Suryokusumo. Dari awal pertemuan keluarga, mereka udab ngebet mau mengakuisisi hak waris Naka. Tapi ditolak oleh semua keluarga karena Dirjosoemarto sekarang hanya tinggal Naka yang paling berhak pegang aset itu.
"Sabar bang, sabar. Kita cari jalan paling baik. Iya kalo itu perbuatan mereka, kalo bukan? Bang kita harus cari bukti," Sam nenangin suami sepupu jauhnya itu.
Haki keliatan drop banget. "Naka udah kehilangan orang tuanya, dia nggak punya saudara. Harapannya cuma keluarga besar yang peduli sama dia, klanmu, dan klan yang ilang itu," katanya.
"Sori gue ikut campur, tapi ada baiknya, lo tenangin diri dulu Bang. Biru butuh lo sekarang," Andreas ikut angkat bicara. "Lo fokus sama Naka, berdoa biar dia membaik. Biru juga pasti butuh papanya sekarang,"
Haki ngangguk. Ada benernya juga. "Mungkin bener, ada prioritas lain selain Naka. Biru juga prioritas gue sekarang," Haki neguk air mineral yang disodorin sama Andreas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracias! [END]
Fanfiction"Fakultas Teknik emang gak punya grup musik?! Apa cuma jago di olahraga doang kalo ada Porseni?" . "Haha kayaknya masih ada trauma skandal band yang dulu," . "Gimana kalau bikin band baru?" Sebuah band yang terbentuk dari 8 anak-anak ajaib yang ke...