Setelah pulang dari rumah baru Guanlin dan mendapat banyak cercaan teman-temannya, akhirnya Sungchan benar-benar memilih keputusan yang tepat menurut semuanya. Di hadapan Jaehyuk juga Heeseung dia mengetik pesan panjang serta alasannya memblokir semua kontak yang berhubungan dengan Yuri. Gadis itu yang awalnya mengira pertemuan terakhir mereka bisa memperbaiki hubungan yang dulu, kebingungan atas pesannya.
Namun Sungchan hanya mengatakan jika ini untuk kebaikan mereka berdua.
“Hah...” dia menghela nafas panjang.
“You did a good job, Chan. I'm so proud of you.” Heeseung di sebelahnya menepuk-nepuk bahu Sungchan.
“Apaan kata-kata lo kaya Sungchan barusan pidato buat acara Unicef.” komentar Jaehyuk di kursi belakang. “Semangat bro, gitu kek.”
“Ya anjing, gue gatau mau bilang apa coba.” kesalnya. “Tapi jujur, gue bangga sih lo bisa milih langkah ini. Setelah lama banget usaha buat nyelesain masalah itu, akhirnya selesai juga.”
“Makasih selalu ngingetin gue buat selalu waras ya.” ungkap Sungchan. “Gatau deh kalo gue kemarin udah gatau diri, mungkin udah pukul-pukulan lagi sama sepupu Jaehyuk.”
“Iya, please deh. Jangan posisikan gue di tempat ga nyaman, ada apa-apa diantara kalian Yoon Jaehyuk yang jadi korban. Satu temen, satu sepupu Tapi serius Chan, ini bener-bener harus lo lakuin. Apapun lagi nanti kalo Yuri datang kembali dengan embel-embel kangen, dm, chat atau apalah, jangan terhasut.” ungkap Jaehyuk. “Karena gue kenal kalian berdua, gue posisikan diri sebagai netral. Dilihat sebenarnya keputusan ada di tangan Yuri, kalo dibalik mungkin lo bakal kaya Hyunsuk juga sekarang.”
Sungchan mengangguk paham,sudah saatnya menutup buku lamanya. Mungkin masa lalu itu hanyalah bisa di kenang bukan diulang. Yuri bukanlah sumber kebahagiaannya dan bukan segalanya. Sungchan bisa bahagia tanpa perlu berkorban untuk sesuatu yang tak bisa dia raih, dia bisa tanpa seseorang yang tidak memilihnya.
Setelah beberapa jam membicarakan tentang masalahnya kepada orang-orang terdekatnya tadi membuka fikirannya. Ternyata beberapa masalah memang butuh masukan dari beberapa pandangan— meskipun begitu tetap saja kita harus menyaringnya sesuai dengan pertimbangan sendiri secara rasional. Sungchan akhirnya sadar, terbuka mengenai sebuah masalah kepada orang lain bukanlah kelemahan tetapi adalah cara untuk mampu menemukan jawaban lain yang tidak menyudutkan dirinya sendiri. Ucapan-ucapan mereka mampu memberikan ketenangan bahwa semuanya akan baik-baik saja dan itu sudah sangat cukup baginya.
“Gue ingat kata-kata bang Haechan, kalo cinta pertama jarang yang bisa bersatu.” kata Sungchan.
“Iya juga sih,” sambung Heeseung. “Guanlin sama Ryujin juga putus kan?”
“Hah? Yang bener lo?” Jaehyuk membelakakan mata. “Bukannya break doang?”
“Lah? Kalo break masa lama banget? Sama sekali gaada update bareng tau.” Heesung menjawab.“Heh tapi mendingan langsung tanya. Katanya sahabat tapi ngomongin di belakang.”
“Lo yang ngomong duluan, monyet.” sungut Jaehyuk. Omongan-omongan, cacian dan tambahan tawa dari kedua temannya membuat Sungchan tertawa kecil. Begini saja dia sudah merasa senang.
Ketika sampai di rumah, semua lampu sudah hidup serta pintu yang tidak dikunci— berarti kakaknya sudah pulang. Benar saja, Yerin sudah duduk di karpet ruang tv dan Subin yang berjalan dengan rambut tertutup handuk.
“Eh, udah pulang. Sini!”
“Bentar, mau naro pakaian basah— tadi berenang di sekolah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
the girls | jung sungchan
FanfictionJung Sungchan back to his old school after a year. So, what's new?