06 : silence

101 13 0
                                    

       Sudah satu bulan lebih Sungchan tinggal di sini. Banyak hal yang sudah dia alami juga seperti berlibur ke villa milik keluarga Chenle, punya sim, masuk bimbel, kembali aktif di ekstrakulikuler, nongkrong di cafe bersama teman-teman yang tidak dihubunginya selama setahun dan lain-lain. Rasanya seperti membuka kotak pandora berisi masa lalu.

       Hari ini Jumat, kedua kakaknya masih sibuk diluar sehingga keadaan rumah kosong siang ini.

_
Minju
Jam 4 sore ini, jangan lupa.

Oke

       Sungchan membalas pesan dari Minju karena ajakannya hari ini untuk pergi ke cafe komik di dekat daerah rumah. Dia benar-benar sedang penat karena bimbel di tahun terakhir sekolah adalah salah satu tambahan masalah hidup. Sehingga mungkin segelas cappucino dan komik misteri mampu meredakannya.

       Jam masih menunjukkan pukul 3, kedua kakaknya pasti pulang terlambat karena besok weekend. Dia memutuskan untuk berbaring di sofa sambil memainkan ponsel, menunggu setengah jam lagi untuk mandi dan pergi dari rumah.

       Tiba-tiba suara bell berbunyi tanpa suara kendaraan, Sungchan mengeryit,“Kak Yerin pulang?” Pintu gerbang sengaja tidak ditutup karena dia nanti akan keluar, begitupun pintu rumah. “Masuk aja, gak dikunci.”

       Pintu terbuka dengan perlahan,“Kakak kok pulang cepat—”

       Sungchan bersedekap, bukan sosok kakaknya yang berdiri saat ini. Tubuhnya tegak dan matanya membesar saat sadar siapa itu. Perempuan berambut lurus, mungil masih dengan seragam sekolah.

       “Tadi lo nyuruh buat buka jadi— dibuka aja pintunya.”

       “Duduk di teras depan aja.” Sungchan berdiri secepat mungkin untuk saling berhadapan dengan gadis itu. Mata mereka saling menangkap dengan ragu-ragu. Sungchan benar-benar takut saat ini. Dia tak mau mengambil keputusan gegabah dan berharap pada hal-hal yang tidak mungkin dia gantungkan.

       “Lo udah bilang Hyunsuk lagi disini?” Dia meletakkan sebotol jus jeruk di meja pemisah kursi mereka kepada gadis itu, sedangkan air mineral untuknya.

       “Dia ga bakal ngizinin.”

       “Kenapa datang?”

       “Masih karena dm gue yang  beberapa bulan lalu lo baca.”

       Sungchan mendengus kesal karena kesalahannya sendiri. Padahal semua notifikasi dari orang-orang yang ada disini selalu dia abaikan, namun pesan Yuri sangat sulit untuk diacuhkan. Rasanya sangat gila karena secercah keperdulian dari perempuan ini malah merusak keteguhannya.

       Sungchan, gue kangen.

       “Berhenti. Jangan gini, gue udah mampu tanpa lo. Jadi berhenti.”

       “Gue yang ga bisa.”

       “Jo Yuri, kita udah mengakhiri sesuatu yang bahkan ga punya awal. Gue udah janji buat lepasin perasaan bodoh itu tahun lalu.” geram Sungchan. Dia benar-benar merasa buruk sekarang, semua benteng yang dia buat bisa saja hancur setiap saat.

       Semuanya dimulai di tahun pertama sekolah. Sungchan mengenal Yuri karena gadis itu sering sekali menjemput Chaeryeong dari kelas untuk makan siang bersama. Lelaki ini berkali-kali juga membantu untuk memanggil teman sekelasnya itu. Hingga suatu saat atas ejekan teman-temannya, Sungchan mendapat nomor ponsel Yuri yang kemudian berlanjut. Mereka saling nyaman dan dekat karena berada di ekstrakulikuler yang sama.

       Rasanya begitu magis, ketika Sungchan merasakan jatuh cinta pertama kali dan Yuri yang menemaninya. Setiap hari serasa sebuah langkah ringan karena mereka melewatinya bersama. Mencuri pandang ketika akan masuk ke kelas masing-masing, menyapa di tengah istirahat, bertemu sepulang sekolah, saling membantu di waktu ekstrakulikuler dan menyelusuri kota di akhir pekan.

       Sungchan benar-benar siap saat itu untuk melewati garis pertemanan, namun berbeda dengan Yuri yang meragu. Semuanya menjadi tanda tanya besar ketika jawaban tidak pasti menggantung serta kehadiran Yoon Hyunsuk yang tanpa disadari adalah bagian dari alasan Yuri.

__
       “Gue udah muak, lihat lo bareng sama Yuri hampir setiap hari. Mungkin lo ga pernah dengar, tapi Jung Sungchan— gue mantan pacarnya Yuri.”

       “Gue udah dengar dari Jaehyuk.” sambung Sungchan berusaha tenang. Namun kepalanya juga ikut bekerja— mengingatkannya kembali pada alasan Yuri menolaknya.

       “I want her back.” Yoon Hyunsuk tersenyum miring.

       Hari Senin sore seharusnya menjadi jadwal ekstrakulikuler yang selalu Sungchan senangi karena dia akan bermain olahraga favorit dan tentunya bertemu dengan Yuri saat ini berakhir dengan buruk. Sungchan diajak bertemu dengan lelaki yang beberapa kali mencari masalah dengannya— yang dia tahu Yoon Hyunsuk hanyalah sepupu sahabatnya namun ketika menerima informasi tambahan, Sungchan tahu dia adalah malapetaka.

      
 

     Yoon Hyunsuk adalah mantan pacar Jo Yuri sejak smp.

       “Kenapa call—”

       Mata Yuri rasanya seakan bisa lepas sekarang juga. Kedua orang yang membuatnya sakit kepala beberapa bulan belakangan ini berada di satu tempat. Tatapan bingung dilontarkannya pada Sungchan dan Hyunsuk. Apa maksud Hyunsuk mengajaknya bertemu di taman belakang sekolah dan kenapa ada Sungchan disini?

       “Ini ada apa?”

       Hyunsuk berjalan mendekat,“Ayo selesaikan sekarang, Yuri. Lo ga bisa mainin perasaan dua orang di saat bersamaan.”

       Sungchan tak bisa berkata apa-apa. Mendengar kata-kata Hyunsuk sudah seperti membuatnya tersiram air dingin. Jadi selama ini bagaimana Yuri menganggapnya?

       “Let's make a deal, siapa pun yang engga dipilih harus jauhin Yuri.” Mata tajam Hyunsuk menuju tepat pada Sungchan. “Sekarang jawab.”

       “Lo udah gila? Hyunsuk, gue bilang gue belum siap. Sungchan, gue juga udah bilang masih mau temenan gini aja kan?”

       Bagi Sungchan dia takut ketika setuju dengan perkataan Yuri, maka rasa meragu yang dirasakan akan semakin bertambah. Dia tak mau berada di tengah-tengah hubungan yang tak berdasar, diantara perasaan kabur tanpa kejelasan pasti. Tapi dia juga tak ingin, ketika kenyataan mengkhianati— Yuri akan pergi dari sisinya.

       “Gue juga mau dengar jawabannya.”

       Rasanya sangat lama ketika akhirnya Jo Yuri menyebutkan nama orang yang dia pilih. Hati Sungchan sakit namun dia lega, karena tahu perempuan itu tidak memberikan rasa yang sama untuknya. Dia hanyalah pelipur sementara.

       Tangan Yuri meraih jersey lelaki ini,“Sungchan, please. Walaupun gini lo tetap temen gue, kita masih tetap bisa—”

       “Keep your promise like a gentleman, Sungchan.” Hyunsuk meraih lengan kiri Yuri agar menjauh.

       Kaki Sungchan mundur perlahan, menerima kekalahannya dihadapan lelaki yang lebih lama hadir di hati perempuan pujaannya,“Lo udah buat keputusan. Dah, Jo Yuri."
__   

       Ponsel Sungchan berdering, karena suasana resah antara mereka membuat fokus tertuju pada layar ponsel yang menampilkan panggilan dari Minju.

       “Lo masih temenan sama Minju ya?— Eh, gue balik deh sekarang.” Yuri berdiri untuk segera pergi dari hadapan Sungchan— karena dia tahu diri bahwa lelaki itu mungkin punya urusan lain.

       “Gue antar.”

       “Gapapa— itu mungkin teleponnya penting.”

       Tangan kiri Sungchan menahan tangan Yuri dan tangan kanannya menerima panggilan Minju,“Halo Ju, maaf gue batalin dulu. Gue ada urusan mendadak.”

-

tulisan miringnya itu cuplikan flashback yaa. enjoy.

the girls | jung sungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang