12 : cool with it

34 4 1
                                    

Sekolah, bimbel, kumpul ekstrakulikuler, nongkrong adalah kegiatan yang terus menerus berputar di hari-hari Sungchan. Kedua orang tuanya sudah kembali ke rumah tapi rutinitasnya tetap saja sama, mungkin yang membedakan hanya kadang-kadang di akhir pekan family time jadi ada. Terkadang ke mall, perjalanan keluar kota yang dekat atau hanya sekedar menonton serial tv di ruang keluarga.

Saat ini dia dan empat temannya yang lain sedang berada di rumah Chenle, membantunya berkemas. Keputusannya sudah bulat dan di akhir semester ganjil ini, dia akan pindah ke Canada— sisa semester akan dilakukannya online karena sekolah menyanggupi permintaannya. Setelah difikir-fikir lagi ternyata keputusannya masuk akal, dia butuh banyak waktu untuk beradaptasi sendirian di luar negeri sana. Jadi mengawali beberapa bulan lebih awal sebelum masa perkuliahan dimulai sudah paling tepat.

“Ini bola basket gausah deh dibawa, bikin sempit tau.” ujar Heeseung yang sedang membereskan bagian koper paling besar. “Di Toronto pasti ada yang jual, Le.”

Guanlin memutar mata,“Ya ada lah! Lo kira Toronto itu kampung?”

“Kempesin aja dulu.”

“Beli di sana aja kali? Hemat banget? Nanti gue transfer buat beli yang baru.” komentar Jaehyuk yang sedang membereskan buku.

“Heh, mendingan gue ga bawa baju sama sekali dari pada bolanya ketinggalan. Lihat bener-bener, ada tanda tangan Stephen Curry— lucky charm gue itu!”

“Iyain aja udah.” balas Sungchan menengahi.

“Ini gue bakal ada acara makan-makan, mau digabung sama keluarga gue atau dipisah.”

Please dipisah, gue ga ngerti mandarin. Nanti yang ngomong cuma Guanlin.” ujar Jaehyuk.

“Oke deh, dipisah. Mau hari apa?”

Heeseung mengangkat tangan,“Gue bebas asal jangan Kamis.”

“Kenapa?” tanya Sungchan.

“Kumpul sama anak sebelah.” jawab Guanlin tanpa ditanya. “Semenjak lo pergi, degem dia banyak banget sekarang.”

“Jangan cemburu dong!” ledek Heeseung tertawa.

“Siapa sih?” sungut Sungchan karena merasa hanya dia yang tidak tahu subjek yang dibicarakan saat ini.

“Lo tau engga anak futsal Jake Shim?” Chenle mengawali memberi penjelasan padanya. “Lo deh Hyuk yang jelasin.”

“Oh, tau. Pindahan Aussie?”

“Iya, terus dia temenan sama anggota padus nya Heeseung. Jadi temenan rame-rame tapi gatau deh, gabung lagi sama anak angkatan lain ketemu di warung kopi belakang sekolah. Malah ada yang masih SMP ikut tawuran, ga ngerti lagi.” ucap Jaehyuk seakan mengadukan siapa teman baru Heeseung setahun belakangan.

“Gapapa sih, asal jangan yang aneh-aneh. Apalagi kalo lo yang paling tua, jangan malah jadi yang menjerumuskan.”

Heeseung kembali tertawa kecil,“Jadi kalo sama-sama menjerumuskan, boleh kali ya?”

“Tekan ginjalnya, Lin.” perintah Sungchan dengan wajah datar setelah mendengar jawaban main-main temannya.

“Oke.” sambung Guanlin yang juga muak sambil berusaha menarik kaki Heeseung.

“AMPUN!! SAKIT BANGET NANTI!” keluh Heeseung karena maksud dari perintah Sungchan adalah Guanlin yang menekan saraf tubuhnya lewat telapak kaki. Guanlin tahu akibat sering menemani kakeknya ke klinik refleksi.

Seperti biasa 'trio kompleks perumahan yang sama' pulang bersama. Kali ini mereka berada di mobil Heeseung namun sebelumnya mereka bertugas mengambil pesanan hadiah perpisahan untuk Chenle.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the girls | jung sungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang