09 : running in circles

40 12 0
                                    

“Gue kayanya bakal langsung ke NZ semester ini selesai.” Chenle mengusap wajahnya dengan handuk. “Nyokap udah ngurus ke bidang akademik, katanya gue bisa ambil sisa semester pakai online.”

“Ngapain sih buru-buru? Cuma beberapa bulan sebelum lo lulus tau. Ini juga Sungchan baru balik, Le.” sambung Heeseung.

“Gue tinggal di rumah punya nenek, jadi banyak yang di renov. Belum lagi setelah lulus harus langsung ambil intern. I need to follow the rules.”

Anjing, jangan ngomongin kuliah. Gue masih linglung.” keluh Jaehyuk.

“Gue juga sih, masih bingung lanjut disini atau coba ke US.” kata Guanlin ikut menambah agar Jaehyuk semakin terganggu. “Lo Chan?”

“Kayanya bakal sealmamater bareng Kakak-kakak gue. Udah kaya kampus keluarga, bokap disitu juga soalnya.”

“APA CUMA GUE YANG GATAU MAU JADI APEEE?”

“Kita sama kok, say.” tambah Heeseung.

“Say soy say soy, geli.”

Seusai sekolah hari ini mereka berlima menghabiskan waktu dengan berenang di kolam renang baru milik sekolah, karena Jung Sungchan— 'anak pindahan' belum pernah merasakan nikmatnya fasilitas ini di sore hari.

Matahari yang tidak menyengat dan suasana sepi karena hari ini bukan jadwal ekstrakulikuler renang membuat mereka berlima dengan puas bermain. Polo air, paling cepat sampai ke ujung kolam, saling mengangkat di bahu lalu mendorong hingga jatuh atau hanya sekedar menyiramkan air tepat ke wajah sudah membuat mereka tertawa keras. Memang begitulah jika menghabiskan waktu dengan orang yang tepat, hal sederhana sudah bisa membuat bahagia.

Sekarang mereka sudah berkumpul di rumah Guanlin yang juga baru mereka datangi semenjak kepindahannya awal tahun. Rumah ini nampak lebih sederhana dari miliknya dulu dan sedikit berantakan karena hanya ditinggali oleh tiga lelaki dengan jarak umur yang dekat. 

“Lanjut ke mana nih?”

“Makan deh Lin, laper gue.” Jaehyuk sudah melebarkan diri ke karpet kamar Guanlin.

“Pesan online disini aja, capek juga ternyata.” kata Heeseung.

“Ye, gimana ga capek. Lo lompat berapa kali naik turun.” papar Chenle.

“Mcd? atau wingstop? atau mau yang lain?”

Dominos dong.” saran Sungchan. Pilihannya diterima oleh mereka dan dipesan oleh Guanlin si tuan rumah.

“Lah, cepat banget udah ditelepon lagi sama abangnya.” ujar Jaehyuk yang memejamkan mata.

Guanlin yang ikut merebahkan diri disebelahnya menoleh pada ponsel,“Dajjal, hp lo yang bunyi.” dia menyerahkan ponsel milik Jaehyuk.

“Siapa sih?” dilihatnya layar ponsel, “Halo iya, Suk? Acaranya jam delapan kata bokap gue—”

Berada di sebelah Jaehyuk membuat Guanlin kenal dengan suara itu, ini Hyunsuk.

Lo di mana? Bareng Jung Sungchan enggak?”

“Sungchan?” ceplos Jaehyuk secara tak sadar. Semua yang ada di ruangan langsung menoleh padanya, “Ada apaan sih? Udahlah gak usah nambah masalah.”

“Siapa?” ujar sang pemilik nama yang merasa menjadi objek pembicaraan mereka.

“Yoon Hyunsuk.” sebut Guanlin langsung. Sekarang dia ingin tahu hal apa lagi yang menyulut antara Sungchan dan Hyunsuk. Sudah cukup masalah mereka yang dulu membuat Guanlin ikut emosi.

“Lin, sumpah anjing.” keluh Jaehyuk yang merasa lebih baik ini untuk dirahasiakan karena ujungnya hanya akan merusak suasana.

Speaker ke dia, gue mau ngomong.

“Hyunsuk minta di speaker, dia mau ngomong sama lo.” Dengan berat hati Jaehyuk mengatakannya pada Sungchan dan di—iyakan olehnya.

“Apalagi sih?” keluh Heeseung yang merasa muak dengan Yoon Hyunsuk. Semuanya akan berakhir sama jika ada hubungannya pada lelaki itu.

Jung Sungchan, kayanya gue baru aja bilang buat jangan berhubungan lagi sama cewek gue kan? Tapi lo kelihatannya udah ngelewatin batas. Kayanya lo nantangin untuk kejadian tahun lalu diulang?” suara meremehkan terdengar begitu jelas walau hanya lewat telepon saat ini— Yoon Hyunsuk benar-benar serius kali ini dengan ucapannya. “Gue peringati sekali ini karena gue ga mau ngotorin tangan di awal semester. Good luck.”

Suasana menjadi hening diantara mereka semua. Bahkan hingga makanan sampai, dinikmati dengan senyap.

“Hah,” Guanlin menghela nafas panjang kemudian meletakkan botol sodanya dengan keras. “Beneran bebal atau gimana, berhenti. Lo cuma lari di lingkaran yang gaada ujungnya, tapi tetap diterusin. Chan, lo tau gue paling benci dengan masalah ini karena gaada yang bisa ngebela.”

Mereka berlima tentu masih ingat jelas kejadian setahun lalu. Hari terakhir study tour di lobby hotel, Hyunsuk memukuli Sungchan tanpa ampun karena Sungchan memberikan kado atas kemenangan Yuri di pertandingan. Suara lantang Hyunsuk berdengung tegas di tempat sepi itu,“Kalo diantara kalian ada yang mikir deketin cewek orang adalah hal bener, lo bisa maju bantuin dia. Tapi kalo enggak, mundur!”

Hari itu Guanlin dan Heeseung paling marah, mereka benar-benar kesal karena tidak bisa membantu Sungchan. Di satu sisi mereka juga merasa bahwa kesalahan memang ada pada lelaki itu sehingga berada di sisi pilihannya adalah salah.

Be a gentleman lah, lo sama aja nginjak harga diri. Kaya gaada cewek lain aja di dunia ini.” sambung Heesung.

Jaehyuk merasakan keadaan Sungchan sekarang, dia tahu bahwa kebenarannya tidak sepenuhnya salah di pihak lelaki itu tetapi kesalah pahaman ini, hanya salah satu yang disalahkan. “Ini ga kaya yang lo semua fikirkan. Yuri yang datang ke Sungchan hari itu.”

“Lo tahu dan gak ngelarang atau ngasih tau ke kita?” Guanlin kembali menampali.

“Lin, tenang jangan gegabah gini.” ujar Chenle. “Kita kecewa tapi santai.”

“Ga bisa, gue begini karena nganggap lo temen Chan. Kalian tau gimana marahnya gue lihat lo dipukulin tapi ga bisa bela karena di situ kesalahannya adalah pihak lo.”

“Salahin ke gue. Dia datang ke rumah dan dari awal salah karena gue ngizinin masuk, ngobrol bahkan nganterin dia pulang. Gue juga tahu, satu langkah Yuri mendekat bakal jadi masalah baru. I'll make sure everything will be alright this time, don't worry.”

Gue nunggu pembuktian lo.”

the girls | jung sungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang