08 : i don't want to

36 9 0
                                    

Mungkin saatnya untuk Sungchan merutuki diri karena sekarang ini dia malah ada di parkiran drive thru restoran cepat saji sambil mengunyah kentang goreng. Lebih anehnya, dia bersama salah satu orang yang baru dikenalnya sekitar dua jam lalu.

Kim Winter duduk di kursi belakang bersama banyak tas berisi pr package dari acara tadi sedangkan Jaehyuk di sebelahnya masih sibuk menyebarkan saus tomat di seluruh bagian sayap ayamnya.

"Hyuk, bagi kentang dong."

Jaehyuk mendecak,"Ambil sendiri nih, di dashboard."

"Susah gerak gue."

"Jangan jadi orang susah lah."

Sungchan yang ingin suasana mobil menjadi tenang, tanpa diminta langsung saja memberikan bungkusan berisi sisa kentang pada Winter.

"Emang lo beneran cocok kalo jadi cowok gue, makasih Sungchan."

"Gausah dibantuin, ini orang gampang ngelunjak." komentar Jaehyuk dengan mulut penuhnya.

"Jorok banget, lo beneran keluarga Yoon paling ga beres." sambar si gadis. "Btw, gue beneran tadi sih nanya lo buat jadi pacar gue Chan."

"Lo berdua gila atau gimana sih?"

"Kita berdua udah nolak buat dijodohin sih, lo liat aja sifat kita mirip. Beneran batu, Chan. Orang tua juga ga permasalahin karena cuma ide semata." kata Jaehyuk. "Terus— nih orang kayanya butuh cowok karena kurang perhatian dan malah ganggu, terus dia kepo liat foto lo di ig."

"Iya, terus lo tinggi banget. Tipe gue." ungkap Winter tanpa malu-malu. "Apalagi pas tahu kalo lo ga pernah pacaran, dih! Terharu banget gue karena bakal jadi cewek pertamanya Jung Sungchan."

Mata Sungchan membesar mendengar perkataan Winter barusan, tangannya meraih dasi di leher Jaehyuk hingga membuat si empunya memohon karena lehernya sakit. Bagaimana Sungchan tidak marah? Sahabatnya mengumbar kehidupan pribadinya kepada orang asing?

"IYE! Maaf, Chan. Gue bilang gitu karena ngira lo ga balik lagi—Maaf deh."

"Ngapain lo sebarin info gituan juga sih?"

"Winter nanya status terakhir lo apa, ya gue jawab."

Ternyata keputusan menerima ajakan Jaehyuk termasuk penyesalan. Lebih baik tadi dia menghabiskan waktu sendirian, menenangkan kepala tanpa ikut serta dalam kekacauan kedua orang berisik di dalam mobilnya ini. Benar-benar menyebalkan. Jika difikir-fikir tentu Sungchan akan memilih keputusan lain kecuali bertemu Jaehyuk. Malapetaka ini namanya.

"Kemana nih kita selanjutnya?"

"Ya pulang lah?" balas Sungchan dengan cepat.

"Belum puas main gue, ayo kemana lagi kek." ujar Winter. "Sekalian cuci mata, Chan. Lo kan baru balik ke sini."

“Kemarin gue udah cuci mata ke toko baru b.ape. Udah cukup sih rasanya.” komentar Sungchan setelah melihat lirikan Jaehyuk yang memaksanya menjawab dengan lugas.

“Temen lo kan banyak, main sana. Ke agensinya Karina? atau ke rumah temen lo yang kaya istana?”

“Mereka lagi sibuk, ayo dong! Ngopi aja ngopi.” bujuk Winter sekali lagi.

“Udah jam 11, besok gue ikut acara lagi.” kata Jaehyuk.

Dengan pasrah gadis itu kali ini menyetujuinya,“Yaudah deh, anterin aja ke rumah. Tapi ingat janji lo Hyuk!”

Akhirnya tiga puluh menit kemudian mereka berhasil mengantarkan Winter ke depan gerbang rumahnya. Rasanya jadi lebih sepi karena lawan bicara Jaehyuk sudah keluar dari mobil.

Well, gue minta maaf sekali lagi nyebarin hal pribadi lo ke Winter. Maaf.”

Sungchan mengangguk,“Iya, santai.”

“Gue udah lama tahu Winter, cuma kenal dekatnya baru setahun atau dua tahun karena dia jadi BA dan dikenalin nyokap sih. Dia baik kok, pinter juga tapi ya gitu gampang kesepian orangnya. Makanya temennya banyak jadi sering nongkrong, dari Agustus lalu udah ngeluh pengen udahan sama cowoknya.”

“Dari info yang lo sebutin tanpa gue minta, maksudnya apa?”

Jaehyuk tertawa keras,“Sumpah, lo bisa peka banget!”

“Ya kalimat lo rada ambigu? Gue gaada minta penjelasan tapi lo jelasin. Berarti subjeknya jadi pembahasan penting lah?”

“Ga sia-sia lo dimasukkin sekolah mahal.” dia menghela nafas panjang. “Gue pengen nyomblangin lo ke Winter sih tapi ini murni tanpa paksaan dia. Move on ke orang yang baru, kalo memang lo ga bisa ngelakuinnya sendiri coba sama orang lain.”

Maksud Jaehyuk sangat baik untuk sekarang. Dia mengenal kedua temannya dan tahu masalah apa yang mereka hadapi. Sungchan dengan perasaan tak sampainya sedangkan Winter yang tercampakkan. Mereka berdua sifatnya baik, namun terluka oleh orang yang salah. Dari pada menyembuhkan luka sendirian, lebih baik mereka bersama melakukannya— mungkin akan lebih cepat sembuh?

Tapi berbeda dengan Sungchan yang merupakan introvert. Dia tidak merasa membagikan masalah ke orang luar adalah sesuatu yang pantas. Bagaimana dia berpindah ke hati lain sedangkan yang sebelumnya saja masih runyam?

“Gue bukan tipe orang yang gitu, ini sama aja kaya melimpahkan masalah ke orang lain.”

“Simbiosis mutualisme. Lo sama dia sama-sama berusaha ngelupain orang. Dilihat-lihat, lo juga sama Minju gaada kemajuan.”

“Berapa kali sih gue bilangin, Minju cuma temen. Ga ada perasaan lain.”

Jaehyuk seperti membanting isi kepala Sungchan, mengingatkannya dosa yang baru saja dia lakukan hari. Sungchan merasa gagal menjaga janjinya sendiri. Seharusnya, walaupun rasa meluap-luap itu masih ada hingga kini, dia jarus menahan diri. Heesung, Chenle, Jaehyuk dan Guanlin pasti tidak senang mendengar cerita yang dia alami hari ini. Mereka berempat sudah berupaya agar Sungchan tidak kembali berada di titik itu, namun dia melanggarnya.

“Hari ini gue ketemu Yuri.”

Lelaki itu mengela nafas berat,“Kasih tau ke gue gimana ceritanya atau gue telepon Guanlin—Heesung buat mukulin lo.”

It's just—”

“Chan, lo udah berapa kali gue bilangin. Hyunsuk keras kepala, apa yang dia mau bakal jadi miliknya kecuali dia yang ngelepas sendiri.”

astaga, 3 bulan delay! maaf banget!

the girls | jung sungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang