07 : stupid

80 11 0
                                    

Entah apa yang ada di kepala Sungchan hingga sekarang dia malah berada di dalam mobil dan mengantarkan Jo Yuri ke rumah. Setelah menolak ajakan Yuri untuk berkunjung karena Ibunya sudah lama tidak melihat Sungchan ditolak, hingga perempuan itu sudah pergi meninggalkannya- Sungchan masih duduk diam di kursi kemudi. Merasa kalah karena ego nya sendiri tak bisa dibendung. Ini salah, sangat salah.

Padahal dia sudah berjanji pada banyak orang untuk melupakan segala kenangan disaat itu, namun ternyata 300 harinya melekat begitu kuat. Dia tahu dia salah tapi tetap melakukannya hingga menyesal saat ini.

Jo Yuri yang merupakan cinta pertamanya- semua sahabatnya tau itu, yang mereka tidak tahu adalah bertapa berharganya kesan dan kehadiran gadis ini dihidupnya. Sungchan tidak pernah merasa sehidup itu saat berada di sekitar Yuri. Sungchan melewati garis zona nyamannya bersama Yuri, gadis itu memberikan kebahagiaan yang meluap-luap bagi Sungchan yang selalu berada di garis aman. Membawa lelaki itu menuju kebahagiaan sederhana yang selalu harus disyukuri. Sungchan dengan mudahnya bisa tersenyum serta tertawa lebar akan hal-hal yang dilakukan Yuri. Sungchan bahagia.

"Jangan kemukakan ego, kalau dia milih yang lain berarti itu pilihan dia untuk bahagia. Lo yang bukan pilihannya harus menerima dengan cara dia untuk bahagia. Anggap aja balas budi karena kemarin dia buat lo merasa hidup, sekarang gantian. Buat dia lega karena lo menerima keputusan dia dengan lapang dada."

Perkataan Jaehyuk sehari setelah kejadian itu masih saja terekam jelas di kepala Sungchan. Perkataannya masuk akal dan dalam hingga dia sadar bahwa pilihan untuk pergi adalah sesuatu yang tepat. Mengikhlaskan Yuri bersama sumber kebahagiaannya sudah cukup.

Namun lihatlah keadaan saat ini, sangat salah. Rasanya seperti menjilat kembali perkataan serta janji-janjinya.

Sekarang Sungchan bingung. Jika dia pulang, kepalanya hanya akan kembali memikirkan tentang Yuri sedangkan jika dia ke rumah Minju malah akan jadi salah paham.

“Main game beberapa ronde sama orang asing mungkin bikin lupa.” ujarnya sembari kembali memutar kunci seiringan dengan ponselnya yang berbunyi— nama Jaehyuk muncul.

Lo di mana? Gue teriakin dari gerbang rumah  gaada.”

“Di luar, kenapa?”

Jaehyuk terdengar meringis kecil,“Temenin dong.”

“Ck, kemana emang?”

Biasa urusan nyokap gue.”

Setelah mendengar permintaan Jaehyuk rasanya seperti kembali ke masa lalu. Ibu Jaehyuk adalah co-founder produk kosmetik sehingga setiap musim pasti mengeluarkan produk terbaru. Setiap saat itulah acara akan berlangsung dan Jaehyuk harus hadir disana. Tidak, tentu dia bukan terlibat pada urusan perusahaan— dia hanya di sana sebagai dekorasi. Para undangan yang hadir pasti akan menanyakan kehadiran Jaehyuk, rasanya akan salah jika dia tidak hadir padahal ada di kota ini. Sehingga ini adalah keharusan bagi penerus perusahaan sepertinya.

Saat dulu kecil, mereka sedang bermain bersama dan terganggu karena Jaehyuk harus ikut ke acara. Keduanya keras kepala hingga Sungchan diajak ikut saja ke sana. Hingga setahun lalu Sungchan sering ikut serta. Hanya untuk menemani Jaehyuk yang kebosanan atau makanan yang rasanya enak.

“Menunya apa?”

“Scallop, lobster sama oyster gitu. Mainly seafood karena tema musim ini summer. Lo ikut dong!”

Setelah menimbang-nimbang plus minusnya, akhirnya Sungchan setuju.Oke, ini gue langsung ke lokasi atau giamana—”

YES, langsung aja. Acaranya outdoor, ingat ga tahun lalu di dekat kantornya bokap lo.

“Oh, tempat resepsi nikahan sepupunya Heesung kan?”

IYA, IYA, GUE TUNGGU DI DEPAN YA. BURUAN LO!”

Beberapa saat kemudian Sungchan tiba di sana. Jaehyuk benar-benar berada di pintu masuk, “Hobi atau gimana sih, suka banget di depan gerbang.”

Jaehyuk merangkul bahunya,“Sebagai penerus, gue terbiasa jadi penerima client—penerima tamu sih.”

Sungchan tidak menyesal untuk hadir saat ini. Makanannya terlihat enak, booth kopi kesukaannya ada, pengiring acara adalah penyanyi indie yang sedang naik daun, dan yang paling dia butuhkan saat ini adalah mengalihkan fikiran dari Jo Yuri. Mereka berdua sudah duduk di ujung meja dengan makanan yang tersaji, Jaehyuk sesekali melihat keadaan—kalau saja dia dibutuhkan.

Maksud dari dibutuhkan adalah jika terkadang ibunya mencari untuk dikenalkan pada rekan kerja. Semua orang tentu ingin tahu siapa penerus perusahaan besar keluarga Yoon.

“Tumben penyanyinya begini, biasanya yang anggun-anggun ga sih?”

“BA-nya nyanyi juga sih nanti, lo ingat ga yang gue ceritain kemarin?”

“Yang mau dijodohin?”

“Iya, dia yang tampil dan jadi BA.”

Suara yang mengalun dari speaker sekarang berganti menjadi lembut, keduanya melirik ke arah yang sama— setelah melihatnya Sungchan merasa seperti pernah tahu wajah ini.

“Ini bukannya yang viral karena ikut audisi nyanyiin lagu selamat ulang tahun waktu kita kecil?”

“IYA,” mata Jaehyuk membesar menyetujui. “Sumpah, gue baru ingat. Ini Kim Winter,  kaya yang lo bilang.”

Seusai gadis itu bernyanyi— Jaehyuk dipanggil ibunya yang kemudian kembali dengan seseorang.

“Sumpah untung diingetin temen gue, hampir lupa kalo lo yang viral nyanyi lagu ulang tahun.” tawa lelaki itu keras sekali, kesusahan Winter adalah kebahagiaan Jaehyuk.

“Sial.” umpat perempuan itu sambil memukul lengan si pencari masalah. Setelah mendengar cercaan dari Kim Winter padahal terlihat anggun, membuat Sungchan sedikit terkejut. Ternyata benar, penampilan tidak selalu mencitrakan sifat. “Heh, lo yang ngingetin Jaehyuk kan.”

“Eh— tadi gue karena lihat lo nyanyi makanya sadar.” ujar Sungchan berusaha menghindar dalam perdebatan ini. Gadis ini bahkan belum berkenalan dengannya, namun terdengar akan mengamuk. “Maaf.”

“Iya deh, gue maafin. Santai aja.” ujar gadis itu yang sekarang tersenyum lebar. Aneh. “Gue Kim Winter.”

“Gue Jung Sungchan— temennya Jaehyuk.”

“Udah dengar sih dari dia.” Winter memukul lengan Jaehyuk kemudian beralih kembali fokus padanya. “Katanya lo ga punya pacar, mau jadi cowok gue enggak?”

“Hah?”

Tatapan Sungchan bergantian antara Winter kemudian Jaehyuk. Kedua orang ini malah menambah beban fikirannya saat ini.

maaf, lama!😮

the girls | jung sungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang