Mengabdi demi literasi

11 0 0
                                    

Kecintaannya terhadap anak-anak dan keprihatinannya pada lemahnya literasi membuat Lara memutuskan untuk mengabdi di kampung tercinta sebagai penggerak literasi, bersama Kenzi yang telah lebih dulu memulai pengabdiannya untuk membuat bintang-bintang kecil kampungku menjadi bintang yang dengan sinarnya mampu mengubah peradaban menjadi lebih cemerlang di kemudian hari. Sayang, ditengah perjalannan sang pahlawan harus gugur dalam pengabdiannya, mungkin Tuhan terlalu menyayanginya sehingga ia harus terbaring didalam keabadian. Kenzi mengingatkanku pada sosok pemuda hebat yaitu Soe Hok Gie yang salah satu quotenya "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan" teraplikasi dengan setiap tindakan-tindakan yang ia lakukan demi keyakinan pada pengabdian untuk menanamkan kesadaran terhadap literasi. "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Dan bagahgialah mereka yang mati muda." Seperti itulah yang sering kudengar dari mulutnya saat terakhir sebelum ia pergi untuk selamanya, dan takdirpun selaras dengan perkataannya yang selalu mengulang kata-kata yang paling Soe Hok Gie sukai.

Aku masih ingat saat berdiskusi dengannya di forum pemuda dan masyarakat membahas masalah pendidikan, dengan menggebuh ia berstatemen :
"Bicara tentang permasalahan pendidikan, kita tak bisa serta-merta menuntut hanya system / kurikulum dan pihak gurulah yang berhak disalahkan, di sisi lain peran orang tua atau wali murid juga harus ekstra aktif dalam memberi motivasi pada anak-anak sehingga mereka memiliki keinginan kuat dalam mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan guru pada jam Sekolah. Meski kita tahu dan harus diakui bahwa tak semua guru memiliki kecakapan dalam hal memberi materi pelajaran dan itu berdampak pada proses belajar mengajar yang terkesan monoton dan membosankan, sehingga peserta didik mengalihkan perhatiannya pada hal-hal lain seperti mengutak-atik smartphone saat jam pelajaran berlangusng, berbincang dengan teman sebangku saat guru sedang menerangkan pelajaran, dan lain sebgainya. Tapi harus disadari bahwa rumahlah yang paling memiliki peran besar dalam membentuk karakter seorang anak, dan pengalaman saya selama saya menjadi pembimbing belajar anak-anak yang kursus di Smart Course Maury (Nama tempat kursus yang didirikan oleh Kenzi, dan hanya ada satu-satunya dikampungku), saya bahkan melihat betapa antusiasnya anak-anak menerima materi yang saya berikan pada mereka dan yang paling menyedihkan ada beberapa anak mengaku bahwa Orang tuanya tidak memberi izin untuk mengikuti kursus yang telah saya gratiskan tanpa dipungut biaya sepeserpun." Kulihat Ia begitu semangat menyampaikan pendapatnya di tengah forum yang berlangsung, dan membuat mata peserta diskusi terbelalak melihat ucapan lugas dan tegas Kenzi.

Kemudian saat diberi kesempatan untuk berpendapat tak sedikitpun kumenyangkal argument Kenzi, tapi aku hanya melemparkan pada forum beberapa pernyataan yang kemudian dijawab oleh Kenzi.
"Saya sangat setuju pada pendapat sahabat saya Kenzi, hanya saja keterbatasan fasilitas harus juga menjadi faktor yang mesti di prioritaskan. Kita tahu sistem yang di rancang oleh pemerintah dalam bentuk kurikulum yang menekankan pada akhlak dan kreatifitas peserta didik dan tenaga pengajar, dalam hal ini K13 yang sempat viral bebrapa waktu yang lalu karena dicap gagal dalam menerapkan pembentukan karakter. Nah apa penyebabnya? " Kuberi jeda kemudian melanjutkan "saya rasa penyebabnya adalah kurangnya kesiapan dan minimnya sosialisai / pelatihan yang diberikan kepada tenaga pendidik dalam mengimplementasikan K13, sedangkan selain kehadiran teknologi yang tidak dibarengi dengan dengan kecakapan, kurikulum terdahulu yang cendrung mengajarkan seseorang menjadi pekerja, tidak mengajarkan siswa untuk bisa lebih mandiri yang berakibat pada kurangnya tenaga pendidik. Selain itu, guru sendiri lebih dianggap sebagai propesi atau sumber mata pencaharian daripada pengabdian. Banyak yang menjadi guru honorer dengan tujuan agar suatu saat nanti dapat diangkat menjadi Pegawai, akhirnya mempengaruhi kualitas tenaga pendidik. " kulihat Kenzi mengacungkan tangan untuk menaggapi, tapi aku seolah tak meilah dan meneruskan "begitu juga dengan sekolah yang hanya mementingkan nama,bahkan memanipulasi nilai murid agar menjaga akreditasnya sehingga membuat lembaga pendidikan terkesan seperti Industri dan komersil. Itupun tak terlepas dari masalah kualitas tenaga pendidik dan kesiapan dari peserta didik."

Abadi Laraku (Sebuah Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang