34

921 153 4
                                    

Hyunjae mengerang lirih sembari membuka mata perlahan dan mengerjapkan mata saat melihat Juyeon tertidur nyaman didepannya dengan satu tangan dibawah kepala. Dia mengulurkan tangan hati-hati lalu meraba wajah Juyeon dan merasakan kedua matanya kembali berkaca-kaca.

Hyunjae mengusap pipi Juyeon lembut menggunakan ibu jari, bingung kenapa mereka bisa tertidur diatas ranjang yang sama, karena seingatnya Maria membawanya pergi jauh dari sang mantan kekasih. Dia merangkak maju lalu mengecup kening Juyeon sembari mengusap pipi sang mantan kekasih hati-hati.

"Hyunjae..."

Hyunjae berdehem, "Yaa?"

"Jangan sedih lagi."

Hyunjae mengangguk.

"Jangan nangis lagi "

Hyunjae mengangguk.

"Hyunjae..."

Hyunjae berdehem, "Yaa."

Juyeon membuka mata perlahan dan merasakan dunianya runtuh seketika saat kembali melihat jelas mata sembab dan wajah bengkak Hyunjae. Dia mengulurkan tangan dan mengusap kantung mata Hyunjae lembut sembari menatap lamat-lamat kedua mata sang kekasih.

"Juyeon, kenapa kamu nyuruh aku pergi?"

"Aku mau kamu hidup lebih lama dan baik-baik aja" Bisik Juyeon pelan, "Aku mau liat kamu bahagia dengan kehidupan ini."

"Ada apa?"

Juyeon menggeleng pelan, "Tolong jangan pernah nangis apapun yang terjadi sama kita nanti."

"Kenapa?"

"Air mata kamu adalah kesedihan paling besar buat aku."

"Kamu janji ga akan ninggalin aku sendiri."

"Aku ga akan ninggalin kamu sendirian" Balas Juyeon lalu mengusap bibir Hyunjae, "Aku akan tetep selalu sama kamu."

"Tapi kenapa kamu nyuruh aku pergi?"

"Aku ga mau kamu dalam bahaya seandainya kita deket."

"Kamu butuh apa dari aku?" Tanya Hyunjae memastikan, "Kasih tau aku apa yang sebenernya dunia kamu butuhin dari aku."

"Aku ga butuh apapun."

Hyunjae menatap kedua mata Juyeon lamat-lamat, sampai kapan kehidupannya yang memang harus berada dibawah kekuasaan sang mantan kekasih disembunyikan, padahal kedua Orangtuanya sudah menjelaskan bahwa dirinya harus hidup dan mengikuti semua perkataan Juyeon sebagai Raja Vampire Klan Reine.

"Maybe if you can see, what I feel through my bone" Bisik Juyeon hati-hati, "Every corner in me, there's your presence that grown."

"Maybe we seek for something that we couldn't ever have" Bisik Hyunjae dan membiarkan setetes air mata jatuh, "Maybe we choose the only love, we know we won't accept."

"Or maybe we're taking all the risks for somethin' that is real" Seru Juyeon lirih, " 'cause maybe the greatest love of all is who the eyes can't see."

Hyunjae memejamkan mata dan membiarkan air mata berlomba-lomba jatuh dari pelupuk mata dalam dekapan Juyeon.

Juyeon membenamkan wajah dipucuk kepala Hyunjae dengan mata memejam, tidak bisa meninggalkan sang kekasih sendirian dalam keadaan rapuh, sekalipun satu jam setelah hukuman Vatikan melumpuhkan dirinya hingga tidak bisa bangun sama sekali.

"Juyeon, jangan pergi."

Juyeon berdehem sembari mengelus punggung Hyunjae yang sedang menangis, tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri tapi sesuatu menusuk jiwanya yang paling dalam.

Red Blood [JUMIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang