11

1.6K 315 30
                                    

...
.
.
.
.
.
.
.
...

Agak sulit mengikuti Haechan, karena langkah kakinya yang begitu lebar.  Meski sempat kehilangan jejaknya, aku akhirnya menemukan Haechan sedang duduk di bangku taman belakang.

"Haechan-a..." panggilku pelan.

Ia menoleh padaku kemudian tersenyum. Tapi aku tahu senyumnya itu hanya untuk menyembunyikan sakit hati yang ia rasakan.

"Maafkan aku... aku seharusnya mencari tahu dulu soal hubungan Karina dan Jeno," sesalku.

"Aku sangat menyukainya, Ryu. Kalian pasti berpikir aku hanya menyukainya karena dia cantik." Haechan menggeleng pelan. "Tidak. Aku menyukainya lebih dari kecantikannya."

Aku hanya diam dan memberikan kesempatan bagi Haechan untuk bercerita.

"Di SMP dulu, aku adalah korban bullying," ujar Haechan kemudian.

"Bagaimana bisa..."

"Jika sekarang semua orang melihatku tampan, dulu aku tidak seperti ini. Aku kurus, pendek dan mengenakan kacamata. Tidak ada yang mau bermain denganku karena tampilan fisikku saat itu."

Pantas saja waktu SMP dulu aku tidak pernah melihat Haechan, padahal kami bersekolah di tempat yang sama. Sepertinya dulu dia sangat tertutup.

"Setiap hari teman-temanku melakukan tindakan-tindakan yang kejam padaku. Menaruh lem di tempat dudukku, menumpahkan isi bekalku, merobek buku tugasku... semua kejadian itu aku alami setiap hari.

"Kemudian, suatu hari, mereka dengan bringas menggunting seragamku hanya karena aku tidak memperlihatkan tugasku. Saat itu, Karina datang mendekatiku kemudian menarikku ke dalam pelukannya.

"Dia memang tidak bisa membelaku di depan semua orang yang ramai-ramai menjahati aku. Tapi, pelukannya saat itu sangat berarti. Karina seolah-olah melindungiku dari segala hal buruk yang akan terjadi selanjutnya." Mata Haechan berkaca-kaca ketika menuturkan masa lalunya.

"Sejak hari itu, aku berjanji untuk berubah. Aku berolahraga setiap hari, merombak penampilanku dan ikut bela diri. Aku berjanji akan menjadi pria yang lebih baik demi Karina.

"Setelah aku berubah menjadi tampan, kupikir Karina akan suka padaku. Ternyata dia memang hanya seorang gadis baik hati. Dia melindungiku saat itu karena memang dia ingin. Dia bahkan tidak pernah memedulikanku lagi setelah aku berubah."

Haechan menghela napasnya setelah selesai dengan ceritanya. Ternyata seperti itu kisah mereka. Pantas saja Haechan begitu menyukai Karina. Gadis itu adalah pahlawan baginya. Sebagaimana Hyunjin yang mulai menyukaiku karena aku pernah menolongnya waktu SD dulu.

Aku hanya berdiri di sebelah Haechan tanpa mengatakan apa-apa lagi. Melihatnya seperti ini juga membuatku sangat sedih.

"Apa kau tidak bisa menyukai gadis lain selain Karina?"

Haechan mengangkat kepalanya kemudian menoleh padaku. "Maksudmu?"

"Jika ada gadis lain yang sangat menyukaimu, tidak bisakah kau belajar untuk membalas perasaannya juga?"

Haechan mendengus. "Tidak ada gadis sehebat Karina."

Air mataku hampir saja terjatuh karena perkataan Haechan barusan, tapi aku mati-matian menahannya.  Kesempatanku yang sejak awal memang nol, kini menjadi minus.

Untunglah aku merasakan ponselku bergetar, hingga aku bisa mengalihkan sedikit kesedihanku. Nama Haru tertera di layar.

"Halo? ... apa?! ... baiklah, aku segera kesana." Aku memasukkan kembali ponselku ke dalam saku.

La Perfection  [Haechan NCT- Ryujin Itzy]  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang