Chapter 4

116 24 28
                                    

Holaaaaa🙋
Ada yang kangen FF ini? Kekekeke
Maaf ya membuat kalian nunggu agak lama, aku juga mau ngasih tau kalau kurang 1 part lagi yang akan aku up di sini hehehe~

Happy Reading~

Dering alarm memenuhi seluruh penjuru ruangan membuat seorang remaja yang masih merajut mimpi ini terusik. Dirabanya meja tempat ponselnya berada, namun tangannya tidak kunjung menemukannya.

"Asih! Berisik deh!" gerutunya, dengan terpaksa bangkit dan membuka matanya lalu mengusap benda itu sehingga tidak mengeluarkan dering lagi.

Ia duduk sembari mengumpulkan nyawa. 5 menit kemudian ia mengedarkan pandangan, mencari keberadaan teman sekamarnya tetapi hasilnya nihil.

"Apa Haoxiang semalam tidak kembali ke kamar? Atau mungkin sudah berangkat dulu?" sahutnya. Dia melirik ponsel dan menyalakannya.

"What?! Aish gawat!" teriaknya ketika melihat angka 6.38 yang ditampilkan benda persegi panjang itu. Pasalnya, pembelajaran di kelas akan dimulai pukul 7 tepat. Dia bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi. Lalu dia mengambil seragamnya, tidak lupa meletakkan nametag bertuliskan He Junlin.

Junlin berlari secepat yang ia bisa menuju kelasnya. Untunglah, dia sampai tepat waktu. Jam tangannya menunjukkan pukul 6.57 saat ia menempelkan jempolnya ke mesin finger print di depan kelasnya. Sama seperti kemarin, dia tidak menemukan Haoxiang di bangkunya. Aneh, seharusnya Haoxiang sampai lebih dulu darinya mengingat saat Junlin bangun ranjang Haoxiang sudah rapi dan tas sekolahnya sudah tidak ada.

Junlin menepuk pundak Yaxuan yang ada di depannya hendak menanyakan tentang Haoxiang, tetapi ia urungkan karena netranya menangkap Guru Mata Pelajaran Matematika sudah memasuki kelas dengan Haoxiang di belakangnya. Junlin melihat Haoxiang berjalan dengan wajah menunduk, seperti kemarin.

"Apa dia kena hukum lagi?" pikirnya.

***

Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu istirahat telah tiba. Yaowen menghampiri Yaxuan dan Junlin untuk mengajak mereka ke kantin. Yaxuan langsung mengiyakan, sementara Junlin melirik Haoxiang yang tengah fokus membaca buku.

"Kalian duluan aja nanti aku nyusul," Yaowen dan Yaxuan mengangguk.

"Ya sudah kami duluan ya," pamit Yaxuan.

Kini tinggal Junlin dan Haoxiang saja yang masih di kelas. Junlin mengambil dua kotak susu dari tasnya, kemudian memberikan yang rasa coklat untuk Haoxiang.

"Kemarin kamu kemana?" tanya Junlin membuka pembicaraan.

"Aku ada urusan," jawab Haoxiang singkat. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari buku.

"Urusan apa?" ceplos Junlin, detik berikutnya ia menutup mulut dengan tangannya.

"Maaf, aku hanya penasaran kamu tidak harus menjawabnya kok," sambungnya.

"Ah iya, tadi aku lihat kamu aktif mengangkat tangan saat Bu Guru menawarkan soal untuk dikerjakan. Kamu jago matematika, ya?" tanya Junlin antusias.

"Tidak juga, aku hanya menyukainya," jawab Haoxiang. Junlin hanya bertepuk tangan, baru kali ini ia menemui manusia seperti Haoxiang. Kebanyakan orang tidak menyukai pelajaran satu ini, tapi dia sebaliknya.

"Ajarin aku, ya?" ucap Junlin semangat, Haoxiang menangguk sebagai jawaban. Junlin lalu mengambil bukunya dan duduk di kursi depan bangku Haoxiang.

Junlin menunjukkan latihan soal yang tadi diberikan guru sebagai pekerjaan rumah. Haoxiang melihat soalnya, dan mulai menjelaskan cara menyelesaikan soal itu.

"Kuncinya kamu paham 9 sifat logaritma ini," jelasnya.
Junlin mengangguk paham, mendengarkan penjelasan dari Haoxiang dengan seksama. Dia mencoba mengerjakan sendiri, saat menemui kesulitan ia baru bertanya.

Tanpa terasa waktu istirahat telah usai, satu per satu penghuni kelas kembali. Junlin tidak menyadari kalau sebagian besar teman sekelasnya menatap aneh ke arah dia. Yaxuan dan Yaowen mengerutkan kening melihat Junlin.

"Dia kenapa?" tanya Yaxuan.

"Aku juga tidak tau," jawab Yaowen. Keduanya masih mematung di depan pintu.

"Ekhm!" hingga sebuah deheman menyadarkan keduanya. Deheman itu berasal dari Guru Mata Pelajaran Sejarah yang akan mengisi kelas. Keduanya bergegas ke bangkunya begitu menyadari keberadaan guru killer satu ini.

***

To be Continued.
©Vhayna Via
Event TNT Tulip Books

Mysterious FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang