Chapter 5

157 22 95
                                    

Haloo gaes jumpa lagi sama Via👋
Aku datang dengan chapter terakhir ff ini.. Sedikit cerita, harusnya ff ini aku posting kemarin. Tapi aku kelupaan, maaf ya..🙏

Happy Reading~

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa bergegas keluar kelas. Kali ini Junlin mengajak Haoxiang pulang bersama, keduanya berjalan berdampingan. Di belakang mereka, Yaxuan dan Yaowen mengikuti masih dengan tatapan bingungnya.

Sampai di asrama, Haoxiang masuk kamar terlebih dahulu sementara Junlin mampir ke kantin untuk membeli camilan. Tanpa ia sadari, Yaxuan dan Yaowen mengikutinya sampai pintu masuk kantin. Keduanya tidak mengikuti Junlin sampai ke dalam karena takut khilaf saat melihat banyak makanan. Sekitar 10 menit Junlin memilih camilan dan berakhir dengan sekantong besar berbagai jenis camilan.

"Astaga!" ujarnya saat tau ada Yaxuan dan Yaowen menyambutnya di pintu.

"Kalian ngapain? Ngagetin aja!" sergahnya.

"Kami hanya ingin memastikan suatu hal," ujar Yaowen to the point.

"Kamu pas istirahat tadi kenapa nggak ke kantin?" kini Yaxuan yang bertanya.

"Ah itu, aku tadi mengerjakan pe er sama Haoxiang." jawab Junlin enteng.

"Apa?!" sahut keduanya berbarengan.

"Kalian kenapa sih?" Junlin dibuat bingung dengan kelakuan kedua temannya ini.
Yaxuan mengulurkan tangannya ke dahi Junlin,
"Tidak panas," ucapnya.

"Ya! Kalian kira aku demam gitu?" Junlin menepis tangan Yaxuan dari dahinya, kemudian membenarkan poninya yang sedikit berantakan.

"Bukan begitu, tapi"

"Tapi apa?" sergah Junlin.

"Tapi kan Haoxiang belum masuk sekolah hari ini." Junlin tertawa mendengar jawaban Yaxuan.

"Hahaha kalian ini bercanda, udah jelas-jelas dia masuk dari kemarin. Kalian aja yang nggak sadar karena terlalu fokus nugas."

"Awalnya memang kami kira begitu, tapi kami tadi melihatmu berbicara sendiri Junlin." Yaowen menimpali.

"Hahaha" Junlin masih tertawa, dia menganggap kedua temannya ini bercanda. Bukan tanpa alasan, sejak kecil dia bukan anak yang sensitif semacam indigo atau memiliki indera keenam. Jadi tidak mungkin Haoxiang itu sejenis hantu.

"Sudah sudah, perutku sampai sakit kebanyakan ketawa. Aku duluan ya bye bye," ujar Junlin sebelum berjalan lebih dulu menuju kamarnya, meninggalkan keduanya.

***

Pak Ding baru saja sampai di ruang guru, beliau meletakkan alat mengajarnya dan membuka komputer hendak mengerjakan jurnalnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk. Nama 'Ma Jiaqi' tertera di layar, Pak Ding kemudian megarahkan tanda berwarna merah ke atas. Beberapa detik kemudian, panggilan kedua datang masih dari orang yang sama. Dia dengan terpaksa mengangkat telepon tersebut, karena orang yang menelponnya ini sangat gigih.

"Kenapa?"

"Kak," jawab Jiaqi di seberang sana.

"Langsung saja ke intinya," ucap Pak Ding dengan nada dingin.

"Kemarin aku mendapatkan pasien untuk dioperasi dan aku menemukan kartu pelajar SMA Popcorn di sakunya, ternyata dia salah satu siswa di kelasmu."

"Jangan bercanda, kamu sengaja mengarang cerita agar aku mau menemuimu kan?" sergah Pak Ding.

"Kak Cheng bisa ke sini untuk membuktikan kebenarannya," jawab Jiaqi mantap. Pak Ding memutuskan panggilannya begitu saja.

Pikirannya berputar mengingat semua anak didiknya, mencari bukti penjelasan adiknya barusan. Tiba-tiba sebuah nama terlintas di benaknya. Pak Ding lalu mengetik sebuah link di kolom pencarian komputernya untuk memastikan. Beberapa saat kemudian layar komputer menampilkan barisan daftar hadir siswa. Matanya membola mengetahui salah satu siswanya sudah absen selama dua hari tanpa keterangan.

Mysterious FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang