Dua

280K 13.7K 485
                                    

Jengg jengg! Butuhh perjuangan sengit untuk bisa upload ini pemirsahh *apaan sih thorrr :v
Dan dengan respon baik kalian ngebuat saya 'cukup' percaya diri.untuk upload :p mohon maaf untuk segala typo dan cerita yang tidak memuaskan karena saya adalah salah satu pengidap penyakit "gak jeli" dan.. Yahh, happy readingg guyss :) btw cerita ini di dedikasikan untuk kalian semuaa..

******

Alden tidak tau mengapa ia mau repot- repot menolong gadis itu, merelakan setelan jutaan dollarnya rusak terkena air soda hanya untuk memeluk gadis itu. Tapi entah mengapa ukuran gadis itu sangat pas ditubuhnya, seakan memang di ciptakan untuk Alden.

Alden melihat semuanya, ia melihat bagaimana cara gadis dalam dekapannya ini di bicarakan, Alden meihat sendiri bagaimana cara gadis ini di perlakukan dan hati Alden tergugah. Bagaimana gadis serapuh ini, diperlakukan sekasar itu, gadis ini hanyalah seorang anak- anak.

“terima kasih sir” gadis itu mengucapkan terimakasih untuk kesekian kalinya, tapi kali ini gadis itu bergerak untuk melepaskan pelukan mereka, yang entah mengapa membuat Alden merasa kosong.

Mata abu- abu bening milik gadis itu sembab, menatap lurus kearah kacamata hitam Alden, seakan berusaha melihat matanya.

“Bukan masalah” ujar Alden dingin. Wajahnya sekaku dan sedingin patung di musim dingin.

Garis wajahnya terlihat semakin tegas dan aura mengintimidasi yang begitu kentara membuat Camryn terheran- heran. Lelaki didepannya, tidak seperti lelaki yang mendekapnya tadi. Pria itu cepat- cepat menjauhkan diri dari Camryn, dan kembali ke barisannya.

“kalau begitu, saya permisi, saya harap anda tidak bersikap lemah seperti tadi dan cepat mengganti baju anda” Alden mengangguk cepat, kemudian melenggang pergi bersama rombongannya, kecuali seorang wanita berambut pirang tergelung yang melepas kacamatanya.

Mata biru wanita itu menatapnya lekat- lekat dengan senyuman tipis, wanita itu terlihat sangat baik dan cantik.

“Hai namaku Grasynda Jeroline Goldstairs, kau bisa memanggilku Grace” wanita bernama Grace itu berjalan menghampiri Camryn yang tergugup- gugup.

“Namaku Camryn Lizbeth Payton,” balas Camryn formal, mau apa wanita itu?

“kau tidak mengganti bajumu?” wanita itu kembali tersenyum. Aneh, semua dari wanita itu terkesan janggal bagi Camryn. Kecantikannya, suaranya, senyumannya benar- benar terasa aneh. Camryn menggeleng, ia masih merasa sangat gugup dengan wanita itu, entah mengapa, aura wanita itu benar- benar menggetarkan, sama seperti aura milik Alden.

“tidak, aku akan pulang” Camryn membereskan barangnya dan meringis saat melihat hamlet basah kuyup. Oh hamletku yang malang, ia menabung lama sekali untuk membeli novel yang sudah langka itu.

“baiklah, semoga beruntung Camryn” Grace tersenyum lagi, kemudian melenggang pergi meninggalkan Camryn, kembali bergabung dengan rombongan kecilnya. Aneh, benar- benar aneh.

**********

Camryn berjalan perlahan, ia kedinginan dan rumahnya terletak sangat jauh dari sekolah, dan malang, ia tidak memiliki uang untuk menaiki taksi atau bus.

Mendadak air mata mengalir dari mata Camryn. Ia membenci hidupnya, ia sangat membenci hidupnya. Kalau bukan karena pria bajingan itu hidupnya tidak akan bertambah runyam seperti sekarang! Oh kenapa ia sama sekali tidak memiliki tempat untuk bersandar? Bahkan keluarganya memperlakukan Camryn dengan semena- mena, seakan Camryn hanyalah anak haram.

Air mata Camryn bertambah deras, ia tidak ingin pulang. Ia ingin melarikan diri, sejauh mungkin dari orang- orang yang ia kenal, sejauh mungkin dan memulai hidup baru disana. Ya, Camryn yakin suatu saat nanti ia akan memiliki tempat untuk bersandar. Selama ini, satu- satunya alasan Camryn untuk bertahan dan tidak mengakhiri hidupnya hanyalah sebuah foto lecek dari Alden Darragh, tapi apakah ia tetap akan bergantung pada Alden sekarang? Entah mengapa makin lama Camryn merasa seutas tali yang menggantungnya takkan sanggup menahan beban tubuhnya lebih lama lagi. Dan Milan, ia sama sekali tidak bisa mengandalkan kekasihnya, Milan adalah seorang bocah lelaki dengan dunianya sendiri, Milan adalah tipikal bocah lelaki yang sangat mementingkan temannya tapi menganggap remeh kekasihnya. Tipikal lelaki yang selalu menuntut untuk dimengerti tapi enggan untuk balas mengerti.

Mr. Fangs  #1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang