Jari- jari lentiknya menari dengan indah diatas keyboar laptop. Menuliskan barisan- barisan permainan kata yang indah, sementara angin sepoi- sepoi menerbangkan rambut pirang gelap gadis itu.
“Camryn” seseorang memanggilnya, membuat gadis itu menoleh dan melihat dia dengan wajah yang menyiratkan kelegaan.
“Milan” Camryn tersenyum, mengalihkan pandangannya dari monitor.
“aku merindukanmu” bisik Milan, lalu memeluk Camryn dengan erat, membuat Camryn membeku. Ini pertama kalinya Milan memeluknya, dan rasanya sangat hangat dan nyaman. Hanya saja, entah mengapa terasa tidak benar.
“aku baik- baik saja Milan” Camryn membenamkan hidungnya ke lekukan leher Milan, mencintai setiap detiknya.
“aku sangat mengkhawatirkanmu, bagaimana semua itu bisa terjadi Camryn?” Milan melepaskan pelukannya, tapi tangan kanannya masih merengkuh pinggang Camryn dengan protektif.
“aku tidak ingin membahasnya” Camryn menundukan wajahnya. Perasaannya campur aduk, kenapa ia bisa merasa seperti ini? kenapa memeluk Milan terasa sangat salah? Demi Tuhan Milan adalah kekasihnnya!
“baiklah, aku senang kau tidak apa- apa,” Milan merangkul Camryn dan menatap layar laptop yang terbuka.
“mencurahkan isi hati dalam novel mu, eh?” Milan tersenyum, memamerkan lesung pipitnya yang membuat Camryn tertarik dengannya saat pertama kali mereka mengenal. Camryn mengangguk sebelum akhirnya menutup laptopnya dan memasukannya kedalam ransel.
“Milan! Apa yang kau lakukan? Kami menunggumu lama sekali!” Owen, salah satu teman Milan bertiak dari kejauhan, bersama Dawney dan Eric di sampingnya yang menatap Camryn dengan tatapan menilai. Sial, kenapa sih orang- orang itu tidak berhenti memikirkan masalalu keparatnya? Ia tau ia tidak cantik, memiliki masalalu yang memalukan, dari keluarga psikopat yang baru- baru ini terlibat kasus, tapi siapa mereka bisa seenaknya menilai? Toh ia juga tidak ingin menjadi seperti ini!
“maafkan aku Camryn, aku harus pergi,” Milan menatap Camryn lekat- lekat, dan Camryn mengangguk mengerti walaupun sebuah palu godam kekecewaan tengah menghantamnya saat ini. Kenapa Milan masih memilih teman- temannya saat ia tau Camryn sedang membutuhkan pria itu disisinya?
Camryn menatap Milan dari kejauhan yang sedang mengatakan ‘aku cinta kamu’ tanpa suara dengan senyuman. Cinta, mungkinkah seperti ini? atau yang ia rasakan benar- benar cinta? Setelah sekian lama, Camryn mulai meragukan perasaannya sendiri sekarang. Sebut ia sebagai wanita tak berkomitmen, tapi apa yang kau lakukan jika kau menjadi dia?
Camryn meletekan dagunya diatas meja dengan keras. Tak memperdulikan bunyi bel masuk yang memekakan telinganya. Lagi pula kenapa ia masuk sekolah sih? Oh, tentu saja untuk menghindari pria itu.
Setelah beberapa menit, Camryn berdiri dan berlari menuju kelas Matematika dan menahan nafas saat ia melihat Mrs. McDeey menatap Camryn dengan tajam. Mampuslah ia!
“well, Miss Payton. Aku tau musibah yang menimpamu, tapi bukan berarti aku akan bersikap lembut dan memaafkan murid bodoh sepertimu! Sekarang letakan ranselmu dan kerjakan soal ini di papan tulis” bentakan Mrs. McDeey membuat Camryn buru- buru meletakan tasnya dan kembali kedepan kelas. Berusaha tak menghiraukan tatapan mengejek dari teman sekelasnya.
Camryn menatap soal yang wanita cerewet itu tulis dipapan tulis dengan nafas tercekat. Mungkin dimata murid- murid lain ini hanyalah soal termudah dari segelintir soal, tapi tidak bagi Camryn–seseorang dengan otak dangkal yang bahkan memiliki kesulitan dalam pembagian dan akar.
“ayo kerjakan Camryn, apa kau tidak bisa membaca soal itu? Baiklah, biar aku bacakan untukmu” Mrs. McDeey tersenyum dengan senyuman mengejek, ia membenci guru bajingan itu! Sangat membencinya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Fangs #1 (Completed)
Vampire"aku akan mencintaimu, biarlah usia hanya menjadi angka, peduli setan dengan apa yang di katakan orang! Bahkan penjara terasa lebih indah dari pada aku harus tinggal di istana tanpamu" -Alden Darragh Alden Darragh, seorang Ace tertinggi vampire seka...