Bismillah ...
"Pilihlah buku terbaik; yang berisi pesan motivasi dan edukasi di dalamnya. Bukan sekadar seru, namun tidak ada pelajaran penting yang kamu dapatkan setelah selesai membacanya."
-Quote of Story Teman Sampai Surga-"Lang, gue mau ke perpus nih. Lo mau ikut ga?" Tanya Ahmad sambil berdiri di samping kanan Gilang
"Tumben ngajak ke sana, biasanya lo ngajak ke kantin terus. Ya udah, gas deh. Siapa tau ada buku yang siap gue santap."
"Makan itu memang penting, tapi menuntut ilmu itu jauh lebih penting daripada ke kantin. Karena kalau ke kantin, godaannya banyak banget. Pengin beli ini-itu terus gue," balas Ahmad dengan nada melawak, namun sayangnua lawakan itu berujung garing.
Gilang pun langsung berjalan keluar kelas dan menuju ke arah perpustakaan diikuti oleh Ahmad, yang selalu ada di belakangnya ke mana pun Gilang pergi.
"Lang, lambatin dikit dong jalannya. Lo terlalu cepet, gue kehabisan gravitasi nih," protes Ahmad sambil mengatur napasnya perlahan.
"Gravitasi? Makannya, kalau ada pelajaran ilmu alam itu perhatikan apa yang disampaikan Ahmad, bukan perhatikan guru nya!" Bentak Gilang, sudah tidak asing lagi baginya, setiap ada pelajaran ilmu alam pasti Ahmad selalu memperhatikan guru nya terus. Bukan materi yang dibahas.
"Ya maaf Ustadz, khilaf ana."
"Aamiin, gue jadi Ustadz."
Akhirnya, karena Gilang iba melihat Ahmad kehabisan napas, dia pun melambatkan jalannya sedikit agar dapat mengobrol jelas dengan Ahmad.
"Lang, lang, si bolang. Bocah petualang!" Teriak Ahmad yang tengah berjalan melewati koridor kelas.
"Eh syut! Lo bisa diem gak sih. Nyesel gue jalan bareng lo!" Gilang pun akhirnya kembali berjalan cepat dan meinggalkan Ahmad.
"Ah gak lucu lo mah, padahalkan gue cuma manggil nama lo doang. Kenapa lo harus marah? Kalau gak bisa diem aja bos, haha. Iri? Bilang bos! Papale papale," Ahmad pun semakin tidak bisa diam, membuat seluruh cewek yang sedang berada di depan kelas mereka pun memperhatikan Gilang dan Ahmad yang sedang berjalan melewati mereka.
"Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah." Ujar Gilang dengan keras, dia berharap setan yang sedang menggangu Ahmad segera pergi.
"Aduh, aduh panas! Aduh, ampun!!" Teriak Ahmad dengan suara yang gemulai dan dimanja-manjakan.
"ASTAGHFIRULLAH!!"
"ALLAHUAKBAR!"
Semua siswa yang melihat kejadian itu pun tertawa, Ahmad sudah terkenal dengan kehumorisannya di seantero sekolah ini. Jadi tidak membuat mereka bingung, mengapa Ahmad berperilaku seperti itu.
"Udah ah gue cape, laper lagi Lang," keluh Ahmad setelah atraksinya selesai.
"Ya salah lo! Ngapain lo tadi kayak buaya kepanasan?! Gak bisa diem banget sih lo. Tadi pagi sarapan apa sih?"
"Astaghfirullah. Masa cogan begini dibilang buaya kepanasan? Gak sekalian cacing caper?!"
Gilang pun menghela napasnya, mungkin ketika kita mau ngobrol dengan Ahmad harus sering-sering menghela napas ya. Ntah itu pernapasan perut atau pernapasan dada pun kayaknya kita harus sering-sering lakuin. Biar kalau ketemu orang kayak si Ahmad itu udah ada persiapan duluan.
Setelah melewati malam purnama, pohon sakura, dan juga jembatan ampera dua sejoli itu pun sampai ditempat yang dikelilingi banyak buku.
"Yey akhirnya sampai. Alhamdulillah, gue dari kemarin cuma wacana doang tau Lang ke sini. Karena ya, biasalah gue kan sibuk orangnya. Jadi untuk ke perpus harus bawa friend dulu baru bisa ke sini. BTW, gue mau pinjem buku lagi, tapi gue bingung harus pinjem yang mana. Kalau gue ambil semua, pasti gak boleh dong ya? Tapi kalai gue cuma pilih salah satu---
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Sampai Surga [ON GOING]
SpiritualIni bukan sekadar persahabatan biasa, tetapi ini tentang persahabatan yang bersama-sama untuk mengubah dirinya ke jalan yang diridhoi-Nya. PERHATIAN! HATI-HATI KETIKA MEMBACA CERITA INI. TERDAPAT UNSUR KELUARGA BAWANG, HUMOR YANG BISA MEMBUAT KALIA...