Day 2

37 39 1
                                    

Day 2
Keesokan harinya, satu sekolah ramai akan kejadian itu, mereka yang mengetahui bahwa malvin adalah orang satu-satunya yang berada di sana. Langsung menjadi artis dadakan dan para murid lain langsung me-interview marvin secara mendadak.

Malvinpun tak bisa becerita banyak hal akan itu, dia benar-benar tidak mengetahui dan hanya menduga jika pak darni hanya tergelincir ketika mencoba menuruni tangga.

Pada saat materi sedang di bacakan oleh guru bahasa inggris. Malvin hanya duduk diam di bangku paling pojok sendirian. Setelah kejadian beberapa hari lalu malvin merasa ada yang aneh dalam dirinya. Ia tidak lagi bisa fokus belajar, pikirannya yang selalu memikirkan tentang misteri yang ada di sekolahnya ini membuat ia takut.

Apa lagi, sebuah kata-kata yang ia gunakan untuk menipu teman-temannya yang selalu bertanya mengenai pak darni.

Ia yakin, jika pak darni tidak tergelincir begitu saja, apa lagi ia mendengar dengan jelas sebuah teriak misterius dari mulut pak darni sebelum ia mendengar pak darni terjatuh.

Sampai saat ini, pak darni masih terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit. Ingin sekalu rasanya malvin bertanya mengenai hal itu kepada pak darni.

Malam kedua...

Malam hari tiba, pukul di ponselnya menunjukan pukul 06:20. Kali ini malvin benar-benar sendirian tanpa siapapun yang menemaninya. Malvin sendiri sudah terbiasa dan tanpa memiliki rasa takut yang berlebihan, ia duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya.

Ia memainkan ponselnya dengan sangat tenang dan tanpa memikirkan hal-hal aneh apa yang berada di sekolah itu. Namun, naas nasib malvin sangat tidak beruntung, ia mendapati ponselnya mati karena kehabisan batrai.

"Oh ya ... aku bawa charger." imbuh malvin dalam hatinya.

Namun, stock kontak untuk mencharger ponselnya cukup jauh dari ruang tunggu tempat ia berada.

Ia hanya mengiggat bahwa di perpustakaan yang berada tepat di lantai dua lah, ada stock kontak yang ia butuhkan.

Tanpa rasa pikir panjang, ia langsung bergegas menuju ke lantai dua untuk charger ponselnya.

Dengan langkah kakinya yang lebar ia melangkah sedikit demi sedikit di dalam lorong kegelapaan, yang hanya terdapat lampu remang-remang di sana.

Tanpa habatan yang berarti, malvin tiba tepat di depan pintu perpustakaan. Ia mencoba membuka pintu, dan "krek!" Sebuah ensel pintu yang tedengar terbuka tanpa di kunci.

Ruangannya cukup gelap, malvin menyalakan lampu, dan berjalan tanpa alas kaki menuju ke rak buku pojok yang berada dekat tembok tempat keberadaan stock kontak yang ia cari.

Ia mengeluarkan kabel charger dari tasnya, memasukannya ke dalam lobang aliran listrik. Sambil mencharger ponselnya, ia juga menunggu kehadiran kedua orang tuanya yang akan menjemputnya di malam hari seperti biasanya.

Namun, hingga pukul sepuluh malam, tak ada yang datang untuk menjeputnya, padahal malvin sudah memberikan kabar kepada orang tuanya bahwa ia berada di perpustakaan, dan meminta kedua orang tuanya datang menjeput malvin ke perpustakaan.

Namun, sampai malvin yang tertidur pulas di sebelah stock kontak, orang tuanya tak memberi kabar apapun.

Karena merasa curiga, malvin mencoba menghubungin kedua orang tuanya, tidak lupa ia juga memberikan pesan kepada ibunya, bahwa ia masih berada di sekolah.

Malvin bergegas bangun dari duduk santainya, ia berjalan keluar dari perpustakaan, melewati setiap lorong kelas lantai dua, dan menuruni setiap anak tangga.

Baru saja ingin berniat menuruni anak tangga, sebuah suara tangisan tedengar jelas masuk ke gendang telingga malvin.

Suara yang hampir sama seperti yang terjadi kepada pak darni terulang lagi kepada malvin, namun kali ini perbedaannya ini adalah suara tanggisan dari seseorang yang entah dari mana.

Malvin mendengar suara itu ketika suara menyeramkan itu berubah menjadi sebuah suara yang sedang memanggil namanya dengan suara yang nyaring. Suara itu sayup tedengar dan terhembus angin. Malvin tetap menuruskan langkahnya. Namun suara itu semakin keras. Kali ini jauh lebih jelas, dan membahana. Malvin pun berhenti dengan maksud ingin mendengar suara itu dengan jelas.

Namun, malvin menghiraukan suara itu, ia lebih asik mendengarkan suara dari video yang sedang ia saksikan, sambil membohongi dirinya sendiri, bahwa itu adalah halusinasinya saja.

Malvin pergi berlalu meninggalkan lantai dua, ia tetap berusaha mencoba menghubungin kedua orang tuannya, ia berdiri tepat di dekat pos satpam pak darni yang kosong dan gelap tanpa cahaya.

Ia mendapati orang tuanya mengakat telepon darinya.

"Halo ma? Kok aku gak di jemput-jemput sih?"

"Iya-a-a... nak.... mama sama papa akan langsung ke sana."

Malvin mengeryitkan dahinya, ia binggung mengapa suara ibunya seperti penuh dengan nada tergesa-gesa seperti seakan sang pemilik suara seperti tertekan atau mengalami ketakutan yang besar.

"Mungkin mereka sedang lembur kali." Imbuh malvin yang menenangkan dirinya sendiri.

Dua puluh menit kemudian, kedua orang tuanya tiba. Mereka langsung memeluk malvin, yang pada awalnya malvin ingin melontarkan kekesalnnya kepada orang tuanya yang benar-benar telat menjeputnya menjadi sirnah.

Malvin mengeryitkan kembali dahinya, seakan ia binggung mengapa orang tuanya begitu peduli, apakah ini permintaan maaf dari mereka? Pikir malvin dalam benaknya

Orang tua malvin yang selalu biasa saja dan tidak memikirkan perasaan malvin yang selalu berada di sekolah yang menyeramkan itu sendiri, tiba-tiba sikap mereka berubah menjadi lebih peduli.

"Papa sama mama kenapa?"

Kedua orang tua malvin hanya diam dam saling menatap setelah pertanyaan itu muncul, seperti ingin menyembunyikan sesuatu dari malvin.

"Udah nak, yang penting sekarang kita jalan pulang dulu." Ajak ibu malvin untuk kedalam mobil.

Sesampainya di perjalanan pulang, malvin masih heran mengapa orang tuanya menjemputnya di larut malam seperti ini.

"Pa? Ma? Kenapa jemput malvin jam seginih? Biasanya gak pernah sampai semalam ini loh..."

Orang tuanya kembali menatap satu sama lain.

"Tidak-k-k ada... apa-apa kok, nak" jawaban singkat dari ibunya.

Meskipun jawaban ibunya tedengar seperti tak ada apa-apa yang terjadi,tetapi malvin yakin ada sesuatu hal yang mencurigakan di sembunyikan oleh kedua orang tuanya itu.

Dengan sikap malvin yang cuek. Ia tak melanjutkan pembicaraan itu, dan hanya menjadikan hal itu sebagai angin lewat saja.

Ternyata hari kedua tak seseram hari pertama. Ungkapan kata-kata sombong dari malvin.

~

NB: PENGALAMAN HOROR DI SINI TIDAK BEDASARKAN PENGGALAMAN SAYA. KEBANYAKAN SAYA TERINSPIRASI DARI BEBERAPA PENGALAM HOROR YANG SAYA DENGAR ATAU BACA.

when I survive at school for fifty days.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang