Day 3.
Keesokan harinya, malvin tengah duduk di bangkun barus ketiga seorang diri seperti biasa, sambil mengamati materi yang sedang di berikan oleh guru matematikannya.
Ia tiba-tiba mengalami kejadian yang aneh, penglihatannya menjadi kabur, matanya menjadi sangat berat dan kepalanya jatuh tepat ke meja. Malvin tersadar, semua kebrisingan dan keramaian kelasnya menghilang, ia mendapati ia hanya sendirian tanpa siapa-siapa.
Dengan kelas yang hening. Namun hal itu tak bertahan lama, saat seorang anak perempuan dengan wajah rusak berdiri tepat di depan wajahnnya.
Sobekan mulutnya bisa di lihat dengan jelas oleh malvin.
Gadis itu beteriak kencang tepat di depan wajah malvin.
Malvin tak dapat bergerak, ia hanya pasrah mendengar suara jeritan dari sosok wanita menyeramkan itu.
Dalam benak malvin. Hantu di siang hari? Apakah ini nyata?
Baru berpikir demikian.
Plak! Malvin tertampar sebuah jari-jari besar. Ternyata ia menggalami halusinasi, temannya menamparnya setelah ia hanya diam kaku tak bergerak dan terlihat tidak bernafas.
"Luh kenapa? (Tanya roy)
Malvin tersadar, ia melihat ke kiri dan ke kanan. Ia juga menggakat kedua tangannya sambil menggerakan jarinya.
"Tadi gw kenapa?" Tanya malvin binggung.
"Lah? Luh kenapa diem gak bergerak, sambil melotot kayak orang aneh gitu." Tanya roy sambil berbisik.
"Tadi barusan ada perempuan teriak tepat di muka gw."
"Siapa? Kan bu lina lagi depan sana, lagi ngejelasin."
"Bukan-bukan. Tapi orang lain. Wajahnya hancur setengah."
"Ih! Luh jangan nakut-nakutin gw dong, ini kan masih siang."
"Ett... gw gak bercanda, tadi gw merasa badan gw gak bisa bergerak, juga di kelas tadi gak ada siapa-siapa kecuali gw sama perempuan tadi."
"Bentar-bentar. Jadi maksudnya luh berhalusinasi gitu."
"Yah... mungkin."
Waktu berjalan dengan sangat cepat. Jam pelajaran pun sudah usai, setiap murid-murid berjalan pulang dengan cara mereka masing-masing. Mereka enak rumahnya dekat! Teriak kesal malvin.
Sedangkan malvin masih santai di sekolah. Sepertinya apa yang ia alami tadi di kelas, hanya ia anggap sebagai angin lewat saja.
Ia tidak takut sama sekali, bahkan kali ini, di hari ketiganya, bertahan di sekolah. Dan kali ini ia tidak sendirian, sebab pak darni telah sadar dari komannya dan telah bekerja kembali, meskipun masih ada beberapa luka-luka dan bengkak di beberapa bagian yang bukan bagian vital.
Terlihat wajah pak darni cemas seperti orang ketakutan dan sedikit cemas tidak seperti biasa-biasanya.
"Ada apa pak?" Tanya malvin "bapak gak kayak biasanya? Bapak masih sakit ya?" Sambut malvin.
"Hehe, enggak dek, bapak cumang lagi inget-inget sebelum bapak jatuh itu. Bapak abis ngapain ya ..." cerita pak darni yang sepertinya menggalami amnesia.
"Wah... saya juga gak tahu pak haha, saya liat kayaknya bapak kurang hati-hati pas turun tangga. Makanya jatuh." Jawab malvin dengan nada menenangkan pak darni.
KAMU SEDANG MEMBACA
when I survive at school for fifty days.
TerrorSeorang anak sma kelas dua belas, yang baru pindah ke sebuah sekolah barunya yang tedengar seram dan horor. Ia tidak sendirian, sebab ada seorang satpam tua yang baru saja bekerja di hari yang sama dengan hari sekolah malvin. Mereka berdua harus ber...