Day 1
"Oh, kamu murid baru ya?" Tanya seorang satpam paruh baya. "Perkenalkan, saya pak darni, satpam baru di sekolah ini." Sambung sang penjaga sekolah baru yang memperkenalkan namannya.
"Dengar-dengar dari beberapa murid-murid teman kelas—ku sih itu satpam yang kesekian kalinnya, karena tak ada yang bisa bertahan selama tiga hari di sekolah. Marih kita liat, apakah aku juga bisa bertahan selama itu?" Pikiran yang muncul dalam batin malvin.
Sebagai satpam baru dengan ketidaktahuan tentang infomasi sekolah ini. Entah pak darni takut atau tidak jika harus melakukan hal itu setiap harinya.
Terutama dalam masalah menghadapi hantu-hantu sekolah yang banyak dan berbentuk aneh-aneh.
Malvin hanya menganggukan kepalanya dengan santai.
Ini adalah hari pertama malvin di sekolah barunya. Sudah sangat lama malvin menunggu di ruang tunggu sekolah, sesekali ia melihat-lihat poster-poster siswa berperstasi di sekolah barunya. Tidak lupa juga ia melihat etalase piala sekolah ini yang terpasang jelas di sana.
Sambil melihat etalase penuh piala besar itu, ia berkata dalam hatinya
"Ih! Norak."
Kini seorang wanita yang terlihat masih muda dengan pakaian rapih, mendatanggi malvin. Ternyata itu adalah wali murid baru malvin.
"Marih ikut ibu ke kelas."
Kini malvin berjalan mengikuti ibu guru itu. Bau-bau wangin dari guru itu bisa tercium melalui hidup malvin.
"Nama ibu sartika, kalau kamu siapa namanya?" Ucapnya sambil tersenyum lembut.
"Nama saya malvin."
Malvin menggikuti guru itu hingga tepat ke lantai tiga sekolah itu. Hingga beberapa langkah yang di tempuh, guru itu berhenti tepat di depan pintu kelas. Dan boom! Begitu lah kira-kira hari pertama malvin di kelas barunya.
"Kamu kenapa gak pulang?" Pak darni membuka obrolan
Dan jawaban dari malvin hanyalah.
"Saya udah sering nunggu sampai larut malam, dari pas saya masih kelas enam sd." Jawab singkat malvin.
"Memang kamu enggak bete dan kesel menunggu hingga larut malam? Apakah kamu sudah pernah nyoba buat pulang?" Sebuah pertanyaan yang sering di tanyakan teman-teman dan guru-guru yang melihat malvin pun sering di pertanyakan oleh pak darni.
"Ya... sedikit .... tapi ya.... mau bagaimana lagi... dulu pernah saya coba pulang, tapi pas di rumah saya hanya duduk di depan rumah hingga larut malam karena tak ada kunci... lebih bagus jika saya nunggu di jemput dan pulang tanpa rasa lelah ...." jawaban yang hampir sama ketika malvin di tanya oleh orang-orang sekitar.
Baru selesai becerita seperti itu, tiba-tiba listrik di sana padam dan membuat seisi sekolah menjadi gelap bahkan juga dengan ruang tunggu yang sudah berubah menjadi gelap tanpa ada cahaya sedikitpun. Sedangkan, pak darni langsung menyalakan sinar senternya yang sangat terang.
"Bentar yak dek, bapak check dulu"
Malvin mengangguk, ia tetap duduk di atas kursi panjang yang ada di ruang tunggu.
Sedangkan pak darni pergi berjalan meninggalkan malvin yang tengah duduk santai. Langkah kaki pak darni bisa tedengar jelas di lantai masuk ke dalam telingga marvin.
Pak darni berjalan perlahan sambil melihat sekeliling. Senter yang ia bawa diarahkan ke tangga gedung. Dengan sedikit perasaan heran kenapa listrik sekolah mati? Padahal ia melihat dengan jelas jika listrik di warung seberang sekolah masih menyala.
Perlahan dan dengan hati-hati pak darni mencoba menaiki anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
when I survive at school for fifty days.
KorkuSeorang anak sma kelas dua belas, yang baru pindah ke sebuah sekolah barunya yang tedengar seram dan horor. Ia tidak sendirian, sebab ada seorang satpam tua yang baru saja bekerja di hari yang sama dengan hari sekolah malvin. Mereka berdua harus ber...