Aku pernah dengan bodohnya mengira bahwa kamu menyukaiku. Aku dengan begitu percaya dirinya, benar-benar mengira bahwa kamu menyimpan rasa terhadapku.
Suatu ketika, pernah, hanya ada kita berdua di sebuah tempat yang pemandangannya begitu indah. Saat itu, kita hanya berdua, dan asal kau tahu, sepanjang kita berjalan menuju tempat itu, aku terus berdebar-debar, mengharapkan sesuatu yang di satu sisi tak ku inginkan, namun di sisi lain membuatku penasaran.
Sebuah pengakuan, darimu, yang entah mengapa membuatku terus merasa berdebar-debar walau hanya memikirkannya saja, hingga sekarang.
Sebenarnya, aku pun merasa lucu. Atas dasar apa aku bisa menyukaimu? Tapi, yang namanya perasaan, siapa yang bisa menebak?
Tapi, aku tak menyesal menyukaimu. Kamu pantas untuk disukai.
Seorang lelaki yang menyenangkan dan cerdas. Lelaki yang punya tanggung jawab. Ayolah, siapa yang tak akan kagum padamu? Siapa yang tak akan suka padamu?
Aku bahkan pernah bermimpi tentangmu. Bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Namun, yang baru-baru saja ku mimpikanlah yang terasa paling nyata. Seolah-olah bahwa kamu yang menggenggam tanganku dengan erat agar aku tak terjatuh, adalah hal yang nyata. Bahwa kamu yang berusaha sangat keras untuk menjagaku, adalah hal yang nyata. Aku bahkan masih tersenyum-senyum jika mengingatnya. Hangatnya tanganmu dalam mimpi itu terasa amat sangat nyata, dan aku merasa akan gila hanya dengan memikirkannya saja.
Setidaknya, aku pernah mempunyai beberapa cerita tentangmu. Kamu yang menyebalkan di saat pertama kali kita bertemu, kamu laki-laki pertama yang memboncengku, mengantarkanku kembali ke rumah sehabis kuliah, kamu yang jahil dan sangat suka bercanda, kamu yang perlahan terlihat bersinar di mataku, kamu yang kupikir menyukaiku, dan aku yang merasa terlambat menyukaimu, kamu yang terlihat hebat di mataku, kamu yang memberi perhatian kecil kepadaku, kamu yang…
Ada banyak, dan rasanya, kata-kata tak akan pernah cukup mengungkapkan segalanya tentangmu.
Surat ini aku tulis bukan untuk mengharapkan sesuatu darimu. Aku hanya ingin menyampaikan apa yang ingin ku sampaikan. Karena aku tak punya keberanian mengungkapkannya secara langsung.
Salam. Semoga kamu selalu dalam keadaan yang baik-baik saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai!!
Aku bawa cerita baru yang kasusnya sama kayak ceritaku yang sebelumnya.
Sudah lama selesai, tapi baru ada niat buat ku publish.
Karena cerita ini pada dasarnya sudah rampung, kalian yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membacanya, tidak perlu khawatir kalau ceritanya akan menggantung.
Meskipun, sudah selesai, tetap saja aku akan mempublikasikannya secara bertahap.
Alasan yang sama, readerku masih sedikit, hehe.
Selamat membaca dan terima kasih untuk waktunya 😘Disclaimer: Kisah ini terinspirasi dari salah satu program acara di Korea yang bertajuk Youth Over Flowers pada tahun 2016. Mengambil latar cerita yang sama, yaitu perjalanan selama satu minggu di Namibia dan Zimbabwe, Afrika Selatan.
YOU ARE READING
Absquatulate
ChickLitJika tak ada pertemuan yang abadi, apakah perpisahan juga punya hukum yang sama? Jika benar demikian, dari segala kemungkinan di luar sana, dia yang datang lalu pergi, tentu akan kembali lagi, kan? Ataukah itu hanya berlaku bagi sosok tertentu, yang...