11. Marah

152 99 4
                                    

-Enjoy reading-

Masalah tidak akan selesai jika tidak dibicarakan. Dan semua akan menjadi semakin rumit pada akhirnya.
.
.
.

 Dan semua akan menjadi semakin rumit pada akhirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

"Sonya," ucap Bumi marah.

Sonya menelan ludahnya alot. "Eh yaampun maaf-maaf," sesal Sonya. Ia menatap takut pada Bumi.

"Maaf-maaf lihat nih kotor kan. Emang ngga ada yang bener yah, kalau kita ketemu," kesal Bumi.

Sonya menjadi geram dengan ucapan Bumi. "Salah sendiri kenapa tadi nggak menghindar," balasnya membela diri sendiri.

Bumi mengusap kasar wajahnya," Mana aku tahu. Ini semua itu salah kau!" ucapnya lagi mempertegas. Ia tidak terima kalau disalahkan. Enak saja.

"Oke stop!" lerai Malik. "Begini aku saja yang minta maaf mewakili Sonya," lanjutnya. Sementara Sonya yang ada di sampingnya menarik ujung hoddie Malik tidak setuju.

"Iya udah. Yuk makan," ajak halus Yasmin. Tangannya memegang tangan kiri Bumi mengelusnya. Bumi menatap Yasmin sejenak, lalu beralih ke Sonya yang berada di samping Malik. Sebenarnya ia belum puas mencerca Sonya. Tapi apa boleh buat, Sonya sedang bersama Malik senior yang diseganinya.

"Baiklah aku pergi dulu," putus Bumi. Tangannya sempat menepuk pundak kanan Malik seperti ucapan maaf atas kemarahannya tadi. Dan senyuman Malik juga sempat tersungging dengan keputusan Bumi.

Begitu Yasmin dan Bumi pergi, Malik beralih menatap Sonya yang masih memegang ujung hoodienya. Wajahnya yang cemberut membuatnya terlihat menggemaskan.

"Hei kenapa dengan wajahmu, ha?"

Sonya yang ditanya seperti itu, langsung mendadak parno. Bagaimana jika matanya ada beleknya, atau kotoran lain yang menempel. Owh tidak! Dengan cekatan ia merogoh ponsel di saku. Mulai mengaca dari layar gelap ponsel. Meneliti wajahnya keseluruhan. "Mana sih kak?" tanyanya masih mencari-cari.

Malik terkekeh, polos sekali pikirnya. "Tidak ada apapun So."

Sonya spontan menolehkan wajahnya menghadap Minho. Alisnya naik sebelah. "Terus?"

"Maksudku kenapa kamu cemberut," jelas Malik. Dengan seenaknya Malik membenarkan anak rambut Sonya mengarahkan helaian rambutnya ke belakang telinga.

Sonya menelan ludahnya alot, bisa-bisanya cuma begini ia langsung baper.

"Huwa... Sonya melting Bunda aa," batin Sonya.

Alur Cahyaning BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang