1. Dia, kembali?

271 17 4
                                    

happy reading!

1. Dia, kembali?

Seorang gadis tengah menatap nyalang seorang laki-laki yang ada di hadapan nya sekarang. Dengan tatapan angkuhnya gadis itu menatap lawan bicaranya dengan tangan bersekap dada dan dagu yang terangkat.

Gadis itu adalah Kayra Panthea Alvarendra. Gadis cantik berambut hitam panjang dengan bola mata cokelat, hidung mancung, bibir tipis dan alis yang tak terlalu tebal membuat pahatan wajah gadis itu kian sempurna. Apalagi dengan tubuhnya yang putih dan tinggi membuat gadis itu sangat mempesona.

"Lo kenapa baru ngomong sama gue kalau dia kembali?" kata Kayra dengan menatap laki-laki itu tajam.

"Gue juga baru tahu, Ra. Papa Bram nggak kasih tau apa-apa, gue tahu ini aja karena gue nggak sengaja denger pembicaraan dia di telepon." Jelas laki-laki itu.

"TAPI NGGAK SEHARUSNYA GINI, DEVAN!" bentak Kayra.

Devandra Evarder Alvarendra, sepupu Kayra. Laki-laki berlesung pipi itu mengangguk. Devan tahu bagaimana perasaan sepupunya itu. Kayra benar-benar terpuruk tetapi ia juga tidak bisa berbuat banyak untuk Kayra. Perlahan Devan menarik Kayra kedalam pelukannya. Berusaha menyalurkan kekuatan untuk gadis itu. Tangan Devan bergerak mengelus punggung Kayra yang bergetar.

"Udah, udah, jangan nangis." bujuk Devan.

Kayra menggeleng pelan, "Nggak, Van. Gue capek, gue capek sama hidup gue."

"Lo masih ada gue, Ra. Kalau lo sedih gue juga sedih."

"Gue nggak mau dia kembali, gue nggak mau ketemu dia lagi, gue nggak mau, gue mohon.." lirih Kayra.

Devan terdiam. Dalam hatinya ia merasa bersalah karena memberitahu Kayra tentang kabar itu. Devan tahu Kayra terpukul saat mengetahuinya tetapi Devan juga tidak bisa menyimpan semuanya karena pasti ujungnya Kayra akan mengetahuinya juga.

"Hadapi, Ra. Jangan takut. Gue tahu lo cewek kuat."

Devan melonggarkan pelukannya. Ia menatap Kayra dalam. Devan kembali berucap, "Cinta akan datang seiring dengan berjalannya waktu, lo akan terbiasa dengan kehadiran dia di hidup lo nantinya."

Devan menghapus air mata Kayra yang terus membasahi pipi sepupunya itu. Devan benci melihat Kayra menangis. Ia mati-matian membuat Kayra bahagia agar gadis itu terbebas dengan air mata tetapi malam ini ia harus melihat Kayra menangis. "Cup, cup, cup, jangan nangis lagi."

Kayra terkekeh pelan. Wajah Devan terlihat begitu lucu di matanya. Devan benar-benar satu-satunya orang yang mengerti hidupnya. Laki-laki itu seperti malaikat baginya. Kayra sangat beruntung mempunyai sepupu seperti Devan yang selalu menjadi tempat untuk ia mencurahkan keluh kesahnya, sedih dan bahagianya. Devan selalu ada saat Kayra butuh, Devan selalu menghibur saat Kayra sedih, dan Devan selalu memeluk saat Kayra merasa jatuh, bahkan laki-laki itu selalu menghapus air matanya. Kayra benar-benar menemukan sosok kakak di dalam diri Devan.

"Mau beli ice cream?" tawar Devan. Devan tahu jika sepupunya itu sedang sedih pasti selalu mencari ice cream sebagai pelariannya, karena menurut Kayra ice cream selalu bisa membuat mood menjadi lebih baik dan Devan pun mengakuinya.

"Ice cream cokelat!" kata Kayra dengan antusias.

Devan tersenyum senang. Ia mengacak rambut Kayra gemas. Devan sangat bahagia melihat senyum sepupunya itu terbit di wajah cantiknya. Devan selalu berharap Kayra menemukan kebahagiaan dan bersama orang yang selalu menyayanginya.

"Selalu bahagia ya, Ra?" gumam Devan.

Brakkk!

Kayra dan Devan kompak menatap sumber suara. Disana terlihat Bram yang menendang pintu rumah dengan wajah yang seperti sedang menahan amarah. Karena mendengar suara berisik itu, Rana langsung menuruni anak tangga dan berjalan menghampiri suaminya.

KLANDESTIN [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang