Votenya🙏🏻
Tandai typo
°
°
°••• April, 2018 •••
Arvita yang hendak masuk ke kamar setelah mengambil air dari dapur, mendapati adiknya, Vito, tengah berkutat dengan banyaknya buku di meja belajar yang ada di kamarnya.
Dia akan memaklumi, kalau yang dipelajari oleh Vito adalah materi dan buku-buku yang menjadi kisi-kisinya dalam menghadapi Ujian Nasional bulan depan, mengingat Vito akan memasuki jenjang pendidikan SMP tahun ini.
Nyatanya, adiknya itu harus berkutat dengan buku-buku tebal tentang manajemen dan segala pengetahuan mengenai bagaimana caranya mengurus suatu perusahaan yang bahkan, untuk mengelolanya saja masih jauh beberapa tahun ke depan, yang pastinya menunggu Vito dewasa.
Vita menghela napas, lalu kembali turun ke bawah untuk membuatkan susu serta membawakan setoples biskuit untuk menemani adiknya belajar, ralat-- terpaksa belajar maksudnya.
"Istirahat dulu." Ujarnya meletakkan segelas susu coklat hangat beserta setoples biskuit di sela-sela banyaknya halaman buku yang terbuka di meja belajar.
Vito yang tadinya fokus menulis catatan menoleh mendapati sang kakak yang tersenyum kearahnya.
"Mau peluk.."
Air mata yang sedari ditahan akhirnya jatuh juga bersamaan dengan dirinya yang memeluk erat tubuh Vito. Hanya memejamkan mata tanpa mau meloloskan isakan, lalu segera diusapnya air mata agar tidak diketahui adiknya.
"Katanya nggak papa, kan ada aku disini."
Berkali-kali Vita meminta adiknya untuk tidak memaksakan segala tuntutan yang diberikan sang ayah, berkali-kali juga Vito akan menjawab,
"Nggak papa, kan ada kakak disini."
Vito hanya terdiam dipelukan sang kakak sebelum akhirnya menghela napas kasar.
"Kok makin capek ya?" Tanyanya dengan terkekeh.
Vita yang mendengarnya lantas mendongakkan kepala sambil mengedipkan mata berusaha menghalau air mata yang akan turun.
"Mau bicara sama ayah?" Tanyanya pelan disambut gelengan kepala Vito di sekitar perutnya.
"Kan udah tau juga ayah bakal jawab apa."
"Siapa tau kan." Ujar Vita meyakinkan.
"Nggak ah, buang-buang waktu. Udah terlanjur juga kan."
Vita menumpukan dagunya di puncak kepala Vito lalu menoleh ke buku-buku yang memenuhi meja belajarnya,
"Kamu belajar ini juga buang-buang waktu, soalnya belum waktunya."Vito terkekeh, "Nggak papa, kan ada kakak disini."
Mereka berdua lalu tertawa bersama.
"Susunya diminum dulu, nanti dingin nggak enak. Kalo capek istirahat, jangan dipaksain." Ujar Vita.
"Iya."
"Biskuitnya juga dimakan biar perutnya ngga kosong." Lanjut Vita yang hanya dibalas anggukan dari Vito karena masih sibuk meneguk susu.
Sambil menunggu Vito minum susu dan makan, Vita meraih tas adiknya dan mengecek jadwal Ujian Nasional yang akan dihadapi bulan depan.
"UNnya awal bulan ya?" Tanya Vita.
"Iya."
"Udah belajar emang?"
Vito tersenyum manis, "Mana sempat, cuma dapet waktu buka-buka sekilas aja."
"Nggak papa, kan ada aku disini. Aku temenin belajar, aku ajarin juga kalo gabisa." Ujar Vita.
Dahi Vito mengernyit, "Kakak gak belajar? Kan UN juga buat masuk SMA."
"Udah dong tadi sore."
Vito menarik laci meja belajarnya dan mengambil satu buku tebal dengan judul 'Detik-Detik' di bagian sampulnya.
Mereka berdua tengkurap di atas kasur lalu mulai membahas semua isi Detik-Detik yang akan menjadi penentu kehidupan Vito. Walau sebenarnya hidupnya di masa depan sudah ditentukan oleh sang ayah.
🌶️🌶️🌶️
"Gimana UN kamu Vito? Susah?" Tanya ayah di sela-sela makan malam mereka.
"Lumayan." Jawab Vito singkat.
"Tapi kamu bisa kan? Kamu jawab semua dan yakin kalau jawaban kamu itu benar kan?"
Vito menghela napas pelan, "Iya yah, Vito yakin kok."
"Bagus lah. Pertahankan semua nilai-nilai kamu, supaya memudahkan nanti waktu masuk kuliah terus lanjutin perusahaan papa."
Vito hanya bisa mengangguk, dirinya saja masih akan masuk jenjang SMP, juga belum tau berapa total nilai UNnya kemarin. Tapi ia sudah diingatkan lagi tentang hal ini, untuk yang kesekian kali, lagi.. dan lagi.
"Vita gimana UNnya? Lancar juga kan?" Kini ganti bundanya yang bertanya pada Vita.
Baru Vita akan menjawab, tapi sudah didahului oleh sang ayah.
"Kenapa nanya gitu, Bun? Lancar gak lancar nilai bagus gak bagus kan gak ngaruh juga buat kita. Vita kan juga gabakal nerusin perusahaan ayah, jadi ya terserah gimana maunya dia aja." Jawab ayah ketus.
"Iya, tapi kan dia juga bisa bantu-bantu Vito di perusahaan nantinya."
"Sekretaris ada, asisten ada, karyawan juga banyak. Gausah dibikin pusing."
"Iya juga sih, yah. Kan kita butuhnya Vito yang pastinya anak laki-laki satu-satunya." Sahut bunda membenarkan.
Ayah hanya mengangguk menyetujui ucapan bunda lalu melanjutkan makan malam dalam hening.
Vita masih menunduk menatap makanannya dalam diam.
Lagi-lagi pertanyaan itu selalu muncul.
Dari milyaran orang di muka bumi ini, kenapa haru dia?
Vita hanya tersenyum manis lalu menghabiskan makam malamnya dengan tenang.
🍄🍄🍄
"Mau kemana kalian?"
2 langkah lagi menuju pintu untuk keluar rumah, tapi suara ayah yang sedang membaca koran di sofa ruang tamu menginterupsi.
"Eum, kita mau pergi ke taman sebentar yah." Jawab Vita menunduk.
"Ngapain?"
"Itu, mau ke--"
Belum selesai bicara, Vito sudah menyahut duluan, "Aku mau beli jajan sama es krim bentar, boleh ya?"
Ayah mendongakkan kepala menatap tajam Vita dan Vito bergantian. Melepas kacamata lalu menghela napas.
"30 menit, setelah itu langsung pulang. Ingat Vito, kamu harus belajar biar bisa nerusin di perusahaan papa. Jangan cuma keluyuran aja, ngerti?!"
"Ngerti kok yah."
"Kalo gitu kita berangkat dulu. Makasih udah diijin, ayah." Sahut Vita riang lalu menarik tangan Vito keluar rumah.
🥕🥕🥕
TBC
Kukira bakal selesai satu part ternyata nggak cukup😭👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Girl [ON GOING]
Teen Fiction🍁 P O K O K N Y A H A P P Y R E A D I N G 🍁 *** "Jadi pacar gue mau ya?" "Mau!!" *** Start : Jum'at, 23 Oktober 2020 End : 🏅92 - childish [20/12/20] 🏅1 - dicky [27/03/21] 🏅1 - arvita [18/09/21] ⚠️ SAYA HANYA MEMPUBLIKASIKAN CERITA INI DI...