🥪 MCG 02. Ribet sumpah!

2.3K 99 7
                                    

Vote-nya kaka

Tandai typo

°
°
°

     Dicky dengan santainya berjalan menyusuri koridor. Langkahnya terlihat mantap menuju kantin.

Setelah sekian lama menyelesaikan masa sulit nya--- apalagi kalo bukan buang hajat. Sumpah lama banget, soalnya tadi dia sambil baca kandungan yang ada di dalem botol sabun sampe detail.

Maklum, gabut lupa bawa hape.

Dirinya rindu dengan Vita. Padahal, tadi pagi mereka juga berangkat bersama.

Di sepanjang jalan juga banyak siswi yang menyapanya, dan dibalas sapaan balik oleh  Dicky.

Dicky itu bukan tipe cowok cool yang akan mengabaikan sapaan orang-orang di sekitar. Dia termasuk cowok normal yang terbuka dan ramah kepada semua orang. Tambahan, dia tidak segesrek kedua sahabatnya itu.

Setidaknya dia lebih manusiawi. Walaupun sedikit.

"Woe Dicky! Kalo jalan cepetan kenapa sih! nggak usah pake gaya kupu-kupu, bayi lo udah rewel banget nih daritadi!!"

Netranya menatap kedua sahabatnya itu, suaranya sudah seperti lalat yang berdengung di telinga. Sama kayak suara rakyat di kuping pemerintah, kagak kedengeran.

"Sabar kenapa sih, elah?! Ini juga lagi jalan, bukan ngesot!!" Gerutu Dicky sambil berjalan ke meja teman-temannya.

"Sumpah ya, lo tuh kebangetan. Liat noh, kita berdua sampek mengorbankan uang dua ribuan kita buat jajanin bayi lo ini."

Cuma dua ribuan doang, Sul. Yassalam.

"Hooh, lu kemana dah daritadi. Kita nggak mau tau, pokoknya ganti rugi!!" Kali ini, Rangga berada di kubu Bang Sul kalo menyangkut per-cuan-an.

Dicky mengabaikan protes mereka berdua dan beralih menatap kearah meja-Vita-meja-Vita.

"Mbrot, ini lo semua yang makan?"

Gembrot.

Mungkin akan menjadi panggilan kesayangan dari Dicky untuk Vita. Emang rada kurang estetok sih. But its oke, anjass.

Nggak salah juga sih, dia manggil dengan sebutan itu. Soalnya kalo diliat dari tinggi badan Vita, okelah masih sekitar 160 cm.

Tapi nggak bisa dikatakan ideal juga, karena berat badan Vita yang mencapai 60 kg diusia 17 tahun ini.

Kalo kebanyakan cewek diluaran sana diet ketat dengan tidak makan saat malam hari, berbeda dengan Vita. Dia justru tidak akan bisa tidur kalo belum makan nasi ataupun makanan berat lainnya ditambah susu.

Kalo perut kenyang, tidur juga nyenyak. Kalo kata yang lagi viral di TikTok, Rasanya, aahh mantap.

"Mbrot?"

Dicky duduk di samping Vita yang menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan.

"Yang?"

Dicky kembali mengguncang bahu Vita. Membuat Bang Sul dan Rangga juga kepo. Mereka berdua mendekat, dan Bang Sul menengok wajah Vita dari bawah meja.

"Ngapain lo ngintip-in pacar gue dari bawah?!" Seloroh Dicky.

"Wak ilah!! Tidur dia boss."

"Emang iya ya?"

"Coba berdiriin pundaknya, Dic. Tiati." Saran Rangga.

Dicky langsung menegakkan pundak Vita dengan hati. Belum sempat setengah perjalanan, Dicky kewalahan, "Berat asu! bantuin cepet."

Mereka berdua langsung bergotong-royong menegakkan pundak Vita.

"Sak aloh, ni cewek bantet banget sih badannya. Makan-nya unlimited apa yak." Gerutu Bang Sul.

Dahi Rangga mengernyit heran, "Maksudnya unlimited?"

"Iye, tak terbatas!"

"Sekate-kate lu ye kalo ngomong. Cewek gue nih!!" Gas Dicky.

"Eh iya forget, maapin!"

Dicky sudah siap dengan lengan di belakang tubuh Vita, posisi sudah seperti akan menggendong bayi, "Udah buru napa sih. Sini-sini letakin lengan gue."

"Merah semua mukanya." Ucap Dicky mengusap keringat di dahi dan juga air mata yang udah mengering di pipi Vita.

"Hooh, tadi nangis hampir setengah jam. Kita sogok aja pake makanan, eh ternyata gak tanggung-tanggung morotin uang kita. Alamat jebol ini, jatah jajan seminggu."

"Hah hah hah!! Aduh, tangan gue kebas astaghfirullah." Bang Sul, dengan segala problematika keluhan.

"Nggak ada give away nih bos? Bakwannya Mbak Lilis juga no problem." Tawar Bang Sul.

"Idih, doyannya ama janda. Anak dua lagi." Heran Rangga.

"Doyan bakwannya, bukan orangnya bege." Tukas Bang Sul.

"Untal semua sana. Gue mau cabut."

🍎🍎🍎

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Dicky juga sudah stay di depan kelas Vita. XI IPS 3.

Dua cecunguknya juga sudah melarikan diri membawa satu kartu ATM-nya ke Alfatihah.

"Mbrot, cepetan napa jalannya." Gerutu Dicky saat melihat Vita mulai berjalan keluar.

"Ya sabar. Ini masih desek-desek an."

Dicky langsung meraih tangan Vita saat sudah di depan pintu, "Ayo, gue abis ini mau nyusul Bang Sul ama Rangga ini."

"Kemana?" Tanya Vita saat sudah sampai di parkiran.

"Nggak tau juga. ATM gue dibawa sama mereka, ntar kalo nggak disusulin bisa ludes isinya." Ujar Dicky memasangkan helm untuk Vita.

"Bisa naik nggak?"

"Nggak bisa. Besok-besok jangan pake motor ginian, aku nggak suka."

Dicky men-scan motor ninja hitam miliknya dari depan sampek belakang. Nggak ada yang salah, perasaan.

"Ya terus pake motor apaan? Masa pake odong-odong!"

"Ya akunya nggak bisa naik, susah. Mulai besok pake motor matic aja."

"Masa muka gue yang ganteng bak Dewa Yunani kesayangan semua orang pake motor matic sih. Kamu jangan solimi, lo ya!!"

Vita melipat tangan di dada, "Yaudah, kalo gitu aku berangkat sendiri aja. Atau kalo nggak bareng Bang Sul aja, dia kan pake beat kalo ke sekolah."

"Apa-apaan kek gitu. Nggak, nggak ada. Fine! besok gue jemput pake motor matic."

"Gitu kan jadi tambah sayang sama Dicky." Lalu Vita maju dan mengecup sekilas pipi Dicky.

"Gue kakak kelas lo. Harus panggil Kak."

"Nggak mau."

"Alah yaudah deh terserah lo. Sini cepetan naik."

"Naik in."

Ya tuhan.

"Ribet amat sih, ah elah."

Dicky turun dari motor dan menggendong Vita agar bisa naik ke motor.

Tidak bisa dikatakan romantis, karena posisi menggendongnya sudah kayak mau menceburkan Vita ke lubang buaya.

Yaitu dari belakang, dengan tangan Dicky yang melingkar di pinggang dan dengan segera mengangkat tubuh Vita.

Sampai-sampai Dicky hampir terjengkang ke belakang karena menahan berat badan Vita.

"Ni badan juga, kenapa berat banget sih?!"

"Nggak boleh body shaming Dicky!!"

"Kak, Vita."

"Apa apa? Ngomong apa aku nggak denger."

🍉🍉🍉

My Childish Girl [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang