36. Italia.

95K 15.8K 4.1K
                                    

"Gue nggak nemuin nama Gabriel sama Fero di daftar penumpang pesawat itu, mereka ketinggalan pesawat."

Anna masih diam saat itu. Ia mencoba mencerna kalimat tersebut pelan-pelan.

"Beneran, kan?" Tanyanya memastikan.

"Beneran, Na. Gue baru lacak mereka, tapi belum dapet. Gagal terus. Sabar, ya. Gue jug-"

"Iya, aku tunggu kabarnya. Aku percaya sama abang," Sela Anna.

"Kemarin aja gue telfon nggak di angkat."

"Maaf."

"Yaudah gih keluar kamar, sarapan dulu. Gue urusin mereka dulu."

"Iya. Aku tutup, ya?" Tanya Anna.

"Heem."

Setelah mendengar suara berat dari Ray, Anna langsung menutup sambungan telepon tersebut. Ia bernapas lega setelah mengetahui Gabriel dan Fero ketinggalan penerbangan. Pandangannya kosong menatap ke arah depan, mata yang awalnya basah kini mulai mengering.

"Aku kemarin nangisin apa?" Gumamnya.

"Terus mereka dimana?" Tanyanya.

"Ah, aku malu sama om-om itu. Kemarin sok-sok an mau terjun dari lantai empat," Gumam Anna sambil memukul pelan kepalanya.

Anna tersentak ketika mendengar suara ketukan pintu. Ia tak ingin bertemu dengan Jack dan Bryan, dirinya malu sekali.

"Anna." Itu suara Bryan.

"Sarapannya," Lanjutnya. Anna beranjak dari ranjangnya.

"I-iya," Jawab Anna sambil berjalan menuju pintu.

Ketika ia membuka pintu kamarnya, ia mendapati Bryan sedang membawa nampan berisikan sepiring bacon dan pancake.

"Makasih," Ucap Anna sambil meraih piring tersebut dari tangan Bryan. Namun, piringnya dengan sengaja Bryan tahan.

Anna menatap lelaki di depannya. Seakan mengodenya untuk melepaskan piring tersebut.

"Anna udah lega, kan?" Tanya Bryan.

"U-udah," Jawab Anna mendelik, malu.

Bryan terkekeh. "Dihabisin. Nanti ke bawah, ya? Ngga baik di kamar terus," Katanya seraya mengendorkan tangannya mempersilahkan Anna mengambil piring tersebut.

"I-iya, nanti ke bawah," Jawab Anna buru-buru berbalik badan. Bryan terkekeh lagi lalu menutup pintu kamar wanita itu.

"Ihhh." Suara Anna sambil memukul pelan kepalanya lagi.

"Kenapa harus malu? Kan aku beneran sedih." Anna mencoba membela dirinya sendiri sambil memasukkan sepotong bacon ke mulutnya.

•••oOo•••

"Kemana sih dua orang ini?" Tanya Ray heran di depan laptop berwarna hitam. Di kedua pahanya juga ada dua laptop lagi. Ia sedang mencobanya melacak kedua kakaknya itu.

"Kenapa nggak kabar-kabar? Harusnya ini udah bisa dikabarin dong, kan turun di bandara lagi," Gumam Ray sambil mengecek layar ponselnya. Berharap ada notifikasi dari Gabriel ataupun Fero.

"Tuan."

Ray menoleh. Ada seorang lelaki dengan jas berwarna hitam berdiri sejauh 2 meter dari tempat ia duduk.

Dangerous DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang