Setelah dua hari, Suppasit kecil pergi kembali ke taman. Dia hanya ingin bersantai dan mendengar para anak kecil bermain. Bahkan jika dia tidak bisa bermain, dia tidak begitu perduli. Dia hanya ingin sendiri dan menjauh dari rumahnya yang menyesakkan. Dia ingin melihat pepohonan dan mengengar kicauan para burung. Namun apakah hanya itu saja? Pikir otak penghianatnya. Dia menggelengkan kepalanya dan menolak pikirannya.
Seperti yang sebelumnya, para bodyguardnya hanya siap siaga. Lagipula keselamatan dirinya tidak begitu terancam karna ayahnya menyembunyikan identitas dirinya. Dan sejujurnya, Suppasit lebih memilih seperti itu.
Dia tersadar dari lamunannya saat mendengar suara ceria yang familiar, "Heeeeeeey. Teman. Aku ada disini setiap hari. Bibiku membawa aku dan Mild. Dia disana sedang bermain. Ayo main bersamaku. Main bersamaku:" Jari-jari kecilnya menarik-naik lengan bajunya.
"Tidak, Gulf" dia membalas dengan nada final.
"Aku mohon?" Sekarang Gulf menceberutkan bibirnya. Masih dengan pendiriannya, dia menjawab dengan nada final, "Tidak."
"Pleaseeee?" Gulf memohon. Dan sekarang Suppasit kesal. Dia benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti huh? "Kalau kau tetap mengatakan itu, aku akan pergi. Sana main dengan anak lain," dia menggerutu.
"Tapi aku suka bermain denganmu. Kamu indah dan imut. Namamu?"
"Psh"
"Oh? Aku akan memanggilmu Mew. Aku suka nama itu. Mew."
Sekarang dia menamaiku. "Diam, Gulf."
"Mew. Mew. Mew. MEEEW! Temanku!" Gulf bersenandung, tidak menyadari kekesalan yang terukir di wajah temannya itu.
Suppasit sudah muak dengan kelakuan Gulf. Dia berdiri dan berkata, "Bye, Gulf."
Gulf hanya melihatnya dan berkata "Bye, Mew. Bermain denganku dilain waktu ya?" Sungguh? Dia belum selesai dengan hal tentang bermain?
Suppasit berjalan tanpa melihat ke belakang karna dia tahu di dalam hatinya jika dia menengok, dia mungkin akan menyerah dan bermain dengan Gulf. Meskipun dia kesal dan terganggu oleh kekeras-kepalaan anak itu, ada rasa senang untuk memiliki seseorang yang ingin menjadi temannya.
■■■■
Kunjungan Suppasit ke taman sekarang menjadi sebuah rutinitas. Ayahnya benar-benar tidak perduli. Bodyguardnya melaporkan jika ada seorang anak kecil menghampiri putranya dan putranya tidak melakukan apa-apa. Anak laki-lakinya yang dia kenal sangat tertutup, tidak pernah benar-benar menunjukkan emosi apapun. Seorang robot. Dia masih belum mendengar Suppasit menanyakan sesuatu kepadanya. Itulah dirinya, mungkin akan lebih baik jika dirinya seperti itu. Pikir Tuan Jongcheveevat.
"Adik kecilku, bagaimana kabarmu?" tanya kakak laki-lakinya.
"Baik" jawabnya.
"Kau cukup sering mengunjungi taman" kata kakaknya.
Suppasit menegang. Dia menjawab dengan tenang, tanpa emosi apapun, "Disana tenang dan aku suka itu."
"Begitu rupanya. Aku selalu ada untukmu, adikku. Jangan lupakan itu. Aku akan menemui lagi nanti."
Suppasit menghela nafas dengan lega, "Sampai jumpa."
Sebelum kakaknya meninggalkan ruangan, dia berkata, "Perkenalkan aku pada temanmu. Aku ingin tahu orang yang membuat adik kecilku menyukai taman." Kegelian terdengar jelas dalam suaranya.
Telinga Suppasit memerah. Dia seperti seekor kucing yang tertangkap mencuri makanan di meja. Tanpa memperhatikan, dia menjawab, tidak perduli kakaknya bisa mendengarnya, "Ya, kak."
Dan kakaknya mendengarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/263677638-288-k917777.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Person 🍑 MewGulf Mafia AU [Terjemahan]
FanficEnglish Description: Mew is one of the leaders of Sub Terra, a dark organization. He is ruthless, cold, unforgiving. And then there is Gulf. Gulf has always been Mew's person. How or when it happened, Mew does not know. What Mew knows is if someone...