Ch 31

1K 106 1
                                    

Hi, jadi ini cerita pertama N kan.. dan chapter yang ini mengandung adegan dewasa.. jadi mohon maklum kalo terlalu kaku/aneh/apapun. N bingung pake banget terjemahinnya 🥺😣

•••

Gulf bisa melihat Mew membuka pintu. Dia kecewa, panik, dan khawatir dan kekasihnya memiliki keberanian untuk menutup panggilannya. Saat Mew sudah terlambat 10 menit dan dia tidak menerima panggilan atau pesan apapun, Gulf tahu sesuatu terjadi. Sekarang, kekasihnya berjalan dengan pelan ke arahnya dan dia bisa melihat kilatan main-main di mata Mew. Jadi, kau menikmatinya, huh?

Gulf bisa melihat perban putih yang mengintip melalui lengan baju kiri Mew. Dia tetap diam saat Mew memeluknya. Dia memaksakan diri untuk tidak memeluknya balik. Justru, dia melepaskan diri dari pelukan Mew dan memegang pergelangan kanannya. Dia membawa Mew ke atas dan Mew membiarkan dirinya ditarik.

Dia sudah menyiapkan air hangat untuk Mew setelah Mew mematikan sambungan telfon tadi. Segera setelah mereka masuk ke dalam kamar, Gulf memegang ujung baju Mew dan menariknya lepas dari ujung kepala Mew, menampilkan tubuh-menggiurkan kekasihnya itu. Tapi dia sedang tidak ingin bermain-main sekarang.

Mungkin, nanti? Dr. Kite bilang aku sudah sembuh dan aku sudah frustasi secara seksual sejak aku tidur disampingnya. Gulf berbicara dengan dirinya sendiri. Seperti kau belum mempersiapkan semuanya sejak minggu lalu. Sisi licik dirinya berkata. Fokus, Gulf. Malaikat dalam dirinya beberbisik.

Dia menanggalkan celana Mew, meninggalkan kekasihnya dalam balutan boxer ketatnya. Dia melihat wajah Mew. Calon-suaminya sekarang menatapnya dengan senyum licik. “Aku tidak tahu kau bisa seberani ini, Gulf.” Gulf memutar matanya. Menyebalkan, Mew. Dengan menyebalkannya sangat tampan! Dia mengabaikan perkataan Mew dan membimbingnya ke kamar mandi. Gulf menggenggam tangan Mew dan dengan perlahan menuntunnya ke bak mandi.

“Aku tidak menyangka ini, Bii. Terima kasih,” Mew menatapnya penuh cinta. Tapi Gulf mengabaikannya. Gulf melepaskan perban di lengan Mew. Lukanya tidak begitu buruk dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu dijahit. Untunglah, pendarahannya sudah berhenti. Tapi, itu perlu dibersihkan dan diperban kembali secara teratur untuk menghindari infeksi.

Gulf menghela nafas panjang. Lalu, dia merasa ibu jari Mew mengusap pipinya. Oh, aku menangis? “Bii, ku mohon jangan menangis? Lihatlah, lukaku tidak seburuk itu.”

“Aku hanya bersyukur, Boo. Kau tahu aku tidak bisa kehilanganmu, kan?” Gulf akhirnya berbicara.

“Aku tidak akan meninggalkanmu, Babe.” Mew meyakinkannya. “Maafkan aku sudah ingkar janji.”

“Tidak, Boo. Yang terpenting adalah kau baik-baik saja. Aku sekarang tidak apa-apa.” Sekarang Gulf dengan ceria mengobati luka Mew.

Dia membasuh luka itu dengan air hangat dan menepuk-nepuk sekitarnya dengan handuk lembut dan bersih. Lalu meneteskan antiseptik sebelum memasang perban kembali.

Gulf memencet sabun cair ke tangannya dan menggosokkan dengan pelan ke pundak dan dada Mew. Bagian yang tidak terendam air. Tubuh Mew menegang atas sentuhannya itu dan dia bisa merasakan rasa panas menjalar di tubuhnya. Dia bisa merasakan rona merah naik dari lehernya ke telinga dan pipinya. Apa yang kau lakukan padaku, Mew? Tanya dirinya sendiri. Gulf, kau sudah bersiap untuk ini. Kau lahir untuk ini. Sisi licik dirinya berkata. Ini membuat frustasi.

Sekarang, Mew menatapnya. Tatapan lapar yang jelas terlihat di mata kekasihnya dan Mew bahkan tidak berusaha menutupi itu. Gulf memutus acara tatap-tatapan itu dan menelan salivanya dengan berat. “Cukup, Boo. Aku sudah menyiapkan pakaianmu.”

Dia masih membantu Mew berdiri meskipun dia tahu jika Mew bisa melakukannya sendiri. Dia memberikan handuk kering pada Mew dan meninggalkannya di kamar mandi untuk memberinya waktu pribadi.

Sekarang Gulf duduk di kasur. Masih bernafsu. Dia menarik nafas panjang untuk menenangkan jantungnya. Dia merasa jika dia sudah siap. Dan dia benar-benar ingin bercinta dengan Mew. Dia mengusap wajahnya dengan frustasi. Tentu saja, dia sudah menyiapkan dirinya dan seluruh hal yang dibutuhkan. Dia sudah menelitinya. Apa lagi yang bisa dia lakukan saat dia ditinggalkan sendiri dalam beberapa hari ini di rumah Mew. Lebih baik menggunakan waktu dengan bijak, bukan? Dia sudah memutuskan di waktu pertama mereka, dia mau menjadi penerima dan dia berharap Mew memilih hal yang sama. Tapi di waktu yang akan datang, dia bersedia mencoba lebih jauh lagi.

Mew sudah berpakaian lengkap. Kulitnya sangat putih. Matanya sangat indah. Bibirnya pink dan hidungnya mancung. Ini seharusnya illegal. Bagaimana bisa dia memiliki semua itu? Kontrol diri Gulf mulai merosot saat Mew dengan perlahan naik ke kasur. Dia sekarang duduk di sebelahnya. Dia akan kehilangan dirinya dalam 3.. 2.. 1.. AH! Persetan!

⚠️ Adegan Dewasa (silahkan di lewati jika belum cukup umur) ⚠️

Dia merangkak ke atas pangkuan Mew dan menciumnya dengan kasar hingga menimbulkan darah dari bibir Mew. Sedikit rasa darah lebih meningkatkan nafsunya. Satu tangannya di tengkuk Mew dan satunya lagi di dada Mew. Dia tersesat dalam keadaan itu dan nama Mew adalah satu-satunya nama yang terus berputar di otaknya. Lidah mereka bertarung dan dia bisa merasakan saliva menetes dari ujung bibirnya. Dia bisa merasakan junior Mew yang menegang di bokongnya. Hot. Sangat hot. Saat dia merasakan tangan Mew meremas bokongnya, Gulf setengah menggeram dan setengah mendesah.

Dia berhenti mencium Mew. “Tidak boleh menyentuhku, Boo.”

Mew menggeram dalam merespon, “Apa yang kau katakan?”

“Aku bilang, tidak boleh menyentuhku. Lukamu bisa berdarah lagi.”

“Alasan yang bodoh, Gulf!” Gulf mencibir. Dia memanggilku Gulf. Hahaha.

“Alasan bodoh untuk menghukummu. Sekarang, tahan tanganmu sendiri jika kau tidak mau aku berhenti.”

Mew mengerang tapi menurut. Ah! Aku suka kekuatan ini. “Anak baik.” Gulf mengusap pipi Mew, senyum sinisnya terpampang jelas dan sekarang Mew menatapnya dengan mata gelapnya. Apakah aku menggali kuburanku sendiri? AH! Persetan!

Gulf lanjut mencium Mew. Sekarang, tangannya dalam tanktop Mew. Ya Tuhan. Gulf mendesah puas karna dia akhirnya menyentuh Mew sekarang.

Gulf memutus ciuman itu. Dia tidak bisa menahannya lagi, jadi dia menarik tanktop Mew lepas. Dia melihat ke bawah, ke arah tubuh kekasihnya. Dan Mew melihat naik, menatap wajahnya. Sekarang tangan Mew mengepal dengan keras, baku jemarinya memutih. Tangannya yang lain relax. Bagus, Mew. Kita tidak mau lukamu berdarah lagi, bukan? Otot dada Mew yang sempurna, bisepnya, urat-urat di tangannya. Sempurna. Semuanya milikku.

Gulf mulai menciumi leher Mew, menghisapnya ringan dan menggigit secara acak. Mew menggeram dan mendesah. Dan itu mendorong Gulf untuk lebih berani. Lagipula dia sudah menunggu saat ini. Dia menggigit leher Mew saat dia memutuskan menggesekkan bagian bawahnya pada tonjolan Mew.

Gulf berteriak saat Mew membalikkan keadaan.

Sekarang Mew-lah yang berada di atas. Mew terlihat seperti dewa Yunani dari bawah. Kuat. Terkendali. Indah. Mew mendekat dan berbisik, “Maafkan aku, Babe. Aku tidak bisa menahannya lagi.”

Mew menciumnya dengan keras dan menciumi rahangnya, turun ke lehernya. Menggigitnya dengan sakit tapi menggairahkan. Dia ingin menangis karna gairah yang dirasakannya. Terlalu banyak. Terlalu banyak. Dan mereka bahkan belum benar-benar mulai. Gulf bisa merasakan bagian bawahnya lebih mengeras, jika itu mungkin.

“Hnngh. Mew.”

“Ahh~”

Gulf mendengar suara baju sobek dan dia bisa merasakan dirinya merinding. Itu bajuku.

“Ahh. Indah…” Mew berkata sambil menatap tubuhnya dengan intens. Gulf bisa merasakan dirinya mulai sadar dan saat dia mengangkat tangannya untuk menutupi tubuhnya, Mew mengunci tangannya di atas kepalanya. Lagi? Gulf menjilat bibirnya.

Dia merintih di bawah tatapan Mew. Tangan Mew yang lain menyentuh pipinya, “Shh.. Shh.. kau indah, Gulf. Terlalu indah untukku.”

Mew lanjut menciumi tubuhnya. Meninggalkan jejak basah di tubuhnya. Mew mengisap dan menggigiti kulitnya. Dan yang bisa dia lakukan hanya mendesah dan merintih.

“Milikku.”

“Semuanya milikku.”

“Milikku.”

Mew terus mengulang kalimatnya. Matanya penuh gairah. Hot. Sangat hot.

Lalu Gulf merasakan tangan Mew di pahanya. Mengikuti alur bentuknya dengan gerakkan menggoda.

“Mew, cukup sentuh aku. Ku mohon.” Gulf ingin menangis. Terlalu banyak acara menggoda. Itu menyakitkan.

“Sangat berani, Gulf. Sangat milikku.”

“Ku mohon, Mew.” Gulf terus memohon. Lalu, Mew menyentuhnya di sana. Tidak diatas pakaian yang menutupinya. Tapi, benar-benar kulit dengan kulit. Tangan Mew yang besar dan lebar membelainya.

“Mew. Mew.”

“Ini milikku, Gulf. Semuanya milikku.”

Setelah membelainya sebentar, Gulf merasakan sebuah jari menyentuh lubangnya dengan ringan. Namun, dia tetap mendesah, saat itu juga dengan kencang.

“Ahhh~”

“Kau suka itu, sayang?”

Please, please

Mew menggapai laci disamping kasur dan mengambil pelumas dan kondom. Bagaimana dia bisa tahu? Aku meletakkannya disana? Dia tidak membuka laci secara acak. “Aku membuka laci saat kau tidak melihat, Babe.” Gulf bisa merasakan pipinya memanas.

Mew menarik celana dan boxernya lepas. Dan Mew merangkak turun. “Apa yang kau lakukan, Mew?”

Mew tetap diam. Dan justru, menjilati kejantanannya.

“Ahhh~ F’ck, Mew!”

“Mew”

“Mew”

Mew tidak berhenti memberinya blow job. Saliva Mew menetes turun diantara belahan bokongnya. Saat dia merasa dirinya sudah dekat, Mew berhenti.

Gulf merengek frustasi. “Beraninya kau, Mew.”

“Masih belum.” Mew membuka botol pelumas dan mengoleskannya di jarinya. Mew menaikkan kakinya dan menuntun tangan Gulf ke kakinya. Sekarang, lubang Gulf terpampang jelas. Lengannya menahan kakinya yang melipat.

“Indah. Dan hanya milikku. Apa kau mengerti, Gulf?”

Gulf hanya merintih. Dia merasakan jari Mew menggoda lubangnya dan sedikit menusuknya. Saat dia merasakan satu jari masuk, Gulf mengepalkan tangannya. Itu sedikit tidak nyaman dan sakit, tapi dalam waktu yang sama, tidak ada yang tidak menyenangkan. Mew menambahkan jari lainnya, dan Gulf tersentak kaget.

Mew terus mengeluar-masukkan jarinya sambil membuat gerakan menggunting di dalamnya.

“Ahhh~” Gulf mendesah lebih kencang saat Mew menyentuh titik sensitifnya.

Mew menggeram. “Gulf, apakah kau yakin tentang ini?” Suaranya serak. Gulf tahu calon-suaminya itu berusaha menjadi lembut, disaat dia secara alamiah adalah orang yang kasar.

“Apa lagi yang kau tunggu?”

Darling, aku perlu kata.”

“Iya, Mew. Damn it!

Mew menurunkan celana serta dalamannya. “Oh, sh’t. Kau benar tidak mengecewakan, kan?”

“Tidak pernah untukmu, Babe.” Mew memasang kondom di juniornya dan mengoleskan pelumas. “Beritahu aku saat terlalu sakit, okay? Kenyamananmu yang terpenting.”

“Iya. Iya. Please, Mew. Pl-” ucapan Gulf terpotong saat Mew kembali menciumnya. Ciuman itu lembut tapi mengandung urgensi dan rasa posesif. Dengan perlahan, Gulf bisa merasakan Mew mulai memasukkinya. Sakit. Sakit. Sangat besar. Namun, dia tetap diam, tapi air mata menggenang di matanya. Ibu jari Mew mengusap matanya untuk mencegah air matanya jatuh.

“Shhh. Shhh. Kau melakukannya dengan baik, Baby.” Mew berkata dengan suara lembut sambil memberinya banyak ciuman. Saat, akhirnya, Gulf sudah bisa menerima Mew, dia berkata, “Bergeraklah, Boo.”

Mew bergerak dengan pelan, dalam ritme yang seirama.

“Ahhhh.. Ahhh~ Mew, sangat enak”

“Kau sangat sempit, Gulf.”

Mew sedikit mempercepat gerakannya dan kemudian, Mew memompa junior Gulf.

“Mew~ ahh~ ahh~”

“Kau milikku. Milikku. Gulf.”

“Sangat sempit, Gulf.”

“Aku mencintaimu, Bii. S-sangat.”

“Aku juga mencintaimu, Boo.” Kata Gulf sambil terengah-engah.

Setelah beberapa menit dalam kenikmatan, Gulf bisa merasakan dirinya akan datang.

“Mew, aku mau sampai.” Tapi Mew hanya menggeram dan terus memompanya.

“Mew, please.” Gulf ingin menangis karna terlalu nikmat. Terlalu banyak. Terlalu banyak.

“Sekarang, datanglah padaku, Baby.” Gulf mengeluarkan cairannya di tangan Mew. Juniornya bergerak-gerak. Lalu dia mendengar Mew menggeram panjang. Mew datang setelah dirinya.

Gulf bernafas dengan terengah-engah. Mew mengeluarkan juniornya dari lubangnya dan melepas kondomnya sendiri, mengikatnya dan membuangnya di tempat sampah. Lalu dia terjatuh di atas tubuh Gulf. Gulf bisa merasakan detak jantung Mew yang kencang.

⚠️ Adegan Dewasa Selesai ⚠️

“Bii. Terima kasih.” Mew berkata dengan lembut.

Gulf tersenyum dan berkata, “Terima kasih, Boo. Ini malam terbaik dalam hidupku. Kau hebat.”

Mew mengangkat kepalanya dan berhenti tepat di atas wajahnya.

“Gulf. Apa kau mengerti ini? Kau adalah milikku. Milikku seorang.” Mew hampir terdengar seperti menggeram. Suaranya mengancam.

“Aku memang sudah selalu jadi milikmu.” Mew bersenandung tanda setuju dengan kalimatnya. Setelahnya, Mew turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi. Setelah beberapa saat, dka keluar, masih telanjang dalam semua kesempurnaannya. Dia menggendong Gulf dan menempatkan mereka di bak berisi air hangat yang sangat sempurna untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang. Dia bersender di dada Mew.

Mew sangat bijaksana dan perhatian. “Aku sangat beruntung memilikimu, Boo.”

“Aku-lah yang paling beruntung.” Jawab Mew.

“Bagaimana lukamu, Boo.”

“Tidak berdarah, Bii. Kau tidak perlu menghukumku. Itu tidaklah dipelukan.”

Gulf hanya tertawa. Setelah beberapa lama, Mew berdiri, mengeringkan dirinya sendiri dan memakai boxer. Lalu, Mew membantu Gulf untuk berdiri dan menyelimutinya dalam handuk kering yang tebal. Dia menggendongnya lagi ke kasur dan menempatkan dia disana. Dia mengeringkan tubuh Gulf dan Gulf menyukai perhatian dan kepedulian yang dia dapatkan.

Mew memakaikan baju oversize pada Gulf. Dan memakaikan dia boxer. Mew dengan hati-hati menidurkannya di kasur setelah memakaikannya pakaian dan menyelimutinya dengan selimut tebal. Mew pergi ke kamar mandi lagi untuk mengganti perbannya yang basah karna mandi.

Setelah menggantinya, Mew tiduran di sampingnya. Lalu Gulf mendekat ke arah Mew dan meletakkan kepalanya di dada Mew. Posisi tidur favoritku.

“Aku mencintaimu, Bii. Kau milikku seperti aku milikmu.”

“Hmmm.. Bagus. Aku mencintaimu, Boo.”

Mew bermain dengan rambutnya, kadang menciuminya, saat Gulf bertanya, “Boo. Apakah kau melihat orang yang menyerangmu?”

Dia bisa merasakan Mew mengangguk. “Dia berpakaian serba hitam. Aku bahkan tidak bisa melihat matanya. Hanya tangannya.” Mew berhenti sebelum melanjutkan. “Dia memakai sebuah cincin yang unik.”

Gulf tersentak. Tidak. Tidak. Tidak. Kenapa? Kenapa? Suaranya bergetar. “Seperti apa, Mew?”

“Cincinnya berbentuk silang. Semacam itu.” Kata Mew acuh tak acuh.

Gulf menegang. Rasa khawatir memakannya. Dia memeluk Mew lebih erat. Dia baru akan mengatakan sesuatu saat Mew berkata, “Ayo tidur, Gulf.” Gulf ingin beragumen, tapi dia akan melakukannya besok. Dia bisa merasakan dirinya dibuai untuk tidur dengan nafas dan detak jantung Mew. Satu kalimat melintas dipikirannya ssbelum jatuh tertidur.

Malam ini adalah malam terbaik.

My Person 🍑 MewGulf Mafia AU [Terjemahan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang