10.

7 4 1
                                    

Saat ini Revan berada di bandara Soekarno-Hatta. Ia berdiri dan mengedarkan matanya mencari sosok yang dicarinya. Datanglah seorang gadis berambut panjang dengan body bak gitar spanyol yang membuat kaum hawa iri melihatnya.

"I miss you Revan!" ucap perempuan bernada manja itu dengan memeluk Revan.

"I miss you too baby. Gimana kabar kamu selama di Belanda?"

"I'm fine. Ayolah aku sudah tak sabar ingin segera makan nasi goreng khas Indonesia, aku lapar."

Mendengar itu Revan mengacak-acak rambut pirang perempuan itu dan memeluk mesra pinggangnya.

"Iya, princess, silahkan masuk!" ucap Revan lembut.

"Thank you, my prince," ucap gadis itu yang dalam sekejap mencium pipi kanannya. Revan tersenyum tipis dan berlari mengitari mobilnya menuju kursi kemudi.

🌿🌿🌿

Sesampainya di restoran mereka memesan nasi goreng sesuai dengan permintaan perempuan itu.

"Dis, kamu minumnya mau yang mana?" Tanya Revan yang sedang melihat table-pan.

Gladis yang menunduk memainkan handphonenya seketika mendongak mendengar pertanyaan Revan.
"Terserah kamu saja lah, aku ngikut."

Tak selang berapa lama kemudian, makanan pesanan mereka telah datang.
Mereka makan dengan canda gurau. Menceritakan pengalaman masing-masing saat berpisah. Mereka tak sadar ada seseorang yang mengawasi gerak-gerik mereka dari kejauhan.
"Tunggu saja pembalasan ku!"

🌿🌿🌿

Sudah seminggu terakhir Revan bersikap cuek pada Ariell. Hanya urusan pekerjaan saja pria itu akan berbicara, selebihnya mereka seperti orang asing. Seperti saat ini contohnya.

"Van, kamu kenapa seminggu ini cuek sama aku?"

Revan mendongakkan kepalanya dari laptopnya. "Siapa yang cuek? Mungkin perasaanmu saja kali." Ia kembali menatap laptopnya tanpa memperhatikan Ariell.

Kesal mendapat respon seperti itu Ariell kembali berkata dengan nada tingginya, "Kamu berubah!"

"Tidak ada yang berubah Ariell."

"Terserahlah, aku mau keluar," ucap Ariell berlenggang meninggalkan ruang pengap itu.

Berharap akan dikejar? Ya, tapi apa semua itu hanya berakhir kecewa.

Ariell tertawa dan berkata, "Kok rasanya sakit ya?" Ariell mendongak berharap lelehan air matanya tak menetes.

Ariell berjalan meninggalkan kantor. Ia sudah tak perduli lagi jika harus dipecat. Sekarang yang dia perlu hanya ketenangan. Tanpa sadar langkah-langkahnya menuntun kesebuah taman. Ia duduk di bangku yang ada di sana. Suasana kali ini memang panas seperti hati Ariell.

Tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang menepuk pundaknya.
Ariell berjingkat kaget seketika membalikkan badannya.

"Ariella bukan?" tanya orang itu dengan tangannya yang belum terlepas dari pundak Ariell.

Ariell melirik tangan yang bertengger dipundaknya.

Seketika pria itu menurunkan tangannya dan berucap, "Maaf."

"Kamu Ariella Eden Sky?" tanyanya lagi.

Ariell mengerutkan keningnya dan bertanya, "Iya, kamu siapa ya?"

"Aku Ivan, Riell, sahabat SD kamu yang dulunya gendut," ucapnya pria itu berapi-api.

Ariell melihat pria itu dari bawah sampai atas, ia merasa tak percaya jika seseorang yang berada didepannya ini Ivan si gendut pembawa Risoles.

"Kamu Ivan gendut yang suka bawa Risoles?"

"Iya, masih ga percaya? Nih, aku tunjukkan foto masa kecilku." Ivan mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto masa kecilnya bersama sahabatnya yang tak lain adalah Ariella.

"Astaga Ivan endutku," ucap Ariell yang memeluk erat Ivan.

"Lep ... as Riel, aku ga bi ... sa na ... fas." Ivan berusaha melepaskan pelukan Ariell.

Ariell mengendurkan pelukannya. "Kamu kok bisa berubah, Oh My God ... makin keren, tampan lagi, mantap betul dijadikan suami."

Ivan yang mendengar itu hanya bisa tersipu malu.

"ARIELLA!" ucap tegas sosok dibelakang mereka.

Mereka pun menengok kebelakang dan melihat sosok menjulang tinggi bersetelan jas rapinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ariella & Revan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang