"Ran, gue baru beli layangan ni, main yuk!" Ajak Reno di kala petang mulai menunjukkan eksistensinya.
"Berapa?"
Rania masih asik menenggelamkan kepalanya di kasur empuk bersprai biru muda yang bercorak awan milik Reno.
Reno tersenyum dan mengangkat layangannya, "dua, bisa buat ngadu ni."
Rania mengangkat kepalanya melihat ke arah tangan Reno yang memegang 2 buah layangan lengkap dengan benang yang sudah terpasang apik.
Ia buru-buru bangkit menggapai satu dan berlari menuju lapangan komplek.
"Raaan tungguiiin!"
Reno berteriak dan mengejar Rania secepat mungkin. Bahaya kalau ia sampai terlambat menerbangkannya, Rania akan mengejeknya habisa-habisan!
***
"Ren, bantuin gue ngadu sama anak sebelah cepet!" Teriak Rania sembari menarik ulur layangan yang dimainkannya.
"Katanya lo bisa? Gimana si ah!"
Reno berdecak malas. Tak ayal, disimpannya layangan miliknya dan mulai membantu Rania mengoperasikan misinya memutuskan benang layangan milik anak tetangga kompleknya.
Layangan itu sukses putus!
"Aaaaa, alhamdulillah ya Allah akhirnya putusss!"
Rania melakukan selebrasi dengan teriakan-teriakan heboh disertai lompatan ringan.
Reno ikut tertawa. Tapi disaat mereka tengah melakukan selebrasi itu, tanpa disangka anak kecil yang layangannya putus berlari kearah mereka dengan sebilah ranting di tangannya seraya meneriakkan, "tanggung jawab woi!!"
Rania tanpa babibu langsung lari tunggang langgang meninggalkan Reno yang masih diam karena tertegun.
Reno sadar, ia menarik layangan miliknya turun secepat kilat dan buru-buru pergi menyusul Rania pulang. Anak kecil sialan!
***
"Reno sayaaang!" Rania berteriak sembari memasuki kamar Reno yang pintunya tertutup.
Reno tengah berbaring di kasurnya mengamati langit-langit kamar disertai napas yang tak beraturan.
Rania naik ke kasur dan merebahkan diri di samping Reno, mengikuti Reno menatap langit-langit.
Rania tersenyum, "anak tadi larinya mantap juga ya Ren?!" Pertanyaan retoris.
Reno menoleh masih dengan napas yang sedikit putus-putus.
"Gak solid lo Ran, padahal gue udah bantuin lo mutusin layangannya."
Rania memutar matanya, "justru karena lo yang mutusin, makanya dia mukul lo."
"Ya tapi tetep aja, ini semua gara-gara lo, kalau gue ga bantu lo buat mutusin layangannya, gak mungkin gue yang kena pukul!" Reno masih tak terima.
"Lo sendiri yang dengan sukarela bantuin gue tu!" Rania tak mau kalah.
"Ah terserahlah, cewek selalu benar!" Akhirnya Reno lah yang mengalah, prinsip kebenaran 'cewek selalu benar'.
Rania mendelik, "tinggal bilang gitu aja ribet banget, berbelit!"
Reno mendengus, "bodo amat!"
Tak ada lagi yang membuka percakapan, hening menyelimuti mereka.
Rania buka suara, "Ren?"
"Hm?"
Rania melirik ke arah meja belajar Reno sekali lagi, memastikan penglihatannya benar.
"Kambojanya beneran lo bawa pulang?"
Kali ini Reno ikut menoleh ke arah meja belajarnya, mengamati bunga kamboja merah muda pemberian Rania.
"Iya, lo marah?"
Rania balik menoleh ke arah Reno disampingnya, membuat mata mereka bertubrukkan.
"For what?"
"Pink frangipanie maybe?"
"Nope, kaget aja lo bawa pulang, padahal bisa lo buang." Rania mengedikkan bahu.
Reno tersenyum, "lo berharga Ran, gue nggak mungkin buat lo kecewa dengan buang bunga itu."
Rania tersenyum tak sampai ke mata. Reno tak sadar, ia mungkin memang tak membuang bunga yang Rania beri, tapi ia selalu membuang pernyataan Rania.
"Gimana pdkt lo sama Sofia?" Rania mengalihkan topik.
"Lumayan. Gue punya saingan, dan lo tau itu."
Mata Reno berotasi malas, sementara Rania lagi-lagi tersenyum, kali ini senyum culas.
"Kan udah gue bilang, sama gue aja."
Reno kembali mendelik, "stop it Ran, jangan buat kepala gue tambah pusing."
Rania terkekeh, "besok bisa anter gue Ren?"
"Kemana?"
"Tukang tanaman."
"Lo mau beli apalagi kali ini?"
"Desember, gue udah browsing di internet."
Reno mengerinyit, baru pertama kali mendengar nama bunga yang mirip dengan nama Bulan"bunga apaan tu?"
"Bunganya cantik Ren, dia punya batang mirip lily, tapi bunganya kayak petasan, dan lo tau apa yang paling menarik Ren?"
Reno menggeleng, mendengarkan dengan seksama. Ia selalu suka saat Rania menjelaskan segala hal tentang bunga dan tanaman, gadis itu sangat berapi-api, seolah mengajak Reno untuk tenggelam dalam kesukaannya, dan Reno suka itu.
Rania melanjutkan, "dia cuma mekar tiap bulan Desember doang Ren, sesuai dengan namanya, keren gak?" Imbuh Rania diakhiri tepuk tangan kecil.
Reno terkekeh, mengacak rambut Rania, "iya gue temenin."
Lagi dan lagi, Reno tak sadar telah membuat badai besar dalam hati Rania yang dengan sigap memporak-porandakan tiap sudut kotanya.
Bumi, planet ke-3
Tenggaraldebaran
![](https://img.wattpad.com/cover/254797900-288-k479940.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
155
RandomRania suka semua jenis bunga, tapi satu hal yang amat Rania suka daripada semua koleksi tanamannya di halaman rumah, yaitu Reno. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan. Kayu kepada api yang menjadikannya abu. A...