Chapter 3 | Krokot Mawar

3 2 1
                                    

"Reeeen, jadi ga nemenin guenya??" Teriak Rania dari balkon kamarnya.

Hari masih pagi. Kabut-kabut tipis masih menyelimuti, tapi perempuan itu sudah dengan berani berteriak lantang mengganggu tetangganya.

Di kamarnya Reno masih tertidur pulas seakan beberapa detik yang lalu tak pernah ada suara Rania yang terdengar.

Rania menghela napas jengah. "Budek!"

Bergegaslah ia ke rumah sebelah masih dengan piyama berwarna mustard motif bulan dan bintang.

Dibukanya pintu rumah si tetangga pemalas dengan tergesa tanpa memedulikan apakah si penghuni akan marah atau tidak.

Rania bertolak pinggang. "Reeen, banguuun!"

Tak ada respon.

Rania berjalan ke kamar mandi dan membawa gayung berisi air untuk ikut serta membangunkan Reno.

Byurr

"Banjiiiir!!!" Reno teriak dan berdiri.

Rania tertawa geli menjatuhkan gayung, berali memeganggi perutnya yang terasa sakit.

Reno yang menyadari bahwa ia telah dikerjai pun berhenti bergerak dan berteriak. "Sialan lo Ran!"

Tawa Rania berangsur hilang menyisakan kekehan. "Nyokap lo titip pesen sama gue, suruh jagain lo seminggu."

Reno masih dengan wajah bantal dan mata merah menoleh. "Mama kemana?"

"Surabaya, nyusul papa lo, sekalian bikinin lo adek maybe?" Rania mengerling jahil.

Reno menatapnya datar. "Ngapain lo pagi-pagi buta begini ngerusuhin gue?"

Rania merotasikan matanya malas. "Bangun Bambang! Pagi buta mata lo picek?!"

Menghembuskan napas lelah Reno berujar. " ya tapi kan ini hari libur."

Rania memincing. "Lo gak lupa mau nemenin gue kan?"

"Sekarang banget? Lo gak mikir yang jual masih molor apa?" Reno skeptis.

Rania berdecak. "Ya nanti, abis lo sarapan dan mandi."

"Emang lo udah mandi?"

Rania tersenyum culas. "Belum."

"Ck."

"Yaudah, cepet sana lo mandi, gue siapin sarapan dulu di bawah."

Reno tak menjawab dan beralih pergi ke kamar mandi, sementara Rania turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Reno tak khawatir membiarkan Rania menjelajah dapurnya karena Rania sudah biasa berkutat di sana.

***

"Kita mau ke tukang kembang yang dimana?" Tanya Reno saat Rania sudah duduk di samping kursi kemudi.

"Yang di luar komplek aja, lebih deket."

"Hm. Emang mau lo bikin jadi kayak apa lagi rumah lo?"

"Ya yang bagus dong, yang sesuai keinginan gue."

Mobil sudah melaju meninggalkan pekarangan rumah Reno.

"Btw kok mama gak bilang gue mau nyusul papa ke Surabaya? Eh malah bilang ke elo, padahal gue yang anaknya." Reno mendengus.

Rania terekekeh. "Iyalah, gue anak yang bisa diandalkan."

"Ck, alay."

"Idih, lo tuh yang alay, gue sih emang kenyataannya gitu."

"Udah nggak usah cerewet. Cepet turun!"

"Wowowo, santai bos, lagi PMS lo ya?"

"Berisik."

155Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang