Tubuh kecil itu meringkuk kedinginan, bibir pucatnya bergetar. Tubuhnya tampak memerah digigiti serangga malam. Ibu benar-benar tidak memiliki belas kasih, membiarkan anaknya berada di bawah kegelapan malam dengan pakaian terbuka. Adra belum makan. Tubuhnya terasa lemah, kepalanya terasa pusing. Sudah sedari tadi Adra menangis. Meraung-raung meminta tolong dengan mengharap belas kasih sang ibu. Tapi, kenyataannya sang ibu telah terlarut dalam tidurnya diatas kasur empuk dengan selimut tebal yang membalut tubuhnya. Membiarkan Adra berada di luar untuk tetap hidup.
"I-ibu ...."
Mata sayu itu terbuka perlahan. Memandang ke arah pintu halaman. "Adra dingin, bu ...." mulut kecil itu hanya bisa berucap lirih. Adra rasa, malam ini adalah malam terakhir dia berada di dunia ini. Jika bukan karena rasa sayang, sudah sedari dulu Adra menyerah dengan hidupnya.
Dulu, ayah selalu bilang. "Selama kaki kita masih menapak di muka bumi dan belum melebur menjadi satu bersama tanahnya, berarti Tuhan masih memberi kekuatan untuk kita berpijak. Dengan itu, kita harus hidup sebaik-baiknya, seharusnya, dan semestinya."
Adra belum usai. Lukanya belum selesai, jalannya masih panjang. Masih banyak duri yang belum dia tempuh. Adra memang menaruh rasa rindu yang sangat dalam pada ayah. Tapi, Adra belum mau bertemu ayah. Adra harus menemani ibu sampai pada akhirnya, ibu yang akan meninggalkan Adra.
Perlahan, mata sayu itu menutup matanya. Mendekap tubuh ringkihnya di bawah gelapnya malam. Suara gemuruh mulai menyertai pertanda hujan segera datang.
***
01:30 PM
Dahi itu tampak mengernyit karena merasa terganggu. Sedari tadi, bulir air perlahan membasahi wajahnya. Adra membuka perlahan matanya. Dia membutuhkan waktu cukup lama untuk menyesuaikan kondisinya. Tubuhnya sakit, kepalanya terasa sangat berat, pandangannya buram. Adra sadar kalau hujan akan segera datang, dia segera berdiri dari posisinya. Dan, tanpa banyak bicara, Adra melangkahkan kakinya memasuki kandang anjing yang sudah tidak terpakai untuk sekedar berlindung dari hujan.
Tubuh kecil itu cukup muat berada di kandang anjing itu. Bulir air semakin besar, suara deruan angin juga semakin kencang. Sepertinya malam ini akan badai?
Adra menutup rapat pintu itu. Dia memeluk kedua lututnya erat, sembari sesekali menggosokkan kedua tangannya berharap mendapat kehangatan lebih dari hal itu.
Matanya menerawang keluar, dari sela-sela kecil kandang anjing itu Adra melihat hamparan bintang di langit disertai gelapnya malam dan hujan yang mulai turun.
"Ayah, Adra rindu ayah. Adra ingin bersama ayah. Tapi, Adra tidak mau meninggalkan ibu, Adra tidak mau membiarkan ibu merasakan kesepian ...."
"Ayah, Adra sudah menjadi orang besar seperti yang ayah bilang, belum? Adra sudah bisa menahan tangis kok kalau dimarahin sama ibu!"
Kedua sudut bibir itu saling menarik, membentuk sebuah senyuman indah. "Dulu, Adra sering melihat bintang di pantai bersama ayah dan ibu!"
Kenangan itu kembali terputar. Kenangan indah dimana sang ayah masih hidup. Semuanya berjalan baik-baik saja, dia mempunyai teman, ibunya berlaku baik padanya. Tapi, semenjak ayah sakit, ibu berubah.
Nenek bilang, ibu berubah karena lelah mengurus ayah. Maka dari itu, Adra selalu berharap ayah segera sembuh agar ibu segera baik. Tapi, sayangnya. Ayah memilih untuk terbang jauh. Ibu semakin membenci Adra. Adra dianggap sebagai penyebab ayah pergi ...
Sebagai rasa maaf, Adra memutuskan untuk terus menemani ibu. Bahkan, dalam kondisi terburuk sekalipun. Rasa sayang Adra pada ibu tidak akan pernah luntur sedikitpun. Adra rasa, dia tidak punya alasan untuk meninggalkan ibu.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
13/08/23
Hai, sorry. Aku bener-bener sibuk ngurusin perkuliahan. Aku maba, dan kemarin baru selesai ospek. Besok udah mulai masuk. Dan, aku juga ikut lomba poster. Minta doanya, ya!
Sorry banget kalau misalkan aku bakalan jarang update. Karena bener-bener sibuk dan numpuk banget. Nanti kalau ada waktu luang, aku usahain buat nyicil. See u, semoga hal-hal baik terus berdatangan buat kalian semua!
Terimakasih tetap baca cerita ini, aku minta kritik dan sarannya, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN DAN JANJINYA
Teen FictionRasanya, tubuh ringkih itu terlalu kecil untuk menghadapi dunia. Jadi, Tuhan membawanya pergi jauh. Melalui Laut sebagai perantara. "Bahkan, sampai Adra dewasa pun. Kecintaan Adra terhadap laut tidak akan pernah luntur, sedikitpun." "Adra, tetap tum...