"Ayo, nek. Adra tidak mau ibu menunggu terlalu lama!" Adra menarik tangan neneknya.
"Iya, iya. Astaga ...." Nenek mengunci pintu rumah. Mengedarkan pandangannya, mencari sendal jepit kesayangannya.
Ketemu.
"Ayo."
Adra mengangguk dan berjalan mendahului neneknya. Nenek yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dengan langkah cepat, nenek segera menyusul Adra.
"Adra, jangan terlalu cepat berjalan. Nanti kamu akan tersandung!" tegur nenek.
"Iya, ne-"
Belum selesai Adra berbicara. Tubuh kecilnya sudah terjerembab jatuh menimpa tanah.
"ADRA!"
Nenek membantu Adra untuk berdiri. Memastikan bahwa Adra baik-baik saja.
"Di jalan ini minim penerangan. Terlebih lagi malam ini gelap tidak ada bulan seperti biasanya. Jadi, kamu harus lebih berhati-hati!"
Adra mengangguk dengan penuh rasa penyesalan karena tidak mendengarkan ucapan neneknya. "Maaf, nek. Adra takut ibu akan marah jika Adra pulang terlalu larut."
"Bukankah sudah nenek beritahu? Bahwa Adra lebih baik menginap di tempat nenek saja."
Adra menggeleng cepat. "Tidak mau, nek. Malam itu sendu. Ibu akan sedih jika Adra tidak ada."
"Ibu kamu tidak akan pernah kesepian. Dia pasti saat ini sedang bersenang-senang."
"Tidak, nek. Ayo, pulang! Ibu pasti khawatir."
Adra menarik tangan neneknya dan membawanya berjalan lebih cepat lagi. Nenek yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafasnya untuk yang kesekian kalinya.
Adra terlalu penurut, terlalu berharap untuk dikhawatirkan oleh ibunya. Adra terlalu takut ibunya merasa kesepian. Pernahkan Adra berpikir, bahwasannya ibu tidak akan pernah merasa khawatir pada Adra? Ibu tidak akan pernah merasa kesepian, sedikitpun. Dan memang itu kenyataannya.
Lagi-lagi, Adra masih mengharapkan kasih sayang itu. Kasih sayang yang mustahil disalurkan oleh si ibu untuk anaknya. Sampai kapanpun.
Selang beberapa menit mereka menyusuri jalan. Rumah ibu terlalu jauh. Adra sudah merasa kelelahan serta mengantuk. Nenek sudah beberapa kali menawarkan Adra untuk digendong. Tapi, Adra menolak. Dia tidak mau menyusahkan nenek dengan membawa tubuh kecilnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN DAN JANJINYA
أدب المراهقينRasanya, tubuh ringkih itu terlalu kecil untuk menghadapi dunia. Jadi, Tuhan membawanya pergi jauh. Melalui Laut sebagai perantara. "Bahkan, sampai Adra dewasa pun. Kecintaan Adra terhadap laut tidak akan pernah luntur, sedikitpun." "Adra, tetap tum...